45. Rencana.

266 39 15
                                    

HOLLA!! Hope you like it ya 😆
Sebenernya chapter ini full dari chapter sebelumnya, cuma aku potong karna belum di edit.
.

.

.

Brother Issues III

by

abbiy

.

.

.

*Syuut!!*

Tubuh Hanan tiba-tiba saja terbanting ke lantai. Pandangan yang beberapa saat lalu lurus dan fokus pada punggung targetnya, kini seketika buyar. Memejamkan mata, meringis menahan sakit punggungnya sendiri.

"Sial..." umpat Hanan, mendapati sang target menyadari niatnya dari awal. Begitu penglihatannya kembali fokus, wajah murka Dikka sudah menyapanya.

Dikka mencengkram kuat kerah baju Hanan. "Mau apa lo ngikutin gue??" tembak Dikka, menatap lekat Hanan yang berusaha bangkit. Tenaga Dikka tidak main-main, Hanan dibuat meronta layaknya bayi rusa.

"Uhh," Hanan kembali meringis, kini sudah menyesuaikan postur tubuhnya agar tidak terlalu menempel pada lantai. "Lo... tau Ditto Anggara kan...?" tanya Hanan langsung pada to the point.

Dikka...

...tersentak.

Diam beberapa saat, sebelum menjawab pertanyaan Hanan, dengan satu kata sederhana. "Ga."

Hanan memincingkan matanya, "Ditto Anggara, kembaran lo--"

"--Gue ga kenal itu orang."

"Tapi tadi lo--"

"--mau lo apa sih???" sepat Dikka, mendengus kasar hingga Hanan dapat merasakan hembusan nafas panasnya.

"..." Hanan menghela nafas panjang. Mendorong Dikka agar ia bisa lepas dari cengkramannya, lalu menatap lelaki itu lekat. "Balik ama kita, keluar dari sini."

"..."

Dikka tertunduk. Membuat Hanan berpikir ia terharu seseorang mengajaknya pulang, "Pfft...!!" namun ternyata... Dikka justru tertawa geli. "HAHAHAHAHA...!! LUCU LO...!!" Dikka memukul-mukul dinding di sampingnya. Berusaha menahan gelak tawanya tidak semakin pecah. "Haha, oke, gue ngaku, gue kembaran si Ditto," kedua bahu Hanan langsung terasa ringan setelah mendengar konfirmasi tersebut. Tetapi Dikka seakan tidak membiarkan Hanan merasa lega terlalu lama. "Tapi gue kan udah mati."

Hanan mengerjap, "Belum, ini kan lo--"

"--bego lo ya?" Dikka menggeleng jengah. "Udah mati dalam status keluarga gue, lagian mereka juga pasti bakalan seneng, ga repot jaga dua anak," Dikka perlahan bangkit dari posisinya. Lalu menyilangkan lengan di depan dadanya. "Apalagi si Ditto, bahagia--"

"--lo serius mikir gitu???" adu saling potong perkataan kembali terjadi diantara mereka. "Ditto yang paling terpukul karna kehilangan elo!! Ortu kalian jadi lampiasin semua ke Ditto!! Ga ada ya istilah keluarga bahagia di kamus Ditto sekarang! Keluarganya hancur!!"

"..." Dikka hanya memberikan Hanan tatapan datar, bahkan setelah ia sudah mengeluarkan setengah emosinya.

"Ya... bukan urusan gue," Dikka mengangkat kedua bahu tinggi, tak peduli dengan kondisi keluarganya sedikit pun. "Keluarga gue Ryker sekarang."

"Alasan kenapa lo ga mau balik??"

"Karna gue benci..." Dikka menjeda kalimatnya sesaat lidahnya terasa kelu. Ragu untuk berucap, namun hatinya memaksa. "...Ditto..."

Brother Issues IIITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang