47. Hah? Gimana?

193 35 31
                                    

Hallo hallo halllllooo!! Ambek!! Moga kalian masih menunggu ya bestieh 😭🙏

Sejujurnya aku ga tau apa ceritaku menarik ato tidaak, semoga bisa menghibur ya T.T

Apalah aku tanpaa kalian huhu, makasih 💕

Okeh kuylah capcyus!

Happy Reading!!

.

.

.

-Setelah Hanan mematikan sambungan telpon-

"..."

"...hah...?" Ziaz, lelaki yang sudah sangat kental, lekat dan akut dengan tingkah absurdnya itu kini sedang dalam fase 'loading'. Otaknya seakan memilah poin-poin penting dari percakapan singkat, padat dan 'misterius' dengan Hanan juga Jayden. HP masih menggantung di sisi telinganya. Tangan sama sekali tidak merasa pegal. Pagi-pagi habis rutinitas bokernya, Ziaz malah dapat informasi langsung dari 'dua temannya yang hilang' kalau mereka... hilang dengan sengaja.

Loh. Loh. LOH?!

Kok... aneh.

Kok aneh ada yang lebih aneh dari dia.

Ziaz mulai menampar-nampar pipinya.

Dari pelan...

...sedang...

...hingga keras.

Membuat rona merah memar menodai pipinya. Kacamata yang biasanya ia gunakan saat sekolah dulu, bertengger kaku di tengah wajahnya. Matanya enggan untuk berkedip, disaat otak masih memberikan reaksi pasif tentang kejelasan informasi sebelumnya.

Ziaz baru saja boker.

Boker adalah salah satu waktunya merasa tenang.

Tetapi sekarang kenapa... tidak mampu memberikan ketenagan apapun!!

"Ahhh?!!" Ziaz mengacak rambutnya kasar. Memainkannya layaknya iklan sampo. "Uh! Jadi... tuh anak dua intinya kabur dong?? Apa sih ini?? Main petak umpet versi expert??"

Ziaz masih terus meracau tepat di depan kamar mandi. Membuat Ari yang baru saja melintasi area tersebut menghentikan langkah. "Yeee, Yaz. Cepet atuh!! Mau ke rumah Om Haikal nih! Mau cari Hanan ama Jayden kan kita!!"

"..."

"Yaz...?" Ari mengernyitkan dahi bingung begitu teman berisiknya itu tidak merespon perkataannya cukup lama. Ari pun melangkah mendekati Ziaz, mengibaskan tangan di depannya. Dan mulai memperhatikan Ziaz lekat. Siapa tahu... Ari menemukan bagian yang konslet.

Tetapi hasilnya nihil.

Ziaz yang masih plonga-plongo langsung di pukul Ari dengan sapu di samping pintu kamar mandi.

"Woi!! Kenapa sih bengong!! Udah berhasil boker emas lo???"

Tanpa menoleh ke arah Ari, Ziaz merespon dengan aggukan kecil. "Uh... eh, dikit."

Mata Ari terbelalak. "Serius lo?!!" tanyanya heboh, emang agak absurd, tetapi kalo benar Ziaz berhasil mengeluarkan pundi emas, siapa tahu Ari bisa minjem berapa persen buat kelangsungan hidup. "Yaz, gue boleh pinjem--"

"--yagaklah Bego!!"

"Ga boleh pinjem berapa persen kekayaan lo--"

"--bukan anjim! Kok lo jadi lebih bego dari gue!!" Ziaz mencubit lengan Ari hingga ringisan halus itu keluar dari bibirnya. "Yagak mungkinlah pup gue emas! Cerita dongeng dari mana!"

"Sialan manggil gue bego! Dasar bego!!" Ari kembali mengangkat sapu, dan hampir memukul Ziaz dengan itu. "Gara-gara lo bengong ya! Gue jadi hampir kesedot kekonyolan lo! Lagian nih ya," Ari menghela nafas panjang. Mencoba menahan amarahnya yang sudah siap meletup setiap kali melihat tampang Ziaz. "Kita harus ke rumah Om Haikal buat bantu nyari Jayden ama Hanan!"

Brother Issues IIITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang