7. Rasa Sakit

1.7K 476 82
                                    



Setelah peristiwa  tidak menyenangkan di jam pelajaran Geografi tadi, Cleo semakin yakin untuk segera bicara dengan Rama. Dia sudah membulatkan tekad untuk mengakui apa yang telah dia perbuat pada Hera dan menyelesaikan semua kegelisahannya.

Namun masalahnya, bicara berdua dengan Rama itu tidak mudah. Selain karena sosok Rama seperti matahari di sekolah, di mana cowok itu nyaris menjadi pusat gravitasi semua orang, baik teman-temannya atau pun para guru, Rama juga tipikal anak kutu lompat yang super sibuk. Awalnya Cleo mengira cowok itu cuma ketua kelas. Tapi begitu mendengar cerita Carissa yang mengatakan Rama  juga anggota OSIS serta pengurus inti klub baseball, Cleo akhirnya paham mengapa cowok itu jarang sekali di kelas. Jadi kalau Cleo  tidak berinisiatif untuk mengajak bicara terlebih dahulu, dan hanya mengharapkan keajaiban melihat cowok itu sendirian di waktu luang, dipastikan Cleo tidak mungkin bisa mengobrol berdua saja dengan Rama.

"Gue mau ngomong sama lo."

Pada akhirnya Cleo menghilangkan semua pertimbangan dalam kepalanya. Tidak perlu menunggu Rama sendirian, Cleo memutuskan mengajaknya bicara cowok itu terang-terangan.

"Eh, Cle!" Rama menyahut ringan. Walau sedikit kaget saat Cleo mendadak mendatangi tempat duduknya, cowok itu masih tampak tenang. "Boleh. Mau ngomong apa?"

"Nggak sekarang. Kapan lo punya waktu? Gue mau ngomong berdua doang."

Pertanyaanya terdengar agresif. Pun langsung mengundang banyak perhatian. Fajar dan Adit yang berada di dekat Rama kedapatan ternganga takjub. Sedang Carissa dan Wita yang sebelumnya mengekori langkah Cleo di belakang, juga ikutan terkesiap. Cleo yang menyadari itu tampak tidak tidak peduli. Fokusnya sekarang cuma pada cowok berhoodie merah di depannya.

Sementara Rama, dia awalnya cuma tertawa waktu mendengar pertanyaan Cleo yang mirip cewek ngambek dengan pacarnya itu. Tapi begitu dia mendapati sorot mata Cleo sekarang adalah sorot yang sama seperti yang selalu dia lihat setiap kali bercermin, tawa Rama perlahan hilang.

"Pulang sekolah. Di kantin. Gimana?" tawar Rama tenang.

Cleo mengangguk. "Oke. Gue tunggu,"

Percakapan menegangkan itu selesai. Suasana kelas kembali riuh. Fajar dan Adit langsung menemploki Rama yang berjalan keluar kelas, lalu meledeknya habis-habisan. Sedangkan Carissa dan Wita, kedua cewek ceriwis itu tentu saja meneror Cleo dengan berbagai pertanyaan.

"Cle, lo beneran PDKT sama Rama?" tanya Wita heboh. Wajahnya terlihat sangat amat bersemangat untuk mendapatkan gosip terbaru.

"Baru juga dua hari, udah kena pelet aja lo! Sadar, Cle! Sadar! Kan udah gue bilang, Rama tuh buaya buntung njirrrr!! Haduh gawat!! Bahaya ini!" Tidak sama dengan Wita yang kelihatan mendukung Cleo dekat dengan Rama, Carissa justru sebaliknya. Cewek itu panik setengah mati saat tahu Cleo mau-maunya pendekatan dengan cowok sableng itu.

"Lebay deh lo, Ca! Kalau Cleo yang mau sama Rama mah gapapa!" tukas Wita sambil menyikut pelan sohibnya.

"Heh! Gue bukan tukang penjeremus kek lo ya! Gue nih lagi mau nyelametin Cleo!" balas Carissa sewot. "Lo tau sendiri gimana sedengnya si Rama? Belom kelar urusan sama Risya, udah nggebet Sarah. Apa gak gila tu anak?"

Wita memdecak. "Ya mungkin Rama beneran naksirnya sama Cleo. Lo gak liat tadi dia sampe ngasih buku catetan geografinya segala?"

"Alah! Itu mah akal bulus dia aja!" Carissa memutar mata. Kini perhatiannya teralih pada Cleo yang sudah duduk di tempatnya. "Cle, jangan sama Rama ya. Gue khawatir lo—"

Harapan Dalam Bayang-BayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang