BAGIAN 11

1.1K 164 12
                                    

HAPPY READING...


































"gue gasuka lo deket - deket sama adel" mendengar bisikan itu membuat pupil mata marsha membesar seketika. ia hanya terdiam mendengar kalimat yang keluar dari mulut ashel secara tiba - tiba.

Dengan kasar ashel menyenggol bahu marsha dengan kasar. ini adalah kegiatan yang lumayan begitu lama ia tinggalkan semenjak adel kembali hadir di hidupnya. bahkan gadis itu hampir merubah total sikap negatifnya selama disekolah.

"maksud lo apa?"

"gausah ikut campur urusan gue, kutu buku brengsek" ashel menatap tajam zee yang berada disamping marsha.

Sementara rombongan adel yang tadinya bersama marsha terpisah karena permintaan zee yang ingin berdua dengan marsha karena ua ingin membicarakan hal penting.

"cel, sejak kapan lo seberani itu ngatain zee?"

"oh my gosh di luar nalar"

Indah beserta kathrin tercengang melihat aksi yang dilakukan oleh ashel beberala menit yang lalu.
pada dasarnya mereka tau bahwa ashel tak akan pernah berkata kasar di depan zee demi menjaga imagenya agar terlihat baik.

Apalagi yang dikatakan ashel tadi ada nama Adel di dalamnya. ketika mereka bertanya ashel hanya mengatakan bahwa adel adalah temannya, ia tak mau sampai adel terpengaruh oleh marsha yang terlihat mulai begitu sangat dekat dengan adel. bahkan dengan teman-temannya.

"reflek gue" ashel menghela nafasnya, setelah itu masuk ke kamar mandi. ia membasuh wajahnya di wastafel itu sembari berkaca setelahnya.

Ia merasa masih belum sanggup menatap diri sendiri untuk saat ini, sembari merasakan jejak nyeri yang tersisa.

ceklek...

Pintu salah satu toilet yang berada di belakanh ashel terbuka, menunjukkan sosok adel pada pantulan kaca yang ia tatap. mereka berdua sama terkejutnya dalam batin. hanya saja sedang berusaha untuk terlihat biasa saja.

"em, gu-"

"jangan pernah tunjukin wajah lo depan gue!" bentak ashel menatap adel dinpantulan kaca itu. padahal adel belum selesai dengan kalimatnya.

Menyadari bahwa keadaan ashel belum bisa untuk di ajak berbincang, ia memilih langsung melangkahkan kali meninggalkan ashel dengan ekspresi tak pedulinya. sama seperti di awal mereka bertemu. seperti terasa hawa kebencian dan ketidak pedulian yang mengitari mereka berdua.

"bajingan!" umpat ashel, ia kembali membasuh wajahnya yang mulai di tetesi air mata. entah kenapa ia kembali merasakan pedih melihat adel yang terlihat seperti itu.





-






Waktu terus berputar hingga di hari ke enam adel benar - benar tidak pernah menunjukkan wajahnya kepada ashel. gadis tomboy itu sampai mengganti tempatnya pada jam istirahat di warung kecil yang berada di pagar area belakang sekolah yang terlihat tidak seramai kantin yang berada jauh di ujung jika dibandingkan dengan kantin yang ia datangi beberapa hari ini bersama teman - temannya.

Sehabis sekolah ia langsung kembali ke panorama cafe, ia membawa beberapa pakaiannya untuk mengganti seragam sekolah, kemudian kembali larut malam. ya, itulah yang ia lakukan belakangan ini untuk menjaga jarak dengan ashel yang memintanya untuk melakukan hal itu.

Bahkan ia berfikir bahwa sekarang ashel sudah sangat benci kepadanya. walaupun ia tau itu adalah kesalahan mereka berdua, tapi tetap saja yang terlihat korban disini adalah ashel.

Orang tua ashel yang merasa heran melihat situasi pekan ini betul - betul tidak seperti biasanya. dimana adel sesekali datang kerumah mereka, maupun sebaliknya hanya merasa keheranan dan memilih bertanya kepada putri tunggal mereka itu. sementara itu mereka hanya mendapat jawaban bahwa adel sibuk dengan cafenya untuk mendapat kemakluman dari kedua orang tuanya.

Sebenarnya ashel mulai merasa bersalah dan kehilangan sosok adel setelah mengatakan hal itu.
bahkan sekarang rasanya adel seperti hilang ditelan bumi di dalam hidupnya.

Malam ini adalah malam ke enam ia tak pernah melihat adel berada di balkonnya. ia selalu menunggu keberadaan gadis itu setidaknya hanya menutup pintu saja.
jangankan untuk menutup, bahkan pintu balkon di seberang sana tidak pernah dibukak oleh pemiliknya.

Ashel yang merasa risah memilih untuk turun ke lantai dasar.
ia berada di ruang utama sampai jam menunjukkan pukul 2.00 dini hari. tak lama ia mendengar suara gemaan motor milik adel di luar sana.
dengan perasaan yang campur aduk ia keluar rumah dengan langkah kaki cepat tanpa alas kaki sehelai pun.

Yang ia pikirkan sekarang adalah adel. apa maksud gadis itu tiba - tiba seperti ditelan bumi.

"adel!" pekiknya. dengan piyama silfer yang terlihat mengkilau di bawah lampu jalanan komplek perumahan elit ini membuat ashel terlihat mencolok dari kejauhan beberapa meter.

Adel yang menyadari bahwa ada yang memanggilnya langsunh membuka helm nya, setelah itu melirik ke arah belakang. padahal motornya belum masuk setengah ke area pekarangan yang berads di depan sana. tepatnya ia  berhenti di depan gerbang saja.

Setelah turun dari motornya, adel membalikkan badannya melihat ada ashel yang mulai berjalan cepat mendekatinya dengan tatapan yang tak ia mengerti. menyadari bahwa itu ashel, adel kembali memakai helmnya dengan capat.

Bukannya merasa aman, ia malah dipukul - pukul oleh ashel tanpa henti. tentu saja adel membiarkan hal itu terjadi, mungkin ini memang efek samping benci ashel kepada dirinya.

"susah banget ya denger kata maaf dari lo!"

"brengsek banget"

"adel brengsek"

Adel yang menyadari maksud umpatan ashel seketika menahan tangan ashel dengan kuat. menyadari respon ashel yang terlihat kesakitan, ia langsung melepasnya kemudian mundur beberapa langkah.

"mau lo apasih?" tanya adel dengan suara pengap khas helm yang masoh terpakai erat.

"gue ngelakuin permintaan lo kemarin juga salah"

"lo kira enak di bentak, di suruh pergi sebelum nyelesaiin kalimat?"

"eh denger ya cel, bahkan sampe larut malam itu pun gue lo abaiin. lo cuman fokus sama pikiran lo yang ganas itu"

"apa tadi? susah denegr kata maaf dari gue?"

"lo yang ga sadar gue udah meminta maaf secara manusiawi banget malam itu juga. sampai gue abain sepupu kesayangan gue yang mau balik. tapi apa? lo malah nampar gue"

"gila lo?"

"gausah berlagak jadi cewe murahan yang playing victim"

dug...

Ashel merasakan dadanya seperti sesak seketika mendengar ucapan yang dilontarkan adel di balik helmnya.
tak lama gadis itu membuka helmnya, menunjukkan ekspresi yang seakan tak peduli akan sosok ashel yang berdiri dengan air mata berlinang menatapnya.

"kenapa? tebakan lo benar?"

"gausah mikirin hal yang ga lo ketahuin sama sekali. gimana cara gue nenangin lo? sementara lo seakan nyuruh gue jauh - jauh setelah kejadian itu"

"gue kira dengan gue nurutin omongan lo bakal bikin semuanya baik - baik aja. tapi justru memperburuk keadaan seperti sekarang"

"gue sama sekali gapernah berpikir gitu, maafin gue"

Adel menarik ashel dalam pelukannya, awalnya terjadi penolakan dari ashel. setelah paham akan perkataan, adel ia memeluk gadis yang sedikit lebih tinggi darinya itu dengan kuat.

Adel mengelus lembut rambut milih ashel yang mulai tersentuh angin sepo - sepoi dini hari yang begitu dingin.
ia akan membiarkan ini untuk sementara sampai ashel ingin mengakhiri pelukan mereka di depan gerbang rumahnya seolah tanpa beban sama sekali.

Adel bersyukur tak ada yang mengganggu selarut ini, dalam batinnya ia benar - benar merindukan ashel...


































*SEE YOU NEXT PART*

𝐃𝐈 𝐃𝐀𝐋𝐀𝐌 𝐇𝐀𝐓𝐈𝐊𝐔 𝐀𝐃𝐀 𝐒𝐔𝐑𝐀𝐓 { 𝐂𝐎𝐌𝐏𝐋𝐄𝐓𝐄𝐃 }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang