11

361 23 1
                                    

"Yakin nggak ditemani?"

"Lima rius, dah nggak usah lebay ya."
Rasya hanya mengedikkan bahunya, sudah ditawari menolak pula. Terserahlah

Haera menyusuri lorong sekolah yang menjadi tuan rumah pertandingan basket antar sekolahnya.

Ia yakin kok dapat menemukan toilet yang ia cari.

Mark kapten basket sekolahnya yang menang tadi sangat keren, shooting yang membuat para cewek-cewek menjerit histeris. Sekolah ini kalah telak. Karena sekolah Haera memiliki kartu As.

"Aduhh nggak tahannn..."
Harea melihat kesana kemari mencari toilet.
"Ahh itu... Heran deh, sekolah kok sepi banget. Emang semua murid diliburkannya?"

Haera berlari cepat ke arah toilet.

Haera sebelum keluar dari toilet, ia merapikan baju dan roknya, pasalnya ia yakin nanti Mark akan berjalan menghampirinya.

Di depan toilet sudah ada Jeno dan Mark.
"Aku kira kau hilang..." Mark merangkul bahu Haera.

"Issh lepas, kamu bau tauk." Haera menyentak tangan Mark. Mereka berjalan dengan diam.

Dengan susana lorong yang sepi, suara sekecil apapun akan terdengar. Bahan tempat mereka berdiri sampai lapangan basket sekolah ini bisa dibilang jauh, tetapi suara teriakan terdengar.

"Ma-maksudnya ka-kalian."

"Iya, ini hanya permainan. Dasarnya kamu aja yang baperan."

Mereka menghentikan langkahnya, sedikit mengintip, disana di atas tangga ada seorang laki-laki dengan 2 perempuan.

Mereka menggunakan baju yang cukup terbuka, mungkin anggota cheers, dilihat-lihat juga seragam keduanya sama.

"Lama aku pendam, kau bisa katakan aku memang iri dengan mu. Kau selalu menjadi point bahakan kau merebut semua yang awalnya milikku."

"Tapi nggak kaya gini-"
Jeno sebenarnya ingin mengajak pergi dari sini tapi Haera berdiri kaku karena kakinya seakan menempel di tanah yang dipijaknya.

Melihat adegan killer di depan sana, banyak darah dari gadis yang merasa tersakiti karena pacarnya mengkhianatinya. Ia bahakan jatuh dari tangga yang lumayan.

Yang bisa Haera lakukan hanya menangis dengan diam, ia ketakutan. Saat kedua orang itu pergi, Jeno berlari ke arah korban yang bersimpah darah.

"H-he-i ja-jang-an bercanda hikss."

"Haeraaa!!!"
Mark merengkuh berat badan Haera, gadis didepan Mark ywng sangat pucat dengan nafas yang terputus-putus. Setelah itu Haera tidak mengingat apapun. Ia jatuh pingsan.

🐰🐰🐰🐰

Haera membuka matanya dengan pandangan kosong, apa maksudnya dengan mimpi itu. Ia bahkan terbayang-bayang sosok gadis yang ia tidak tahu.

"Hihihi bisa aja sih lin."

'iya waktu itu aku gak tah-'

"Sya lo kok belum tidur sih?"
Raesya tentu saja terkejut, pasalnya Haera tadi udah tidur pulas.

"Kamu keganggu ya sama suara ku?" Raesya memutuskan sambungan teleponnya.

Haera bangkit dari tidurnya, ia hanya duduk melihat tangannya yang saling bertautan.
"Nggak kok."

"Terus? Mimpi buruk?"
Haera menaikan bahunya, ia juga tidak tahu.

"Yaudah tidur aja yuk, udah jam 11 lebih." Raesya menyimpan ponselnya di nakas. Ia menidurkan badanya dengan nyaman dan mulai memejamkan matanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

lotsbestemming | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang