Bab 11

18 2 0
                                    

Ayah Becka bernama Rudi Mulya, termasuk pengacara yang disegani dengan rata-rata klien yang memiliki nama besar di masyarakat baik itu perusahaan maupun perorangan. Selain membantu membela orang kaya, Rudi juga sering kali dengan suka rela tanpa dibayar membantu orang-orang dari kalangan bawah untuk mendapatkan keadilan.

Saat Rafa menemui Rudi di kediamannya, pria berusia 65 tahun itu langsung mengenali Rafa sebagai sahabat dari anak perempuan satu-satunya dan dengan tangan terbuka akan membantu. Rafa yang awalnya berniat untuk melaporkan ke polisi, berbelok niatnya hanya ingin melayangkan somasi sebagai peringatan dan meminta Vaya menandatangani surat pernyataan untuk tidak akan menyebarkan video vulgar itu dan menjauhinya. Jika Vaya melanggar janjinya, perempuan itu akan dilaporkan ke kepolisian.

Rafa masih punya sisi rasa kasihan jika menjebloskan ke penjara wanita yang ia tahu latar belakang keluarga bukan dari golongan orang berada. Orang tua perempuan itu bertani dan berjuang mati-matian untuk menyekolahkannya. Makanya, selama mereka pacaran, Rafa tak keberatan membayar keperluan perempuan itu. Sekalipun ia harus banyak berhemat dan mencari uang tambahan sebagai guru les anak SD sampai SMP.

"Dasar anak muda ... lain kali cari pacar yang benar. Jangan hanya mengandalkan nafsu dan nggak berhati-hati dalam bertindak," ucap Roni sambil mengeluarkan asap rokok dari mulutnya. Pandangan matanya memberikan tatapan kasihan pada sahabat anaknya.

"Tau ni, Yah, bisa-bisanya Rafa seceroboh itu pacaran dengan perempuan psikopat," sambung Becka yang ikut masuk bersama Rafa di ruang kerja Roni. Gadis itu menolak disuruh keluar. Ia penasaran apa yang terjadi pada sahabatnya ini.

Rafa meringis untuk kesekian kalinya mendengar ocehan Becka. Telinganya sedari tadi rasanya hampir terbakar karena perkataan Becka yang mengomelinya punya mantan pacar manipulatif seperti Vaya.

"Saya akan kabari kamu lewat asisten dua hari ke depan. Kamu jangan khawatir, perempuan itu pasti nggak akan berani ancam kamu lagi. Asalkan setelah ini kamu tutup komunikasi dengannya. Bila perlu ganti semua nomor dan blokir dia dari media sosialmu," kata Roni lalu menyuruh mereka berdua keluar dari ruangan ini.

Setelah keluar dari ruangan itu, Becka melayangkan cubitan keras di pinggang Rafa.

"Aku mewakili Dinda yang udah kamu sakiti."

Rafa menyingkirkan tangan Becka yang menancap di pinggangnya dan bergerak cepat menjauh dari perempuan yang selalu tega memaki dan memukul siapa pun kalau ia sedang marah.

"Kali ini aku minta kerja samanya untuk nggak membicarakan masalah ini pada Dinda. Aku nggak mau hubungan kami jadi rusak," mohon Rafa dengan sepenuh hati.

Becka mengembuskan napasnya keras-keras. Ia memberi kode pada Rafa dengan telunjuknya agar mereka ke gazebo yang terletak di halaman belakang rumah. Biar mereka bisa bicara lebih leluasa.

"Padahal selama ini aku selalu berusaha bujuk Dinda terima kamu karena kupikir seorang Rafa itu adalah laki-laki paling baik dan nggak ada cacat celanya. Tapi ternyata kamu laki-laki paling jahat pernah aku tau. Bajingan!" maki Becka dengan murka yang kentara dari kulit wajahnya yang memerah.

"Aku takut membayangkan gimana reaksi Dinda kalau tau aku masih berhubungan dengan mantan yang menolak putus. Terlebih lagi aku pernah have sex dengan perempuan itu."

"Kamu harus cerita ke Dinda walaupun nanti dia akan kecewa atau paling buruk Dinda akan membatalkan perjodohan kalian karena merasa ditipu."

Rafa menggeleng kuat-kuat. Ia menolak pikiran buruk itu.

"Kalau gitu jangan nangis kalau Dinda tau masalah ini dari perempuan psikopat itu? Coba kamu pikir, ya, kenapa kirim foto mesum kalian ke aku dan bukan ke Dinda?"

Orang yang Tepat di Waktu yang SalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang