01. who cares if it's a bit far; i'll follow the line connecting us

62 11 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





"ZIAAA!"

Suara familiar itu langsung terdengar ketika Zia melangkah keluar dari bagian kedatangan, membuatnya menoleh ke sekitaran sampai ia menemukan sahabatnya melambaikan tangan dan melompat di tempat.

Zia juga tidak terlihat kalah girang walaupun ia hanya melambai sekilas lalu lanjut mendorong koper-kopernya dan bergegas menghampiri Renee. Belum sempat Zia melepaskan tangannya dari koper, Renee sudah menariknya ke dalam pelukan.

"Gimana flight-nya?" 

Delapan belas jam perjalanan dari Jakarta ke Zurich bisa jadi perjalanan yang melelahkan bagi sebagian orang. Namun, bagi Zia delapan belas jam yang ia lalui di udara itu merupakan waktu yang paling tenang yang bisa ia dapatkan dalam tiga tahun terakhir. Tidak ada bunyi notifikasi WhatsApp, tidak ada telepon, tidak ada undangan meeting online yang menghabiskan setengah hari—pokoknya tidak ada hal-hal terkait pekerjaan yang menganggunya. 

Begitu duduk di kursi penumpang, ia tidak memerlukan waktu lama untuk terlelap. Ketika pesawat sudah berada di udara ia disuguhi makanan lengkap dengan hidangan penutup. Setelah kenyang, Zia akan kembali terlelap. Kalau pun terbangun, ia akan menonton film melalui layar kecil di depannya. Tentunya itu tidak berlangsung lama, karena kurang lebih setengah jam setelahnya ia kembali ke alam mimpi.

Sampai akhirnya pesawat mendarat, barulah Zia terbangun dan merasa sangat segar.

"Nggak kerasa apa-apa, karena mostly gue tidur," jawab Zia sambil nyengir.

"Hey, Zi. So happy to finally meet you again."

Kedua perempuan itu nyaris melupakan eksistensi seorang pria yang datang bersama Renee kalau saja ia tidak bersuara. Renee yang kini berdiri di samping Zia, masih belum melepaskan rangkulannya.

"Val! I almost didn't notice you there!"

Valentine—yang biasa akrab dipanggil Vale—pria berperawakan tinggi dengan paras bule di hadapan Zia ini sebenarnya sangat mahir berbahasa Indonesia karena ia memiliki darah blasteran Amerika-Indonesia dan besar di Jakarta. Takdir kemudian mempertemukan Vale dan Renee bersama saat kuliah. Singkat cerita, kini keduanya bertunangan dan akan melaksanakan pernikahan mereka dalam waktu dekat—yang menjadi salah satu alasan kedatangan Zia ke Switzerland.

"Let's go. We still have another 3 hours  trip to Grindelwald. Sini, gue bantu bawa koper lo."

"Thanks guys. Seharusnya kalian nggak perlu jemput gue di bandara, gue bisa kok naik kereta ke Grindelwald sendiri."

"After one long flight? Ugh. That would be boring," celetuk Vale yang sudah berjalan duluan.

"Iya, tau. Lo kebiasaan semuanya sendiri di Jakarta sampai-sampai kerjaan yang seharusnya buat tim juga jadinya dilimpahin ke lo sendiri."

L'americano de St. Laurent (jeonghan x oc)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang