"gue ga peduli lo nganggap gue cuman sekedar teman kecil yang udah lama hilang"
"gue ga peduli perasaan lo gimana"
"dan gue ga akan peduli akan hal yang bisa aja ngebuat lo ngejauh dari gue"
"tapi tolong, jangan sakitin gue dengan sikap lo yang baik itu"
Ashel bermonolog kepada dirinya sendiri. dari kejauhan ia melihat Marsha yang mulai mengalungkan kedua tangannya pada leher Adel yang menjadi salah satu area tubuh yang ia sukai dalam diamnya ketika memperhatikan gadis itu ketika bersama gadis itu.
Karna merasa tak sanggup melihat pemandangan malam yang membuatnya merasa sakit hati untuk ke sekian kalinya, ashel memilih untuk kembali ke mobilnya sebelum menyaksikan scene buruk kembali terulang untuk kedua kalinya dengan orang yang sama.
Dengan kuat ashel membanting pintu mobil yang baru saja di berikan ayahnya beberapa waktu lalu itu. melirik ke arah cafe dengan dinding kaca transparan yang tinggi membuatnya semakin muak melihat kedua orang itu seperti hendak bercumbu di depan matanya.
TOKTOKTOK...
Tiba - tiba pikiran ashel buyar mendengar suara ketukan pada kaca mobil di sisi kiri sana. ia langsung mengarahkan pandangannya kesana dengan cepat. rasa kesalnya seketika meningkat jika sudah diganggu dalam keadaan seperti ini. tanpa pikir panjang ashel kembali turun dari mobilnya. rasanya ia ingin memukul orang yang sudah berani mengganggunya itu sampai babak belur.
"eh bajingan! lo siapa? berani - beraninya ngetok - ngetok mobil gue" Ashel menarik kuat lengan kanan milik orang yang berdiri di sisi mobilnya dengan posisi membelakangi dirinya. ketika orang itu sudah berbalik badan, dan ashel pun terkejut.
"nebeng, ban motor gue kena paku" dengan santai orang itu memasuki mobil ashel di bangku pengemudi. sementara si empunya mobil hanya terdiam memperhatikan pergerakan orang yang seenaknya memasuki mobilnya tanpa persetujuan sama sekali darinya.
"woi, lo ga balik?" ucap orang itu setelah membuka pintu mobil yang ada di sisi kiri ashel. sementara ia masih berdiri di luar melanjutkan pro kontra yang mulai berputar di pikirannya.
"gue tinggal" sambung orang itu sembari menghidupkan mesin mobil yang menjadi kendalinya.
"mobil gue ya bajingan!" sambar ashel dengan nada tingginya, yang sudah terlatih dari beberapa menit yang lalu.
Alunan musik mengiringi di sepanjang perjalanan, tak ada percakapan sama seperti beberapa waktu lalu. hanya saja bedanya mereka berdua saling tidak suka satu sama lain.
Diam cukup lama menyerang di antara mereka berdua, bahkan saat ini rumah ashel pun sudah dekat dan akan tiba sekitar tiga menit lagi.
"itu lulu" ashel melirik tangannya yang di raih oleh adel. dengan lembut gadis itu mengelus tangannya.
seolah mengerti apa yang ia pikirkan sedari tadi, ada rasa tak ia mengerti saat ini."sebenenya tadi itu gue ngaterin motor gue ke warung langganan nongkrong kita yang dekat dari situ buat lulu. di sela candaan oniel yang garing, gue ngeliat mobil lo lewat dan parkir ga jauh dari sana. awalnya gue ga mikir mau nyusul lo. karna ngeliat zee jalan ke arah yang sama, gue berubah fikiran. walaupun bukan urusan gue, entah kenapa gue punya firasat ga enak. awalnya gue pikir masih aman. ternyata mulai gila tuh bocah, ga nyangka gue" Adel menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dengan serius sembari melihat wajah ashel yang memperhatikannya menyetir.
"sebenarnya lulu udah jadian sama marsha kemaren" sambung adel. ashel masih diam tak berkutik sedikit pun.
"cel?" panggil adel.
"ga bohong kan?" tanya ashel dengan nada rendahnya memastikan. jika dipikir - pikir, bagaimana bisa adel menghampirinya dengan waktu sesingkat mungkin ketika melihat marsha tadi dengan lulu yang membelakangi dinding kaca cafe itu.
"hoodie doang yang sama item, besok - besok gausah pake busana gue biar lo gampang nandainnya" ucap adel asal.
"del..." ashel memanggil adel dengan suara lembutnya.
terasa suasana saat ini sangat serius, adel meminggirkan mobil milik ashel tepat di depan gerbang komplek perumahan mereka."lanjut" saut adel, ia melihat mata ashel menatapnya dengan tatapan yang terlihat seolah ingin mengatakan sesuatu yang sulit untuk ia ucapkan disana.
"lo ga ngerasain apa - apa ke gue?" adel terdiam mendengar pertanyaan ashel, ia mengalihkan pandangannya ke depan.
"sebenarnya kita ini apa?" Adel menelan air liurnya sendiri untuk pertanyaan ini. ashel begitu sangat serius mempertanyakan hal itu. bahkan ia bisa merasakan bahwa ashel masih menatapnya dengan posisi yang masih sama menghadapnya.
"apa gue harus bohong lagi sama perasaan gue buat lo?"
"apa gue harus kembali jadi gadis kecil yang lo sukain lagi?"
"apa gue terlalu buruk di samping lo del?"
"dari dulu gue ngerasa cuman gue yang punya rasa, sementara lo ga nunjukin setidaknya sedikit tanda - tanda balasan perasaan lo buat gue"
"gue tau, sikap gue emang aneh dan kasar. tapi tolong jawab. apakah lo punya perasaan yang sama?"
"gue gamau lo sama yang lain, termasuk eve" Seketika mata adel terbelalak mendengar ada nama eve terselip disana.
"jujur, sejauh ini gue masih sayang eve" ucap adel, kemudian ia mengalihkan pandangannya kepada ashel yang terlihat menahan tatapan kecewanya.
"untuk itu, sebenarnya kita ini apa? gue masih nganggep lo sebagai temen kecil gue yang dulu. sahabat gue yang udah kembali" seperti di tusuk pisau pada bagian jantung. ashel menundukkan kepalanya sembari mengusap matanya yang mulai menjatuhkan beberapa bulir air mata yang terjun.
"sahabat apa yang sampe nge fuck? dan sialnya lo bilang kal-" belum selesai dengan kalimatnya, ashel mulai tersedu - sedu memikirkan ucapan adel pada saat itu.
"sekarang lo turun dari sini" ucap ashel dengan suara tangis yang ia tahan
"TURUN!!!"
HI GUYS, SELAMAT BERAKTIFITAS!
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐈 𝐃𝐀𝐋𝐀𝐌 𝐇𝐀𝐓𝐈𝐊𝐔 𝐀𝐃𝐀 𝐒𝐔𝐑𝐀𝐓 { 𝐂𝐎𝐌𝐏𝐋𝐄𝐓𝐄𝐃 }
Teen Fiction𝐃𝐞𝐥𝐒𝐡𝐞𝐥‼️ SINOPSIS Adel dan Ashel, berusia 17 tahun. terjebak dalam ikatan hubungan erat kedua orang tua mereka. diiringi perjuangan keduanya untuk mencari jati diri yang sesungguhnya. tanpa melibatkan kisah kebersamaan, dan kedekatan mereka...