"Ma Jeno mau ngomong."
Mama segera membasuh tangannya, saat Jeno berbicara Mama sedang memasak untuk makan malam.Hari ini anak ke-2 dan menantunya akan tidur dirumah. Jadi mama akan memasak banyak untuk mereka.
Jeno berjalan meninggalkan Mama.
Ia duduk di ruang tengah yang terdapat kakak dan kakak iparnya yang lebih dulu ia panggil tadi.Setelah Mama duduk. Semua mata menatap Jeno dengan bingung.
"Keputusan Jeno akan menikah di hari ulangtahunnya."
"Jen.." mama tentu saja terkejut dengan penuturan putra bungsunya itu.
"Mama dan kakek memang menjodohkan kamu dengan Naera tetapi tidak untuk menikah sekarang Jeno."
"Lalu apa bedanya, kita menikah atau tidak pun jarak mungkin akan tetap ada." Jeno mulai terpancing amarahnya.
"Jen tenang kamu jangan marah sama mama dulu." Taerra menggenggam tangan Jeno, agar adiknya itu sedikit tenang.
"Mama kira dengan mengorbankan kebahagiaan anak itu, semuanya beres? Ada gadis depresi disana. Ada gadis yang tersakiti di ujung sana. Dan ada Jeno yang tidak bisa memilih keduanya."
"Jen-"
"Mama ingin mengatur Jeno sampai mana? Menjodohkan dengan orang lain, meninggalkan kekasihku. Stop sampai sini aja ma. Semua ada batasnya."
Jeno berdiri meninggalkan keluarganya yang termenung akan pernyataan putra bungsu."Mama istirahat saja, nanti Taerra yang bicara sama Jeno." Taerra memapah tubuh ibu mertuanya ke kamar.
"Mbak, gimana?"
"Huftt Jeno kan dekat sama Taerra. Biar mereka berbicara dari hati ke hati."
"Benar apa yang dikata Dyfa Jae. Biar istrimu yang berbicara sama Jeno."
"Anak itu masih labil, sok mau nikah secepatnya." Jaehyun mengusak rambutnya kasar. Sedang Taeil hanya pasrah, itu keinginan Jeno jadi ia sebagai kakak ipar bisa apa?
🐰🐰🐰🐰
Duk!! Duk!! Duk!!
"Ckk males gue, si Haera ngilang gitu aja." Mark menaruh kasar ponselnya.
"Sekali-kali jangan cinta mulu lah yang di otak lo. Lihat noh, Jeno yang serasi bagaikan romeo dan Juliet aja berakhir tragis seperti ceritanya. Apa lagi lo, budak bawang."
"Gue denger ya Lin, gue tonjok lo." Jeno mengumpat tetapi tangannya lihai memainkan bola basket.
"Lo tuh harusnya kaya kaya Eric noh, dimana-mana ceweknya semua. Ya nggak rik."
"Mulut lo minta di tampol." Hyunjin langsung terdiam.
"Dah lah, main sama kalian nambah beban aja."
"Dihh kok bisa."
"Pikir aja sendiri." Mark beranjak meninggalkan teman-temannya.
"Yah ngambek, nggak dikasih kabar ngambek." Mereka semua tertawa mendengar candaan hyunjin.
"Btw nongki yok ntar malam."
"Sorry bukanya gimana ya. Gue ada janji nih." Tolak Eric dengan gaya sok coolnya.
"Dah lah gue tahu lo mau kemana." Jeno melempar bola dan langsung masuk ke ring.
"Biasa." Eric menaik turunkan alisnya.
"Hemmm." Hyunjin hanya bisa memutar bola matanya.
"Kaya lo nggak aja jin heran gue."
"Nama gue Hyunjin ya bukan jin guantong."
"Idih baperan." Guanlin pergi meninggalkan ke-3 temannya yang masih asik bermain basket.
Menurut Guanlin, Mark lebih normal dengan bumbu percintaannya yang bantet itu.
"Jen lo aneh nggak sih sama gelagat Haera."
"Aneh gimana?"
Jeno duduk selonjoran di tengah lapangan."Ya si cewek tuh jual mahal banget, padahal kan kalian berteman dari kecil."
"Mana tahu." Jeno mengangkat bahunya.
"Lo kaya nggak tahu cewek aja jin. Dah lah yuk ngongki cantik."
"Ye katanya tadi nggak bisa."
"Ck banyak nanya lo jin. Dah lah ayoo kita kejar 2 cowok jejadian itu." Keduanya mengangguk mengiyakan ucapan Eric.
🐰🐰🐰🐰
"Na..."
"Ehh-" Jeno memergoki Naera yang berdiri dengan berpegangan kuat pada pinggir lemari.
"Kalau lemarinya jatuh bagaimana? Jangan ceroboh." Jeno mengangkat tubuh ringkih Naera. Ia dudukkan gadis itu di kursi belajarnya.
"A-aakuu-"
"Nggak usah maksa, lo tahu itu berbahaya. Lo bisa lari? lo bisa berdiri tega? Nggak kan? Kalau lemari itu jatuh lo bisa lari? Nggak Naera lo cuma bisa teriak." Mendengar ucapan Jeno yang mengalir tanpa tahu bahwa itu menyakiti hati gadis didepannya.
"Hikss hikss aku cacat kak." Naera menunduk dan menggeleng kan kepalanya, tangannya mengepal di atas pahanya.
Jeno merengkuh tubuh itu.
"Maaf aku tidak bermaksud. Maaf."Isak tangis Naera masih terdengar, membuat Jeno benar-benar bersalah.
Ia tidak bermaksud untuk menghina.Butuh waktu lama agar Naera kembali tenang.
Jeno hari ini datang kesini karena ia ingin menjenguk Naera, sesuai janjinya hari ini ia akan datang.
"Kamu mau kemana?"
Naera hanya menggeleng, ia akan kemana? Aku kan lumpuh bagaimana aku bisa kemana.
"Kau mau pergi ketaman?"
Membayangkan itu saja Naera merasa insecure. Kembali lagi ia cacat dan dia malu dengan keadaannya yang sekarang.
"Aku akan menggendong mu, kau mau?"
Naera masih diam, tidak tahu apa yang akan ia utarakan. Jika menolak ia tidak enak, jika mengiyakan dirinya insecure dengan kondisinya.
"Kalau tidak mau tidak apa-apa. Mungkin lain kali aku akan mengajakmu pergi."
"Ya."
"Aku dengar kamu suka makanan pedas manis. Aku membeli ayam saus pedas manis."
Jeno menaruh bungkusan di atas meja Naera.Perlakuan Jeno ini membuat Naera tersenyum tipis, tetapi Jeno menyadari itu.
"Aku akan pulang. Tolong jangan membahayakan dirimu, aku takut kamu akan terluka."
Naera mengangguk, pipinya berubah menjadi merah.Apakah Jeno menghawatirkan dirinya?
"Tolong habiskan makanan ini." Jeno berjalan meninggalkan Naera dikamarnya sendiri dengan pipi memerah.
Saat matanya menatap pintu kamarnya yang masih terbuka. Naera terkejut dengan tubuhnya yang bergetar ketakutan.
"MAHENNN!!!!"
Kenapa dia bisa masuk ke dalam rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
lotsbestemming | NOMIN
Teen Fiction"Tapi aku cacat, mau bagaimana?...." "Naera cukup percaya aku cinta kamu." Gs! Nomin!