40. Bandung Day 2 part 10

265 46 62
                                    

Haiiiii!! Ambekkk!!

Gimana sampe sejauh ini?? Ga ribet kan 🙏😭 aku mah simpel kokkkk orangnyaaa 🌚👍 muehehe

Hope you like it yaaa...!

.

.

.

Masih dengan derap langkah kaki yang setiap saatnya menggema di dalam gedung itu, lelaki berparas manis berhasil menarik setengah kesadarannya kembali.

Tubuhnya yang dirasa terguncang hebat, membuat pening cepat menyerang. Seakan ada jarum-jarum kecil menusuk kepalanya.

Namun, bukan hanya perumpamaan itu saja yang membuat Ditto sangat pusing, tetapi fakta jika luka pada sudut kepalanya masih mengalirkan tetes demi tetes darah menambah ngilunya.

Suara riuh dua orang saling bersahut, masih tidak mampu memberikan cukup tenaga untuk Ditto membuka mata.

Pelupuknya terasa begitu berat.

Ditto hanya mampu menajamkan indera pendengarannya. Tidak tahu kemana tubuhnya akan 'dibawa oleh orang lain, dan siapa dirinya.'

Ditto hanya berharap, masih bisa menemukan cara untuk dapat kabur nantinya.

Tentu saja ketika kesadarannya sudah penuh.

Merasa tubuhnya masih terguncang tanpa henti, Ditto memutuskan untuk mencoba membuka mata sekali lagi.

Sedikit demi sedikit, pelupuk lelahnya berhasil terangkat.

Meski begitu, manik Ditto hanya dapat menangkap visual kabur. Samar dan remang akan sekitarnya.

Namun, hal yang sudah berhasil dipastikannya, adalah jika ia benar dibawa oleh seseorang.

Aneh.

Aneh karena Ditto tidak merasa takut sekarang.

Ketimbang beberapa saat lalu ketika tubuhnya diseret kasar.

Apakah mungkin ia orang yang berbeda?

Karena... Ditto jauh lebih tenang.

.

.

.

Brother Issues III

by

abbiy

.

.

.

Dengan nafas yang berderu, keringat dingin bercucuran disekitaran pelipis dan punggung, hingga kakinya bergetar, Ziaz berhasil menjauh dari sosok yang sudah menahan Ditto.

Langkahnya terhenti, pada sebuah ruangan yang diyakini sebagai 'janitor'.

"Gila..." hembusan nafasnya begitu kasar, "...tenaga gue udah minim banget ini..." keluh Ziaz, bersamaan dengan tubuhnya yang merosot ke bawah setelah melepaskan Ditto sembarang di lantai.

Selagi mengatur pernafasan, Ziaz membalikan badan, berniat untuk membenarkan posisi Ditto. "Ditto, asli lo broh, badan lo kecik, tapi berat banget!!" Ziaz menyandarkan Ditto ke dinding. Menyibak poni dan anak-anak rambutnya ke belakang telinga. "Kegedean tulang apa ya," Ziaz masih terus meracau. Berbicara dengan diri sendiri, entah mengapa selalu bisa menenangkan pikirannya. Ziaz pun tidak lupa, meluruskan kaki dan tangan Ditto agar tidak tertekuk.

Brother Issues IIITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang