36. Bandung Day 2 part 6

336 55 77
                                    

Haiii Ambek!!

Cari waktu syantai yaaa, agak panjang 7k lebih.

Hope you like it yaaaa!!

Enjoyyy!!!

.

.

.

"Hah..." Dharma menghela nafas panjang. Ia merasa waktu bersenang-senangnya sudah terbuang terlalu banyak. Apalagi, ia terpancing secara tidak sadar, membeberkan rahasia terbesarnya dengan orang lain. "Udah cukup cerita bacot tentang gue dan mantan istri gue ini." Dharma akhirnya beranjak dari posisinya di dekat Linda. Membiarkan wanita itu menangis tersedu, meratapi nasibnya. Meski informasi baru itu cukup mencenangkan, tidak ada sedikitpun rasa keraguan dama diri Haikal untuk bisa menenangkan istrinya. Lagi pula itu sudah tanggung jawabnya. "It's okay, sayang." bisik Haikal lembut. Membuat Linda sontak menoleh dan membenamkan wajah langsung pada salah satu bahu Haikal. "Mas ga akan menanyakan lebih tentang hal ini, masa lalu... tidak perlu kita bahas lagi," Linda sesenggukan. Sesak didadanya berangsur hilang mendengar suara Haikal. "Lagipula... jika kita liat dari sisi positifnya, anak semanis Jayden lahir dari Kamu," Linda tersentak. Wajah Jayden kini memenuhi benak Linda. Rindu yang tak terbendung memakan habis rasa penyesalannya. "Jadi... tatap masa depan Linda. Jangan menoleh kebelakang lagi. Mas pun tidak pernah mempermasalahkan masa lalu kalian berdua."

"M-Mas..." Linda mengangguk kecil. Luluh sudah seluruh hatinya pada lelaki hebat seperti Haikal. "...m-makasih."

Entah mengapa, melihat pasangan Erwin itu, menaikan sedikit sudut bibir Bram. Senyum tipis berhasil terbit meski mereka masih berada dalam keadaan genting. Dan Dona ikut bernafas lega.

"Sekarang...!!" namun, suara lantang Dharma kembali menyita perhatian mereka. "Kita lanjutkan acara kali ini!! Saatnya bermaiiiinnnn...!!" sorak Dharma, mendekatkan hape yang sudah menghubungkan koneksi antara dirinya dengan orang lain. "Sudah lo pegang semua kendali gedungnya, King?"

"Yo, Boss, King siap."

"Sound gedung sudah lo nyalain??"

"Sudah dong, Boss tinggal ngomong aja, semua pemain dan... target korban bisa denger."

"Haha, bagus," Dharma terkekeh, sebelum menarik nafas dan menghembuskannya bersamaan dengan sapaan. "Haii, semuanya, ini Dharma yang berbicara!" Dharma menarik sebuah kursi kayu untuk bisa duduk tepat dibagian terdepan layar proyeksi. "Sebagian dari kalian mungkin bingung kenapa tiba-tiba aja ada di tempat asing, tapi gue ga peduli. Intinya, kalian bakalan melakukan permainan mengasikkan!!" Dharma menggoyangkan tubuhnya riang. Darah di dalam dirinya seakan mengalir panas. Tidak dapat lagi menahan excited dirinya yang begitu menggebu! "Begini peraturannya, pemain sebenarnya hanya ada 7 orang dan mereka tersebar. Sedangkan target korban yah... umm, cukup banyak sih kayaknya. Kebayankan remaja, jadi pasti mudahlah buat kalian pembunuh profesional menangkap mereka. Sebentar lagi kita akan paksa mereka keluar ruangan. Jangan khawatir, pasti keluar. Karna terlalu lama di dalam, kami akan melepaskan gas beracun yang disemprotkan langsung dari jalur sirkulasi, AC, ventilasi dan gitulah."

"Dharma...!!! Hentikan!!"

"Hushhh," Dharma berdesus. "Diam dulu Haikal Erwin." ia lalu kembali mendekatkan bibirnya pada hape. "Dan kalian diperbolehkan menggunakan cara apapun untuk bisa menangkap anak-anak itu. Gue ga peduli mau lo semua gebukin pakek tangan kosong, tembak, tendang, jatuhin dari lantai atas... sama sekali ga peduli,"

"Mas...!!" Dona menatap horor suaminya. "Ditto gimana?!!"

"Sebentar...!" bisik Bram, mencoba melepaskan ikatan pada tangannya sedari tadi dengan cara menggesekannya. Sekalipun itu melukai permukaan kulitnya, ia sama sekali tidak peduli. "Mas lagi coba buka ikatan ini!"

Brother Issues IIITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang