~♥~
Hanya ada dentingan suara alat makan yang terdengar dari kedua sosok yang sekarang ini tengah menikmati kegiatan makan malamnya dengan tenang.Kadua insan yang terpaut umur cukup jauh itu duduk secara berhadapan dengan meja makan panjang yang menjadi pembatas keduanya.
Sampai dirasa sesi makan tersebut berakhir, pelayan-pun lantas menghampiri mereka sembari membereskan perlengkapan makan yang telah selesai digunakan, dan lantas berlalu.
Diruangan yang hanya menyisakan keduanya kini, suara sang ayah menjadi yang pertama memulai pembicaraan.
"Lalice.. "
"Iya ayah? Apa yang ingin ayah bicarakan?"
Tanya Lalice setelah sepenuhnya memusatkan atensinya pada sang Duke.
"Apa saat ini kau sudah benar-benar merasa sehat?"
"Iya.. Aku sangat merasa baik malah."
Ucap Lalice jujur.Setelah ia menjawab, ia bisa melihat perlahan senyum tipis mengembang dari bibir ayahnya, sampai kemudian keduanya terdiam cukup lama dengan Duke Abelard yang nampak berpikir seperti menimbang-nimbang akan ucapan berikutnya yang ingin ia utarakan.
"Ayah ingin tahu, apakah tahun ini kau ingin bersekolah atau tetap meneruskan pembelajaran privat seperti sebelumnya?"
Pertanyaan sang ayah membuat Lalice termenung untuk beberapa saat, sebelum ia kembali teringat akan kenangan masa kecilnya.
Dulu memang setelah kematian ibunya ia sangat menutup diri dari kehidupan di luar sana.
Ia lebih suka menghabiskan banyak waktu di kamar dan berhubungan hanya dengan ayah, bibi Elena, serta orang-orang lain dikediaman-nya.Termasuk dalam hal bersekolah pun, ia hanya mendapat pembelajaran bersama guru privat yang telah disewa oleh ayahnya. Sehingga tidak seperti anak-anak sebaya-nya yang bebas bermain dan memiliki banyak teman.
Karena dulu Lalice belum mengerti dan mengganggap sang ayah mendesaknya untuk kembali bersekolah agar dia tidak membuat malu sebagai putri dari keluarga duke, ia pun menyetujuinya walau dengan terpaksa.
Hingga di tempat yang membuatnya agak kesulitan beradaptasi itu, ia dipertemukan dengan sosok pertama yang ia ingat pernah menolongnya saat tak sengaja terjatuh dan membuat Lalice perlahan mulai menaruh perhatian pada laki-laki itu yang tak lain adalah putra mahkota.
Melihat kediaman putri semata wayangnya, Duke Abelard merasa tidak enak dengan menganggap bahwa pertanyaannya tersebut mungkin seperti menuntut sang anak walau tahu bahwa mental Lalice belum siap sepenuhnya.
Namun sebenarnya ia melakukan itu pun semata-mata agar anaknya tidak terus-menerus merasa kesepian dan dapat mencari teman diluar sana."Lalice, kalau memang kau masih belum siap, ayah tidak akan memaksamu.. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, ayah akan tetap mengikuti keinginanmu apa pun itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
MAKE MY OWN DESTINY
RomanceSeorang putri Duke bernama Lalice Abelard yang semula memiliki kehidupan yang sangat beruntung dan terpilih sebagai tunangan bagi putra mahkota Veender Aurelius, nyatanya baru disadari hanya sebuah kedok semata yang membuatnya jatuh terbuai dan hanc...