"LIOOOOO!!"
Lio langsung berlari kecil menghampiri Ana yang sudah berkacak pinggang dengan ekspresi kesal.
"A-aku udah cuci sepatu kamu kok, tapi memang susah hilang nodanya," Lio langsung mengatakan itu ketika sudah didepan Ana, kepalanya menunduk, takut melihat rupa Ana yang seperti ibunya ketika marah.
Yah ini akibat kecerobohan Lio juga sih, ia tidak sengaja menumpahkan kopi dan itu tidak hanya sekali, tapi berkali-kali, dan itu cukup membuat Ana emosi.
"Udah deh, udah males juga gue liat muka lo, sana pulang!"
Lio langsung mengangkat kepalanya, "a-aku masih mau disini." lalu menunduk lagi.
"Nggak. Pulang."
"Aku mau disini."
"Pulang. Lio." Ana menekan katanya sambil melotot.
"AKU MASIH MAU DISINI!! Kenapa Ana masih marah padahal Lio udah minta maaf!!!"
Ana terdiam sejenak, memang dari seminggu yang lalu, Lio semakin terlihat emosional, dan sangat berani membesarkan suaranya seperti itu. Dan Ana merasa ia harus tegas bukan?
"Ulangi. Tadi lo ngomong apa?"
Lio tersentak, gugup dan semakin meremat sweater yang ia pakai malam ini. Suara Ana sangat berat, dan itu tandanya serius.
"A-aku m-masih mau sama kamu.."
Menghela nafas, Ana menarik tangan Lio kuat, membawanya ke kamar. Ia bertujuan akan membuat Lio paham.
"Gue nanti malem mau pergi dan nggak ngajak lo."
"K-kenapa? Biasanya selalu ngajak Lio!"
"Karena gue mau pacaran."
"A-apa? Ana punya pacar? Sejak kapan? Kenapa aku nggak tau? A-aku nggak penting lagi buat Ana? A-aku buat Ana marah terus? Aku kan udah minta maaf, kenapa Ana masih cari yang lain, A-ana.. jangan.."
Pusing mendengar Lio mengoceh, ia memilih membungkam cowok itu dengan bibirnya. Melumat lembut dan mengelus rahang kokoh itu, membuat Lio meremang.
"Nggak sepenting itu juga. Sekarang lo maunya apa?" Ana bertanya dengan bersedekap dada.
"Uhmm.. main?"
Mengerutkan kening, "nggak ada main hari ini, lo mau tidur disini atau pulang?"
Lio menggigit bibir ragu, "tidur disini sama Ana? Bunda pasti bolehin,"
"Iyaa, dan sekarang lo duluan mandi. Nanti gue siapin bajunya."
"Okey."
Selang 15 menit, Lio keluar dengan pakaian lengkap, piyama yang pas ditubuhnya.
"Pas nggak?" Ana memerhatikan tubuh Lio dengan minat.
"Iya muat, ini punya siapa memang?"
"Punya adik gue. Dah langsung naik, tidur,"
"Aku mau ngomong sesuatu,"
"Apa?"
Ana langsung merapat dan mendudukkan diri ditepi ranjang. Dirinya melihat Lio yang kini sudah berselimut dengan hangat.
"Ana beneran punya pacar?" Lio bertanya dengan mata bulatnya yang sayu, kas mata mengantuk.
"Penting gue jawab?"
"Iya, aku mau tau,"
"Iya. Dari minggu lalu."
"Jadi.. aku selingkuhan kamu?" Mata Lio kini berkaca-kaca.
Ana tersentak, dirinya beranjak mendekat dan kini sudah mendekap Lio.
"What? enggak lah, siapa bilang?"
"Kita kemaren juga ngelakuin hal itu padahal Ana udah punya pacar." Lio menunduk, entah dadanya terasa nyeri.
Ana terdiam, mengangkat dagu Lio. Ekspresi Lio yang memelas membuat Ana ingin mencium lagi. Dan akibat pikiran jorok itu, mata Ana mengelap, jarinya sudah mengusap bibir tebal itu dengan lembut.
Lio membeku dan sadar akan perubahan mata Ana, ada percikan napsu disana. Lio menggeleng pelan.
Ana tetap diam, Ibu jarinya masuk membelah bibir tebal itu dan masuk kedalam kehangatan mulut Lio.
Lio pasrah, bingung sekaligus pening. Haruskah ia menolak? Tapi ia ingin terus berada didekat Ana.
"Lo spesial Lio, gue suka lo yang penurut, tapi.. tadi lo bentak gue, itu nggak boleh lagi ya?" Ana meringis ketika jarinya di hisap, dan itu membuatnya terengah.
Lio melepaskan jari Ana yang basah, "Iyaa,"
TBC
BIARIN AJA KALIAN AQU GANTUNG, INI MASIH MARAH YAH 🤗

KAMU SEDANG MEMBACA
MY NERD BOY
RomanceAWAS CERITANYA DIPLAGIAT -> @anandataennie CERITA DEWASA! [21+] "Berapa kali harus kucambuk tubuhmu agar menurut apa yang kuperintahkan?" - Anastasya Geraldine. "Memohon dan mendesahlah. Karena hanya aku yang dapat mencicipi tubuhmu, honey." - Anas...