Chapter 17 - Sang penolong (!)

83 4 0
                                    


***

Ckleek!
Kini tangannya diborgol ke depan. Sato sensei pun menyeret paksa Yurika dengan menjambak rambutnya, hingga Yurika mengerang kesakitan. Sekeras apapun Yurika mengerang kesakitan, Sato sensei tidak memperdulikannya.

Bruukk!!
Didorong lah Yurika hingga tersungkur dan mengikat kaki gadis itu menggunakan tali. Lalu dicengkeram lah rahang Yurika untuk kesekian kalinya.

"Dengar, kali ini aku tidak akan segan-segan untuk menghukum mu. Maka, jangan membuat ku marah lagi. Dan menurut saja seperti sebelumnya". Ancam Sato sensei dengan mempererat cengkeramannya.
"Jangan harap! Aku tidak akan menuruti kemauan pria brengs*k sepertimu!". Hardik Yurika.

Plaakk!
Ditampar lah pipi Yurika dengan keras. Tidak hanya satu kali, namun berkali-kali hingga pipinya mulai memar dan hidungnya mengeluarkan darah.

"Anak ini sudah berani ya?". Ucap pria itu diikuti ekspresi mengerikannya.

Buugh!!
Kini Sato sensei menendang keras perut Yurika. Dan terus diulangi hingga Yurika terbatuk-batuk bahkan hingga memuntahkan darah.

"Tarik semua kata-katamu, atau aku--". Ucapnya terhenti.
"Sampai mati pun, aku takkan sudi menarik kata-kataku". Balas Yurika.
"Begitu, ya..". Ucapnya.

Brakk!
Lalu tiba-tiba pria itu beranjak keluar dan mengunci pintu kamar itu rapat-rapat. Meninggalnya Yurika sendirian.
-
-
-
"Aku sangat khawatir, semoga Yurika cepat ditemukan". Gumam Yuki sembari menengok ke bangku kosong dibelakangnya.
"Tenang saja, pasti akan segera ketemu". Cetus Akira yang sudah duduk di bangkunya.
"Aku semalaman berdoa, semoga tuhan menjaganya". Sambung Yuki.

Kini bel pelajaran telah berbunyi, Akira dan Yuki mengikuti pembelajaran seperti biasa. Kabar mengenai hilangnya Yurika pun juga telah tersebar hingga penjuru sekolah.

Jam istirahat pun tiba, Akira pergi menuju kelas 3-1 yang tak lain untuk menemui si ketua OSIS. Akira pun menyampaikan ijinnya untuk tidak hadir dalam rapat harian OSIS.
Setelah mendapat ijin, Akira pun meminta ijin kepada wali kelasnya untuk pulang lebih awal. Dengan alasan ia ada urusan keluarga, tentu itu hanya sebuah kebohongan. Lalu ia pun pergi menuju gerbang sekolah.

"Jemput aku sekarang". Ucapnya kepada seseorang di telfon.

***

Kini langit mulai berubah menjadi warna jingga. Menandakan bahwa ini sudah sore.

"Ughh.. perut ku sakit..". Grutu Yurika kesakitan.

Sejak kejadian tadi pagi, Sato sensei tidak menampakkan dirinya dihadapan Yurika. Bahkan tidak membiarkan Yurika untuk makan ataupun minum sejak pagi.

Ckleek! Krieett...
Kini pintu terbuka, menampakkan sesosok pria dengan membawa piring berisi sepotong roti tawar. Beserta segelas susu.

"Maaf ya, aku terlalu marah hingga lupa membawakan mu makanan". Ucap Sato sensei.
"Sini, biar aku yang menyuapi mu". Sambungnya halus.

Namun dengan bodohnya, Yurika malah memalingkan wajahnya. Menandakan ia menolak suapan dari Sato sensei. Padahal jelas-jelas ia sangat lapar dan kehausan.

Karena kesal, Sato sensei memasukkan roti itu kedalam mulut Yurika secara paksa. Terus menekannya hingga roti itu masuk kedalam mulut Yurika secara utuh. Dan memaksa Yurika untuk menelannya. Atau ia akan mendapat tamparan keras.

"Uhuk! Ukhuk!".
Dengan terbatuk-batuk, Yurika menelan roti itu. Lalu Sato sensei pun memberikan segelas susu itu pada Yurika dengan paksaan juga, hingga Yurika tersedak dan mulai terbatuk-batuk lagi.

Yandere Boyfriend - ヤンデレ彼氏 (yandere kareshi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang