BAGIAN 8

2K 228 5
                                    

"i miss you so much,,, thats all" (aku sangat merindukanmu,,, itu saja)

Ibu jarinya mendarat dipipiku. dengan lembut ia mengusap pipiku perlahan.

apa yang harus aku lakukan sekarang?
aku menerima semua perlakuannya tanpa adanya rasa ingin marah sama sekali. seolah jiwa kasarku yang diketahui banyak orang, seketika lenyap saat ini juga.

Tangannya beralih ke pucuk kepalaku, ia mengacak gemas rambutku disana dengan senyum hangat yang belum pernah kutemui di versi dirinya yang sekarang.

Sekarang pikiranku hanya tertuju kepada kata 'takdir' .
aku tau hubungan kedua orang tua kami memang baik semenjak dahulu hingga sekarang.
tetapi mereka tidak pernah mendorong kami untuk saling mengingat, ataupun membahas satu sama lain.
bahkan disaat aku masih berada di penghujung bangku SMP, aku masih mengingatnya dan berusaha harus melupakannya.
aku tak pernah mendapati teman kecil sepertinya, benar-benar tak ada yang sama seperti dirinya. semua orang itu berbeda.

Namun, disaat aku dipertemukan dengan zee di awal masuk SMA, membuatku bisa melupakannya sepenuhnya. ingat, sepenuhnya.
bahkan fikiranku sama sekali tidak pernah lagi dilintasi kilas-kilas masa kecil kami.

Hingga saatnya tiba. disaat usia sekarang, memasuki usia remaja. semuanya terasa sangat jauh berbeda dari yang dulu.
benar-benar jauh dari sifat masa kecil yang dulunya yang terbilang hanya sebuah masa bermain, yang tinggal kenangan bukan?

Mataku tak henti menatap wajahnya yang sangat mudah melepaskan senyumnya ditempat ini.

"why?" (kenapa?)

"kenapa lo kangen gue?,,, gimmi a reason" (beri aku alasan)
ucapku membalas kalimat rindunya dengan nada rendah itu.

Ia kembali membenarkan posisi duduknya, masih menghadap ke arahku. aku hanya menoleh kesamping melihatnya seperti tadi. memperhatikan setiap inci wajahnya, membentuk ekspresi yang sedang ia rasakan.

Sekilas ia menatapku, kemudian pandangannya beralih ke arah langit di atas sana, sembari menutup kedua matanya perlahan.

ia sedang tersenyum?

"did you know?" (kamu tau?)
kemudian ia menoleh kepadaku.

"gue gapunya alasan buat kangen ke lo, cel. bertahun-tahun gue ngejalanin hari ketika lo udah ga dirumah lagi, sekarang gue udah kehabisan alasan"

"dari kata. kangen main sama lo, kangen liat lo ketawa. kangen liat lo ngekorin gue kemana-mana. gue kangen semua tentang kita"

"kenapa gue gabisa lupain wajah kecil lo?"

"sekarang kita udah ketemu, dan rumah kita juga deket kayak dulu. bedanya posisi rumah lo sekarang di depan"

"awal kita ketemu, lo sama gue saling gasuka kan?. gue gasuka lo ngatain orang, dan lo gasuka liat gue belain orang yang lo katain. posisinya, kita cuman orang asing yang ga saling kenal"

"gue ga kaget, gue juga sadar. kalo sikap seseorang pasti berubah seiring berjalannya waktu"

Sejenak ia terdiam, kemudian mencondongkan badannya kebelakang, mengambil minuman soda yang terletak disana, lalu meneguknya.

Selang sepuluh detik, kali ini aku yang terdiam.
ia kembali mendekatkan wajahnya, mengulang hal yang sama seperti diruang tamu rumahnya sekitar satu jam yang lalu.

Aku mempertahankan posisi kepalaku walaupun wajahnya terus mendekat dengan perlahan.
biar kutebak, kali ini pasti ada kata-kata yang bersifat tidak peduli akan semua yang ia katakan tadi kepadaku.

Tunggu...

Aku tersentak ketika ia menautkan jari tangannya di tangan kiriku yang berada disebelahnya. sontak aku langsung menatap wajahnya yang terlihat seperti mencari-cari sesuatu di dalam sorot mataku saat ini.

Seolah aliran darah ditubuhku membeku.
tangan kananku beralih meremas ujung baju kaos putih oversize yang ia kenakan. dan tangan kananku perlahan mengeratkan genggaman pada tangannya yang masih berada disana.
ia melumat bibir bawahku secara perlahan, dengan sangat lembut.

Aku memejamkan kedua mataku, tak membalas ciuman itu sama sekali.
sekarang, aku merasakan ada sesuatu yang sedang bertempur di dalam benakku, seiring deruan nafas ini.

Para bangunan disekitar kami adalah saksi saat ini.
saksi sebagai kali pertama untukku berciuman.
bahkan diriku sendiri tak bisa memberi alasan kenapa tidak bisa menolak ciuman dari, adel.

Ini hanya ciuman pelepas rasa rindu~
Ini hanya ciuman pelepas rasa rindu~
Ini hanya ciuman pelepas rasa rindu~

Dalam hati aku terus bermonolog mengatakan hal itu, membiarkannya melumat bibirku dalam keadaan mataku terpejam. aku mencondongkan kepalaku berlawanan dengan arah condong kepalanya. membalas ciuman itu, menyeimbangkan lumatan yang ia berikan.





-





"del, dirumah lo ada buka lowangan kerja setengah hari kaga?" dey bertanya kepada adel yang sedang sibuk menatap pesanan makannya yang salah di meja kantin itu.

"jadi satpam cocok noh del" lulu menunjuk dey dengan dagunya, membaritahu pekerjaan apa yang mungkim cocok untuk teman aneh mereka itu.

"gada,,, gada" adel berdiri dari tempat duduknya, ingin memesan makanan baru.

"yeh! pelit banget si bos" ucap dey, menatap punggung adel yang mulai menjauh dari meja mereka.

"lo jadi pelajar budiman juga cocoknya, udah"

"budu dimakan tuman"

Sontak, ketiga manusia yang juga berada dimeja itu tertawa kencang mendengar ucapan yang dilontarkan oniel.











"buk, saya mau pesan ini satu" ucap adel menunjuk menu bakso urat yang tertempel di papan mini yang tergantung di dinding tepatnya pada sisi kiri meja itu.

"aku juga mam" seketika adel langsung menoleh kepada orang yang baru saja memesan itu.

"apa liat-liat"

"kayak ada orang ngomong, tapi ga keliatan" setelah berkata seperti itu, adel kembali mengalihkan pandangannya ke arah penjual bakso yang sepertinya sedang membawa bakso pesanannya.

"makasih buk, ini bayarnya" adel memberikan selembar uang seratus ribu kepada sang penjual bakso favorit dikantin ini.

"kembaliannya buat adik saya aja buk" tutur adel, dirinya terlalu peka untuk menatap raut wajah sang ibuk penjual kantin ini disaat ia ingin pergi.

"loh, nak ashel ada kakak toh?" tanya seorang wanita yang sudah hampir berkepala lima itu kepada ashel.

"engga bi, aku anak tunggal" saut ashel dengan sopan.

Setelah itu muncullah salah satu karyawan minah itu membawa pesanannya.

"lah terus yang tadi sahanya nak ashel?" tanya minah layaknya seperti ibu-ibu komplek yang butuh penjelasan. kemudian ia mengulurkan semangkok bakso itu kepada ashel.

"temen, bi" ucap ashel dengan senyuman manis yang ia tunjukkan kepada minah.

Ia mengambil bakso itu, berterimakasih kepada minah. kemudian berlalu pergi menuju meja yang sudah dihuni oleh indah dan kathrin yang tak jauh dari sana.
dan juga tak jauh dari para murid paling heboh dikantin in.
kalian pasti tau.

"kenapa gue jadi canggung?" monolog ashel dalam batinnya, setelah ia kembali bertemu dengan adel beberapa menit yang lalu. setelah kemarin, disaat adel mengantarkannya sampai pintu rumahnya setelah pulang dari panorama cafe.

Sikapnya perlahan mulai berubah...

𝐃𝐈 𝐃𝐀𝐋𝐀𝐌 𝐇𝐀𝐓𝐈𝐊𝐔 𝐀𝐃𝐀 𝐒𝐔𝐑𝐀𝐓 { 𝐂𝐎𝐌𝐏𝐋𝐄𝐓𝐄𝐃 }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang