39. Bandung Day 2 part 9 (❗)

253 40 67
                                    

Hullaw, ambekkkk guys!

Maap agak lamaaaa 😭

Oh iya kalo kalian lupa alur wajar kok, bisa baca chapter sebelumnya lagi bentar yaaaa, biar inget gituuu. Sekilas ajaa. Makasiiih yang masih mampiirrr!

Harusnya chapter ini wordnya 14k, tp aku bagi dua soalnya setengah lagi belum di edit hehe.

Hope you still like it!!

.

.

.

Brother Issues III

by

abbiy

.

.

.

Derap langkah kaki yang terdengar tegas itu menggema di sepanjang lorong. Debu-debu dibuat beterbangan sesaat tubuh mereka melesat melewati berbagai material konstruksi bangunan yang ditinggalkan tak bertuan.

Sikut beberapa kali saling bersenggolan antara satu sama lain. Dua orang memanglah berlari tanpa henti, namun dua lainnya terus berusaha melepaskan diri. Sesekali menolehkan kepala ke belakang. Khawatir mereka kian memuncak karena dengan 'sengaja' meninggalkan teman.

Dio dan Daren, memutuskan untuk pergi langsung ke arah rooftop. Seenggaknya mereka dapat melihat lebih jelas sekeliling gedung. Mungkin saja dapat melambaikan tangan, dan meminta pertolongan. Mengingat setiap jendela sudah ditutup mati.

Namun, keputusan Dio dan Daren itu tidak mendapatkan dukungan dari Hanan. Jeje pun menyadari jika Hanan sudah diambang batas akan 'meledak'. Terlebih, kondisinya yang tidak stabil membuat emosi dan paniknya mudah terpancing.

Perasaan bersalah begitu kentara, hingga membuat cowok dengan surai sedikit panjang itu memaksa tubuhnya berhenti  ditarik. Berpegangan pada sebuah kusen pintu.

Dengan nafas terengah, Hanan menghadap Dio penuh dan mendorongnya kasar. Masih mencoba mengintimidasi sekitar, disaat kucuran darah itu terus mengalir dari sisi kepalanya. Merembes hingga menyerap ke kerah bajunya. "Kenapa pada lari sih?!!!" tanya Hanan dengan kerutan di seluruh wajahnya. Sakit kepala tidak bisa menghentikan amukannya. "Temen gue masih disana! Semua balik...!!! Jemput Ditto!!"

Jeje yang merasakan hal yang sama hanya dapat mengangguk. Mendukung kalimat Hanan dengan gerakan sederhana. Disaat lidahnya terlalu kelu untuk berucap. Tatapan matanya menyendu, dan gelisahnya tak dapat terbendung.

Apalagi sesaat mereka pergi dari lokasi musuh itu, Jeje mendengar suara benturan yang sangat keras.

Entah apa yang terjadi pada temannya...

Dio dengan sigap menghadang langkah Hanan yang sudah membalikan badan. "Stop." tegasnya. Menatap Hanan lekat. Aksinya itu tentu saja membuat Hanan semakin geram. Dio seakan berpihak pada musuh, dan hampir mendorong Hanan melayangkan pukulan pada wajahnya. Namun, setipis kesabarannya masih bisa bertahan kali itu. "Apa sih??? Kalo lo berdua takut ya, para kacung Nathan, gue ga masalah ke sana sendirian," Hanan menolehkan kepala ke arah Jeje. "Jeje lo bisa sembunyi dulu entar gue jemput."

Belum sempat Jeje membalas, Dio kembali menegaskan titahnya. "Ga. Seorang pun ga ada yang boleh balik."

Daren, celigukam bingung. Dia sejujurnua juga tidak tahu apa yang menyebabkan Dio memutuskan berlari dan meninggalkan teman Hanan.

Brother Issues IIITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang