Bab 4

58 8 8
                                    

Raffa dikenal sebagai anak yang tak pernah berbuat nakal selama dia hidup. Kehidupannya menjadi anak baik-baik, membuatnya tak pernah masuk ke dalam ruangan guru BK. Dari SD sampai wisuda pascasarjana, dia selalu lulus dengan nilai yang terbaik.

Kegiatan di luar sekolah yang sering dia ikuti hanya olahraga sepak bola dan menyanyi. Dulu dia bercita-cita menjadi seorang pemain sepak bola profesional, tetapi tak didukung oleh orang tua dan oma-opanya. Mereka hanya ingin Raffa berprestasi lewat jalur pendidikan formal.

Saat Raffa menyelesaikan kuliah magisternya, dia ingin tetap melanjutkan pekerjaannya sebagai asisten dosen di kampusnya di salah satu universitas negeri di Malang. Ia hanya perlu bersabar menunggu waktu untuk diangkat menjadi dosen tetap di kampusnya, tetapi dia diminta oleh omanya untuk pulang karena omanya mulai sakit-sakitan. Mau tak mau ia harus melepas mimpinya diperantauan dan pulang kampung.

Sekarang, ia menemani oma yang hidup sendiri karena opa sudah pergi mendahului mereka pada sepuluh tahun yang lalu.

Raffa yang sedang suntuk pikirannya duduk di depan piano yang diletakkan di ruang tengah. Tanggannya mulai menari di atas tuts piano sebuah lagu patah hati yang mewakili perasaannya saat ini, tetapi ketika baru bernyanyi satu bait, oma menarik telinganya.

"Aduh, Oma. Sakit." Raffa memegang tangan Oma yang masih bertengger di telinganya.

"Jangan menyanyi lagu nggak jelas."

Oma tak pernah menyukai Raffa menyanyi lagu-lagu duniawi apalagi lirik yang menyiratkan sakit hati. Oma hanya mau mendengar Raffa menyanyi lagu rohani. Makanya setiap Raffa bernyanyi lagu sekuler, ia akan cepat-cepat mengganti dengan lagu rohani kalau oma muncul di hadapannya. Namun, hari ini Raffa kecolongan dan dimarahi oma.

Raffa mengelus telinganya yang perih.

"Aku hanya menghibur diri Oma."

Omanya hanya membalas dengan gumaman dan berlalu ke dapur, tak lama kemudian muncul membawa sebuah kotak sedang berwarna bening.

"Ini untuk kamu. Tadi ada yang nawarin Oma beli ini, tapi nggak mungkin Oma makan takut gula darah tinggi lagi."

Raffa menerimanya, ternyata puding cokelat. Raffa menyimpannya di meja dan memeluk Oma sambil mengucap terima kasih.

"Telinganya masih sakit?" tanya Oma menyentuh telinga Raffa.

"Nggak kok. Cubitan Oma kayak gigitan semut."

Omanya tertawa mengulurkan tangan ingin menangkap telinga Raffa lagi, tetapi cowok itu segera menghindar dan tertawa geli. Omanya ikut tertawa melihat tingkah cucu satu-satunya itu.

Raffa menikmati puding dalam diam. Oma duduk di kursi sampingnya memerhatikan cowok itu.

"Kamu serius akan menikah dengan temanmu yang cacat itu?" tanya Oma serius.

Raffa mengangkat pandangan menatap Oma dalam. "Iya, Oma. Tinggal menunggu dia sembuh. Syukurnya kemarin dia udah bisa jalan tiga langkah. Kita doakan secepatnya dia bisa nemenin Oma jalan pagi."

Oma menopang dagunya dengan tangan, matanya fokus pada foto keluarga yang digantung di tembok. Ada Oma, Opa, Kedua orang tua Raffa dan Raffa yang masih berusia sepuluh tahun. Wanita berusia 79 tahun itu sedang membayangkan ada anak perempuan yang menggunakan kursi roda berada di samping cucunya.

Oma menggeleng samar, tak pernah ia bayangkan cucunya memilih perempuan yang tak sempurna kakinya untuk dijadikan istri. Belum lagi, latar belakang Dinda yang memiliki orang tua yang sudah bercerai.

Oma mendadak sedih, ia tak bisa menerima cucunya akan kesulitan di masa depan karena memilih perempuan itu. Padahal cucunya cukup tampan dan menjadi idaman para orang tua yang memiliki anak perempuan. Mengingat sekarang tak mudah menemukan laki-laki seperti Raffa.

"Oma kok takut ya, kamu menikah sama dia. Oma dengar kalau papanya udah punya perempuan baru lagi. Pernikahan macam apa yang nggak bisa setia sampai maut memisahkan. Kamu lihat orang tuamu pernikahannya baik dan harmonis, masa kamu milih menikah dengan perempuan yang orang tuanya udah bercerai? Janji Tuhan aja bisa mereka langgar, apalagi sama manusia. Mereka golongan orang yang gak bisa dipercaya."

Raffa membuka dan menutup mulutnya. Sejenak ia kehilangan kata-kata. Dari mana Oma bisa tahu latar belakang Dinda. Mengingat Raffa dan orang tuanya tak pernah menceritakan apa pun tentang Dinda pada siapa pun termasuk oma. Mulai sekarang Raffa akan mengawasi siapa saja teman bergaul oma.

Raffa mengembuskan napas pelan dari mulutnya. "Oma nggak usah dengerin apa pun tentang Dinda dari orang lain. Selain dari mulutku, itu semua omong kosong. Memang Dinda anak broken home, tapi dia anak baik, Oma."

Oma masih terus berbicara memberi nasihat untuk pentingnya mencari istri yang jelas bibit, bebet, dan bobot. Membuat Raffa tak lagi bernafsu menghabiskan puding itu.

Dia sayang kepada Dinda, tak peduli apa pun latar belakang orang tuanya, dia akan tetap menikahinya. Latar belakang orang tua, tidak sepenuhnya bisa menentukan masa depan seorang anak.

"Jangan sampai pernikahan kalian seperti orang tuanya. Kamu harus pikirkan matang-matang."

"Aku udah mikir matang-matang. Orang tua Dinda bercerai bukan tanpa alasan. Nggak mungkin pernikahan terus bertahan kalau salah satu terus disakiti oleh pihak yang lain. Kita nggak akan pernah paham, selama belum pernah berada di posisi Tante Widia. Kehidupan Dinda dan mamanya sekarang tambah bahagia setelah pisah dari papanya. Aku yakin nggak akan menyesal menikah dengan Dinda."

Oma mencibir, pendapatnya masih belum goyah. Ia belum bisa merestui cucunya menikah dengan Dinda. Oma akan mengusahakan agar Raffa tak menikahi Dinda dan memilih perempuan lain yang sudah masuk dalam daftar menantu idaman pilihan oma.

"Nggak apa-apa kalau kamu tetap pilih dia. Oma hanya ingatkan aja, selagi belum menikah. Kamu pikirkan baik-baik jangan sampai menyesal salah mengambil keputusan," ucap Oma dengan intonasi tenang seolah tak ada paksaan dalam ucapannya.

Raffa menunduk menyembunyikan sikapnya yang mulai lelah menghadapi sikap omanya yang menunjukan pasif agresif ini. Dimana hati dan perkataan tak sejalan.

Raffa jadi semakin bimbang, selama ini orang tuanya selalu mendengarkan Oma, mengingat Oma paling berjasa dalam menyekolahkan Raffa karena sejak Raffa kuliah, orang tua Raffa mengalami masalah keuangan sehingga Oma yang bantu mereka. Sehingga pastinya keenganan Oma atas hubungannya dengan Dinda, akan menjadi pertimbangan orang tuanya meneruskan perjodohan antara Raffa dan Dinda atau membatalkannya di masa depan.

Bersambung
05/08/2022

Aku yang lagi nangis akhirnya SNSD comeback setelah 5 tahun hiatus.
Sone udah pada pulang rumah nih haha

***

Aku akan bagi 1 voucher gratis untuk paket Terjebak Pacar Posesif di Karyakarsa. Nanti kamu akan dapat akses gratis baca dari bab 5-Extra Part.

Caranya sama kayak saat kamu akan lakukan pembelian karya bisa lewat aplikasi atau website, pilih paket yang dikotak warna merah sebelah kiri. Nanti pilih paket Terjebak Pacar Posesif harganya Rp 40.000, setelah itu di kolom gunakan voucher masukan kode voucher, setelah itu klik di kolom Top-up dan Support. Nanti refresh aja, kamu udah bisa baca semua bab yang terkunci.

Kode vouchernya: Rafabucin

Gak ada masa berlaku. Jadi, siapa cepat dia dapat. 

Buat kamu yang ketinggalan voucher gratis, masih ada voucher potongan Rp 2.000 khusus untuk paket pembelian bab 5-20 (persediaan terbatas) kode voucher: Terjebak

Orang yang Tepat di Waktu yang SalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang