Chapter 9 - Sebuah janji

78 8 0
                                    


***

Setelah ditemukannya Kyota yang meninggal karena gantung diri, keesokan harinya para tamu yang terdiri dari kerabat serta teman-teman dari orangtuanya datang ke rumah duka. Begitupun dengan guru serta karyawan dari pihak sekolah. Mengucapkan belasungkawan atas meninggalnya Kyota.

Namun, tidak ada dari teman-teman sekolah Kyota yang datang. Kecuali Daiki dan Yurika, Akira pun ikut datang untuk berduka atas kematian Kyota.

"Saya turut berduka atas kepergian putra anda". Ucap Akira sopan.
"Terimakasih telah datang, mungkin putra ku itu sering merepotkan mu ya Yoshimura kun". Ucap seorang lelaki paruh baya yang disebut ayah oleh Kyota.
"Tidak paman, sudah seharusnya teman itu saling membantu. Semoga paman dan bibi diberikan kesabaran, ini sudah kehendak tuhan". Ucap Akira.
"Iya, sekali lagi terimakasih". Balas ayah Kyota.

Walau ayah Kyota nampak seperti biasa saja, jauh didalam lubuk hatinya terdapat rasa kehilangan yang sangat mendalam. Sedangkan sang istri, nampak menangis tersedu-sedu dari kemarin hingga matanya yang terlihat membengkak. Wajar saja, karena ia baru saja kehilangan putra semata wayangnya.

"Akira san datang ya?". Ucap Yurika.
"Tentu saja, mana mungkin aku tidak datang. Aku juga turut terpukul atas kepergian Kyota". Ucap Akira dengan ekspresi sedih (?).
"Ternyata dia punya teman yang peduli ya, tak kusangka". Cetus Daiki.

Ditengah-tengah perbincangan mereka, tatapan mata mereka bertiga tiba-tiba tertuju pada seorang lelaki muda yang datang membawa sebuket bunga. Yang tak lain adalah Hiro, teman dekat Kyota di sekolah.

Tak ada yang menyangka Hiro akan datang. Padahal ia ikut mengucilkan Kyota setelah Kyota terjerat kasus. Setelah mengucapkan duka cita pada orang tua Kyota, Hiro melangkah menghampiri mereka bertiga.

"Kalian terkejut ya, tiba-tiba aku datang". Ucap Hiro.
"Kau..?".
"Hah!, kau baru datang saat Kyota mati? Kau pikir dia akan memaafkan mu setelah kau menjauhinya, begitu?!". Cetus Daiki dengan nada agak tinggi.
"Jangan begitu... Banyak tamu yang lain..". Ucap Yurika menenangkan Daiki.

"Maaf, sebenarnya aku... Tidak percaya dengan kasus itu. A-aku, terpaksa. Aku takut jika nanti, aku ikut dijauhi yang lain. Makanya aku menghindar. Tapi sekarang, aku sadar kesalahan ku. Seharusnya sebagai teman baiknya, aku mendukungnya dan membelanya. Dan selalu ada untuknya. Aku mohon, maafkan aku semuanya. Hiks! Aku benar-benar menyesal". Ucap Hiro dengan air mata yang tiba-tiba jatuh membasahi pipinya.

"Sudah-sudah... Jika kamu tulus meminta maaf, Kyota pasti akan memaafkan mu. Kalian kan sudah dekat sejak SMP, pasti dia tahu apa yang kau takutkan". Ucap Yurika.
"Benar, Kyota kan orangnya pemaaf". Sambung Akira.
"Jika maaf mu itu tulus, kami juga akan memaafkan mu". Cetus Daiki.
"Sungguh? Terimakasih". Balas Hiro terharu.

***

Cerita tentang kematian Kyota telah tersebar hingga penjuru sekolah. Semua sudah mengetahui tentang hal itu dan penyebab kematiannya.

Ada yang merasa iba, ada juga yang merasa senang atas kepergian Kyota. Ada pula yang tidak peduli dengan berita tersebut.

"Sudah dengar? Tentang anak yang gantung diri itu? Pasti sudah menyesal memakai narkoba haha".
"Dia mungkin depresi karena tidak mampu membeli obat-obatan itu haha makanya bunuh diri".
"Dia kan dapat peringatan tegas dari sekolah. Makanya dia stres tidak bisa memakai narkoba".
"Bisa jadi, tapi bukankah bagus. Dia jadi tidak terbebani di dunia haha".
"Hentikan, nanti kita di gentayangi gara-gara menggosipkan dirinya haha". Celoteh para murid.

Yandere Boyfriend - ヤンデレ彼氏 (yandere kareshi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang