NERD BOY | 09

16.4K 248 32
                                        

Ana yakin cepat atau lambat hal ini pasti akan terjadi pada dirinya. Rasa risih dengan perasaannya yang sekarang begitu menggebu-gebu bila melihat Lio dekat dengan perempuan selain dirinya. Dalam artian rasa tidak suka.

Ana mengakui jika Lio adalah pemuda yang cukup menarik di matanya, walaupun bagian fisiknya sangat tidak menonjol, terlihat seperti pemuda yang lemas, letih, lesu, nyatanya, dibalik pakaian serba oversize itu, Lio menyimpan sesuatu yang mampu membuat tubuhnya panas hanya dengan sekali pandang.

Kini ia sedang merenung dikamar yang seperti kapal pecah itu, pikirannya kacau dengan bayangan asap yang mengepul di kepalanya akibat terlalu banyak memikirkan cowok itu. Ana merasa ada yang salah pada dirinya, tidak seharusnya ia bertingkah seperti ini. Ana tidak pernah merasakan perasaan menggebu-gebu seakan ingin memiliki cowok itu.

Dengan pikiran yang semrawut, Ana meraih ponselnya dan menekan tombol panggilan pada nomor Lio yang ia beri nama kontak 'Cupu 🫦' pada dering pertama hingga dering ketiga barulah telpon itu diangkat oleh sang pemilik nomor.

"H-haloo, Ana.." suaranya mencicit, ingin sekali Ana gigit.

"Lagi dimana? Kok ramai?" Ana mengerut ketika telinganya mendengar percakapan yang riuh disana.

"A-aku di-" sejenak ucapan itu terpotong akan pekikan seorang wanita.

"Nata! Kamu ngapain dipojokkan situ, Sini!"

Ana memejam, menarik nafas perlahan, sebelum kembali bertanya dengan lembut. Penuh ancaman. "Lo. Dimana. Lio?" Seketika Lio merasakan bulu kuduknya berdiri semua.

Panik langsung melanda hati pemuda itu, dengan ketar-ketir ia menjawab, "A-aku di club. Aku punya temen baru, dan aku diajak kesini.."

Ana terdiam sejenak selama 15 detik, "yang bener aja Lio? Gue minta lo buat diem di rumah dan apa sekarang? Lo keluar sama TEMEN BARU lo?" Ana merasa dadanya sangat panas.

Lio terdiam sejenak, sebelum dengan berani ia membalas cercaan Ana. "Aku juga bisa kok main di tempat kayak gini! Bukan cuman kamu aja!"

Ana terpejam, "Okeh, udah cukup. Sekarang lo dimana?"

"Aku di Club Moràni, tapi kurang tau deket mananya.."

"Okeyyy.. Sekarang bisa tunggu di luar?"

"Nggak bisa. Aku lagi minum, haus dari tadi kepotong ngobrol sama kamu tau- Akhh.." Ana merasa kenal suara itu, suara yang selalu dia dengar jika sedang melakukan hubungan suami-istri dengan Lio.

"Dari tadi sibuk banget sama telpon, aku pinjem dulu ya Nata-nya.. Bye.."

Tut.. Tut.. Tut..

"Anjing! Apasih cewek lonte! Lakik gue woy!" Buru-buru Ana bergegas setelah merampas tas kecilnya juga kunci mobil miliknya, meremat setir mobil dengan keras hingga tangannya memerah.

Ana melaju dengan sangat kencang, juga jalanan yang begitu sepi, mendukung sekali untuknya mengebut bak pembalap ternama. Bermodal arahan maps, ia sampai dengan cepat.

Tanpa perlu berlama-lama, ia turun dengan membanting pintu mobilnya kasar. Akan ia acak-acak wanita yang berani menodai Lio kesayangannya. Sungguh.

Dengan mudah Ana masuk tanpa periksa, ia sangat ahli dalam urusan pemeriksaan seperti ini. Tapi saat ini ia tidak berniat sombong sedikitpun, jiwanya sudah sangat terbakar karena dengan mudah juga dia melihat Lio memangku seorang wanita berpakaian jablay yang tengah mencekoki Lio dengan botol minuman keras yang sangat ia kenal mereknya.

"Bangsat! Woy Lonte!"

Tanpa belas kasih Ana menyirami minuman nganggur yang ada di sana. Ia siram dengan berani juga menjenggut rambut yang tercepol tinggi itu. Ia tarik kuat hingga sang wanita berdiri tertatih menjerit kesakitan.

"Bajingan lo ya, ngapain lo nempel sama Lio kayak ulet begitu? Najis tau nggak? Cuih!" Ana meludah kesamping.

"A-Apaan ini! Nata please bantuin aku ini.. Huhu.. Tolong!"

"Anjing suara mencicit begitu niruin curut lo?!" Ana menghentak kepala wanita itu kedepan. Kini perhatiannya teralih pada pemuda yang menatap polos kearahnya. Dengan greget ia geret Lio untuk mengikutinya keluar.

"Eh-Ehh.. Nata mau dibawa kemana, woyyyyy!!!!!" Tidak ia pedulikan jeritan monyet itu, Ana tetap konsisten pada raut datarnya menyeret Lio hingga memaksa cowok itu memasuki mobilnya.

Ana langsung tancap gas tanpa menoleh sedikitpun, saat ini yang ia perlukan adalah menarik nafas dalam-dalam dan hembuskan. Tapi, rasanya itu tidak cukup, emosi masih ada di kepalanya. Dengan gengsi, Ana memilih diam dan diam.

Lio melirik takut-takut, ia super duper cemas sekarang. Berawal berkenalan dengan wanita asing yang ia tolong dari jambret hingga dapat memasuki sebuah club ternama tanpa perlu periksa. Itu semua baru baginya. Kini yang ia takutkan sekarang adalah Ana yang masih diam. Apakah tandanya ia sudah keterlaluan? Walaupun Ana sering marah padanya tapi wanita itu masih mau berbicara walau nadanya bentak-bentak, sangat tidak cocok dengan hati mungil Lio yang begitu rapuh.

"A-Aku tadi nggak di apa-apain kok, serius." Akhirnya Lio yang memulai keributan itu.

"Kita bicarain dirumah." Bungkam sudah Lio.

TBC


MY NERD BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang