Bagian 21

1.4K 233 59
                                    

Sepulang dari jalan-jalan, Haechan dan Renjun langsung kembali ke kota tempat perantauan Haechan. Dia membuat alasan bahwa ada rapat organisasi mendadak pada keluarganya. Sementara pada Renjun, dia tidak mengatakan apapun. Dia hanya bilang ada hal mendesak yang membuat mereka harus segera kembali.

Ayahnya mengijinkannya memakai mobil untuk sementara, karena Haechan berjanji akan segera kembali setelah acaranya selesai. Walaupun sepertinya, dia dan Renjun yang akan selesai.

"Ren." Panggil Haechan pelan.

"Kenapa?"

"Lo sendiri yang sering bilang kan, kalau ada masalah gue harus tanya sama lo daripada cuma diem aja."

Haechan melihat Renjun mengangguk dari ujung matanya. "Iya."

"Lo kemarin juga udah janji buat jawab semua pertanyaan gue. Ya kan?"

Renjun menolehkan kepalanya ke arah Haechan. Dia menatap Haechan sambil mengernyitkan dahinya, "Bisa langsung keintinya gak? Ada apa?"

Haechan menghela nafas panjang. Dia memilih untuk meminggirkan mobilnya dan berhenti berkendara sejenak.

Dia mengenggam setirnya erat. Haechan benar-benar takut sekarang. Dia berkali-kali mengambil nafas panjang sebelum akhirnya memilih menghadap Renjun sepenuhnya. "Jawab pertanyaan gue kemarin."

"Yang mana?"

"Yang terakhir. Kapan terakhir kali lo berhubungan badan sama duyung lain, Ren? Ah, gak gak. Bukan itu. Jawabannya gue ganti. Lo pernah breeding sama duyung lain?"

Rasanya tangan Haechan benar-benar dingin sekarang. Entah karena rasa takut, atau karena hujan yang mulai turun di luar.

Renjun menggelengkan kepalanya, "Gak."

Saat mendengar jawaban Renjun, mata Haechan rasanya panas. Sangat berkebalikan dengan suhu tangannya. "Ren... Bisa gak lo jujur aja? Sampai kapan mau bohong?"

"Chan..."

"Lo bohong, Ren! Lo punya pasangan, lo pernah breeding, dan lo punya anak Renjun! Berhenti bohongin gue!" Haechan berteriak frustasi. Air matanya lolos, padahal dia berusaha menahannya. Tapi tidak bisa. Hatinya terlalu sakit.

Renjun berusaha meraih tangannya. Namun, Haechan segera menyembunyikan tangannya di saku jaket. Tapi Renjun tidak menyerah. Dia meraih kedua bahu Haechan dan menegangnya erat.

"Siapa yang bohongin kamu sih, Chan? Aku gak bohong."

Tatapan mata Renjun terlihat sangat serius. Haechan tidak bisa melihat setitik kebohongan disana. Haechan menggembungkan pipinya kesal. Bibirnya maju beberapa senti, dan dengan nada merajuk dia berkata, "Terus yang sama bang Jungwoo sekarang siapa kalau bukan anak lo?"

Renjun mengernyitkan dahinya, merasa kebingungan. "Kok malah ke Jungwoo?"

"Abang lo tuh kesini. Kata bang Jungwoo dia bawa anaknya sama anak lo."

Renjun terdiam sesaat. Dia menutup matanya, terlihat sedang mencoba mengingat sesuatu. "Chan, ini tanggal berapa sih?"

Haechan memukul pundak Renjun kesal. "Kok ngalihin pembicaraan?"

"Aduh, jangan main mukul dong ganteng. Jawab dulu aja. Aku lupa." Ucap Renjun sambil mengelus pundaknya.

"Tanggal 14. Sekarang jawab dulu yang tadi."

Sudut bibir Renjun terangkat, dia menjilat bibirnya dengan lidah. Ekspresi wajahnya sekarang terlihat sangat menjengkelkan bagi Haechan.

 Ekspresi wajahnya sekarang terlihat sangat menjengkelkan bagi Haechan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ocean | RenhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang