" Jenooo."
"Ehh rin." Jeno berhenti berjalan dan menoleh kebelakang dimana sang kekasih berada.
"Aku hari ini pulang sama Winter ya."
"Kenapa?"
"Mau pergi aja."
"Yaudah hati-hati." Setelah mendapat jawaban dari Jeno Karina langsung pergi dari hadapan Jeno.
"Jenoo~"
"Huftt untung belum pulang, nebeng ya.""Gak dijemput ra?"
"Haera pulang sama gue."
"Gak mau, aku maunya sama Jeno." Harea melotot ke Mark yang tiba-tiba muncul dan menggenggam tangannya.
"Nanti Karina cemburu."
"Jenn plis ya. Aku nebeng."
"Sama Mark aja, sorry aja ya. Gue ada urusan mendadak. Duluan ya." Jeno pergi meninggalkan mereka berdua.
"Jenooo."
"Udah lah, ribet banget sih jadi cewek, lagian juga gue luang kok."
"Yaudah ayo cepet."
"Jangan marah-marah dong, nanti tambah cantik kan gawat."
"Jangan banyak omong cepet."
🐰🐰🐰🐰
"Gimana?"
"Biar abang yang bilang ma. Mama tenang aja."
"Mama serasa orang paling jahat."
"Mama tenang aja. Anak Mama pasti paham kok."
"Apa yang dibilang adik itu benar ma, mama tenang saja."
"Jeno pulang."
"Jen duduk." Jeno menatap orang-orang dalam ruangan itu heran.
"Ada apa nih. Kak Taerra hamil atau kak Dyfa yang hamil. Tapi kok tegang amat nih pada mukanya."
"Jen duduk dulu."
"Tegas amat bang, kaya Jeno punya salah aja." Jeno duduk di samping Taeil.
"Jen to the point–"
"Hamil ya? Aduh jadi paman kan aku."
"Jen jangan menyela." Tegur Dyfa.
"Ehh oke oke, jangan galak-galak mbak, mas Taeil takut nanti."
"Jen kamu dijodohin sama papa."
"Hah? Lelucon apa ini? Papa aja meninggal udah 17 tahun yang lalu. Gila kamu bang."
"Papa buat surat wasiat jen." Dyfa berucap tanpa melihat ke arah Jeno.
"Akal-akalan kalian kan. Gak mempan."
"Jenn." Kali ini suara Mama terdengar menampar keadaan yang ada.
"Mbak Taerra ini bohong kan?"
"Jen dia gadis cantik usianya dibawah kamu 1 tahun."
"Mbak bukan itu yang Jeno mau. Jadi ini beneran?"
"Kenapa kalian diam? Mama, Mama tahu kan Jeno punya pacar. Bahkan Mama sudah 2x bertemu Karina."
"Jenoo Mama minta maaf."
"Jeno nggak mau, Jeno sayang Karina."
"Jeno ini sudah menjadi silsilah keluarga Papa."
"Tapi nggak gini bang. Aku tahu kalian semua dijodohkan. Tapi kenapa aku juga jadi korban. Bukan cuma aku tapi gadis itu dan Karina. Kalian tahu kan." Jeno berdiri kemudian pergi ke kamarnya dengan membanting pintu.
"Mama yang tenang Jeno kalau marah nggak bakal lama-lama kok." Dyfa memberikan ketenangan untuk mamanya yang sudah menangis setelah jeno pergi.
"Iya, Mama nggak papa."
Sedangkan didalam kamar Jeno merasa ini bukan harinya.
"Haaa paa kenapa sih pa."
"Kalau mati ya mati aja. Jangan bawa masalah baru setelah mati."
"Paaa Jeno harus apa." Jeno mengusak rambutnya kasar.
"Gila."
"Karina atau gadis itu. Pasti luka itu pasti ada."
"Amanah papa, bisa-bisa aku dihantui rasa bersalah sampai mati."
"Ck tau lah bodo."
Cklek
"Jen." Jeno tak menjawab ia juga tak melirik siapa yang masuk ke kamarnya. Dari suaranya itu Dyfa. Kakaknya.
"Kakak tahu ini berat. Kakak juga dulu diposisi Jeno. Kakak dulu juga udah punya pacar. Terlepas dari itu ini dari keluarga papa. Mama pun dulu juga begitu."
"Jenn terluka mencintai itu memang wajar. Yang nggak wajar itu kita menggenggam dua duanya."
"Kakak tahu kamu kecewa, tapi kita gak bisa berbuat apa-apa Jen."
"Jenn dari pada terluka lebih dalam lepas Karina, masa depan kalian masih panjang."
"Jadi gini ya rasanya ninggalin pacar demi orang yang baru dikenal. Jadi flashback ke kisah kakak ya. Harus ninggalin pacar kakak karena hal sama."
Jeno tersenyum sinis."Tahu apa kakak tentang Jeno dan Karina? Nggak tahu kan. Kakak diam aja deh. Nggak usah banyak ngomong."
"Pergi dari sini." Mau nggak mau Dyfa berdiri, berjalan ke arah pintu kamar.
"Yang perlu kamu ketahui Jen, gadis itu benar-benar butuh peran kamu untuk menjaganya."
"Naera. Na Naera." Setelah itu Dyfa menutup pintu Jeno.
"Arggh sial sial sial. Apes hidup lo Jen."
Jeno duduk di ranjangnya, lalu merebahkan tubuhnya dengan mata terpejam.
"Hiks hiks Mama sama papa jahat."
🐰🐰🐰🐰
"Nggak biasanya kamu jemput aku pagi-pagi."
Karina menatap kekasihnya dengan heran.
"Kamu kenapa? sakit?" Karina menyentuh dahi Jeno. Tangan kecil itu digenggam Jeno.
"Karina kamu cantik hari ini." Jeno tersenyum tipis.
"Kamu ada masalah?" Jeno menggeleng.
"Yuk kita berangkat, cari sarapan dulu ya."
"Wah kebetulan aku juga belum sarapan." Karina menaiki motor Jeno pelan-pelan.
"Pegangan nanti kamu terbang."
"Bisa aja nih. Sesuai aplikasi ya pak."
" Siap neng."

KAMU SEDANG MEMBACA
lotsbestemming | NOMIN
Roman pour Adolescents"Tapi aku cacat, mau bagaimana?...." "Naera cukup percaya aku cinta kamu." Gs! Nomin!