Di tengah semilir angin malam Kota Bandung, Raquelle Luvena hidup dalam kedamaian sederhana. Gadis polos dengan senyuman lembut itu tak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan seorang lelaki akan mengubah segalanya.
Reyyan Devara Aldrich bukan se...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Damn! Gue nggak bisa bayangin kalau orang lain jadi alasan lo terus senyum, itu hak gue Ell." ━━━Reyyan Devara Aldrich.
🪐🪐🪐
"Yeay! Makasih Kak Rey," sorak gadis itu dengan senangnya.
Rey yang melihat gadisnya senang sekali ia menjadi gemas dan tidak bisa menahan untuk tidak mencium tangan Ell.
"Kak Rey nggak mau lihat juga?" tanya Ell, walaupun ia berbicara ke Rey tetap saja pandangannya fokus ke arah handphone.
"Emang seseru apa si, kartunnya?" Rey kepo kenapa Ell terlalu fokus melihat kartun yang berasal dari Jepang itu.
"Ya intinya seru, Kak Rey sih gak pernah nonton." Jawab Ell dengan nada sewot karena lelaki itu sibuk dengan mencium tangannya.
"Hm, udah berani sewot kayak gitu ya?"
"Ya, emang kenapa? Nggak suka?" kini pandangan Ell beralih ke arah Rey, tidak lagi ke arah handphone.
"Gak kok, udah terusin nonton nya." Rey akhirnya pasrah, dari pada gadisnya terus-terusan ngambek padanya.
"Gue juga mau nonton."
"Wah! Ayo sini, duduk sebelah Ell." Ucap Ell dengan senyum manisnya, ia sedikit bergeser ke sofa yang ada di kamar lelaki itu. Senyum manis dari gadisnya membuat Rey gemas lalu mengusap rambut Ell.
"Ih, gak usah di usapin gitu. Nanti gak rapi," ketus Ell karena ia sudah lelah menata rambutnya tapi malah dengan gampangnya dirusak oleh Rey.