Bab 17

33 3 0
                                    

Hinaan Hardy menjadi bensin semangat Dinda untuk lebih produktif. Ia lebih rajin membuat konten dan berinteraksi dengan pengikutnya di media sosial. Konten positif yang ia bagikan menginspirasi banyak orang dengan semangatnya yang tak pantang menyerah dengan kondisi yang ia alami dan jumlah tayangan kebanyakan video yang dia unggah mencapai ratusan ribu sampai jutaan. Membuatnya mendapatkan seratus ribu followers dalam waktu singkat.

Selain konten yang berhubungan dengan dunia kecantikan, ia juga membagikan progres dalam berlatih menggerakan kakinya. Ia mulai bisa melangkah lebih jauh, dari ruang tamu ke kamar tidur tanpa berpegang pada benda apa pun. Makanya ia memutuskan untuk memakai kruk di kedua sisi tubuhnya untuk membantu kakinya melangkah lebih jauh.

Dinda juga sudah mulai membuka dirinya untuk menghadiri undangan dari produk kecantikan yang menunjuknya menjadi pembicara atau menjadi tamu dalam peluncuran produk baru. Biasanya Widia yang mendampingi Dinda, tetapi kalau wanita itu sedang bekerja, ia akan meminta tolong Becka atau Rafa yang menemani.

Seperti hari ini, Rafa yang dimintai tolong oleh Widia karena ia sedang menemani seorang tetangga ke rumah sakit karena mengalami kontraksi dan sudah pecah ketuban sejak tadi pagi, sementara suaminya sedang berada di luar kota.

Rafa menunggu dengan sabar di kursi barisan paling belakang. Pria itu tak melepas senyum bangga pada Dinda yang berdiri di antara para brand ambasador kosmetik lokal ini, yang terdiri dari dua orang selebgram terkenal yang berbasis di Jakarta dan seorang artis yang sedang naik daun.

Sedang fokus memandang Dinda, ia sedikit tersentak ketika seseorang menepuk bahunya.

"Ini Kak Rafa yang pernah muncul di konten Kak Dinda, 'kan?" tanya gadis berusia awal dua puluhan itu dengan senyum ceria.

Rafa mengangguk dengan senyum kikuk.

"Kak Dinda beruntung banget bisa dapat cowok seganteng Kakak. Kalian tuh lucu, tapi so sweet. Aku suka kalau Kak Rafa ngisi voice over di video make-up Kakak Dinda, suka salah nyebut nama alat make-up. Kalian langgeng pokoknya sampai menikah."

"Terima kasih, mohon doanya, tapi saya mau koreksi perkataan Kakak dikit. Bukan Dinda yang beruntung, tapi saya yang beruntung mendapatkan Dinda. Dia perempuan luar biasa," balas Rafa dengan senyum yang berusaha ia tahan supaya jangan terlalu lebar.

Perempuan di sampingnya sampai menutup mulut dengan jerit tertahan. Salah satu tangannya memegang dada. Kemudian, bergumam, "Ya, Tuhan, aku baper."

Rafa melepas tawa kecilnya. Ia sangat suka disangka sebagai pacar Dinda. Cowok yang hari ini sengaja mengenakan kemeja batik lengan pendek dipadukan dengan celana jeans biar terlihat lebih rapi itu, tak berkeinginan membantah anggapan perempuan di sampingnya. Jelas Rafa masih berharap pada gadis cantik yang tambah memesona dan menginspirasi banyak orang itu untuk menjadi pacar dan suatu saat akan menjadi istrinya.

Pembatalan perjodohan tidak membuatnya membenci Dinda. Ia mengerti kalau sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk mereka menjalin kasih. Ada banyak hal yang harus dibenahi. Hubungan ini tak akan berjalan kalau

Acara sudah selesai. Rafa menjemput Dinda di panggung dan Dinda mengenalkan pada teman-temannya, bahwa Rafa adalah sahabatnya. Dinda hanya menghindari adanya salah paham.

"Ada teman selebtok yang naksir kamu. Aku boleh kasih nomor HP-mu?" tanya Dinda ketika mereka sudah berada di mobil dan keluar dari mall, tempat acara itu diadakan.

Rafa berdecak dan melirik sinis. "Stop jodoh-jodohin aku sama perempuan mana pun!"

"Yeee, jadi orang emosian. Temanku lulusan S2 dari UI, orang tuanya dosen dan dokter, saudaranya dokter semua. Dia aja yang milih bisnis. Cocok sama kamu."

Orang yang Tepat di Waktu yang SalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang