Chapter 5 - Seekor Babi (!)

116 9 0
                                    

***

Terdengar suara mobil dari luar. Menurunkan seorang pria paruh baya dengan jas hitam elegan.

"Selamat datang suamiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat datang suamiku... Bagaimana harimu di kantor?". Sambut seorang wanita yang sudah menjadi istri sahnya.
"Semua baik-baik saja seperti biasa". Balas pria tersebut lalu mencium kening istrinya dengan kecupan hangat.

"Anak-anak sudah pulang?". Tanya pria itu pada istrinya.
"Sudah, ayo makan malam. Aku sudah menyiapkannya makan malam". Balas sang istri.

Semua sudah duduk di kursi meja makan, begitu pula dengan Akira yang telah selesai mandi.

"Maeda, bisa tolong bawa kemari sup nya". Ucap Ibu Akira kepada Maeda salah satu pelayan di rumah itu.
"Baik nyonya". Balas sang pelayan.

Dibawakan lah semangkuk besar berisi sup yang masih panas.

"Ah!".

Tak sengaja Maeda menumpahkan semangkuk sup panas itu hingga membasahi paha ibu Akira.

"Maafkan saya nyonya... Saya benar-benar tak sengaja...". Ucapnya memohon ampun.
"Tidak apa-apa, ini sebuah kecelakaan kecil". Balas ibu Akira dengan senyum tulusnya. Walau sebenarnya ia merasa sakit akibat ketumpahan sup yang masih panas.

"Kau baik-baik saja?". Tanya ayah Akira khawatir.
"Ya, aku ganti baju dulu. Kalian makan saja dulu, tak perlu khawatir ". Balas istrinya.

Ibu Akira pun beranjak dari kursinya lalu pergi menuju kamarnya. Merekapun makan malam tanpa ditemaninya.

Maeda si pelayan itu terlihat menyeringai tipis-tipis lalu pergi menuju dapur.

Pelayan wanita itu memang sering ceroboh.
Beberapa hari yang lalu, ia pernah membuat tangan kiri ibu Akira terkena cipratan minyak panas yang membuat tangannya melepuh. Butuh waktu agak lama untuk menyembuhkan bekas lukanya. Bahkan ia juga pernah membuat ibunya terpleset akibat lantai yang terlalu licin karena Maeda mengepel menggunakan terlalu banyak sabun pembersih lantai. Dan masih banyak kecerobohan lainnya.

Bukannya memecatnya, sang ibu selalu memaafkannya dan menganggapnya wajar karena Maeda baru bekerja selama 6 bulan di rumah ini dan umurnya masi cukup muda sekitar 25 tahun.

Tidak dengan ayahnya, ia sudah mulai curiga. Ia curiga bahwa Maeda mencoba untuk melukai sang istri. Namun untuk apa?

"Rasakan itu dasar wanita bodoh. Dia terlalu baik, sepertinya akan mudah untuk menggantikan posisinya sebagai nyonya di rumah ini haha. Ah! Ini waktunya membawakannya teh". Gumam Maeda.

Dibuatlah teh hangat dengan aroma melati kesukaan sang nyonya. Dirogohnya saku rok yang ia gunakan. Diambilnya sebungkus plastik kecil berisi bubuk berwarna putih yang mencurigakan.

"Ku rasa ini adalah waktunya untuk menyingkirkan wanita bodoh itu". Gumamnya lalu muncullah seringai tipis di bibirnya.

Lalu dibawalah secangkir teh itu untuk di berikan ke nyonya majikannya.

Yandere Boyfriend - ヤンデレ彼氏 (yandere kareshi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang