2

545 54 1
                                        

"Kenapa lo?"

"Putus sama Karina? Buat gue aja tuh cewek."

"Yaelah jin, punya temen juga lo embat."

"Heh babang Guanlin nama gue Hyunjin ya bukan Jin. Lo kira jin tomang?"

"Hehehe."

"Mirip sih kata gue."

"Gue banting lo rik, nyahut aja."

"Mungkin"

"Uhuk uhuk. Hah mungkin? Lo putus sama Karina?" Mark yang minum itu tersedak mendengar satu kata Jeno.

"Yess ada celah nih."

"Yeee Karina buat gue ya rik. Awas lo." Tangan Hyunjin mengepal di udara seakan mau memukul temannya yang bernama Eric.

"Ahhh tahu lah." Jeno mengusak rambutnya kasar. Kemudian ia bangkit dari duduknya.

"Mau kemana lo Jen." Ucapan Guanlin tak digubris Jeno, ia tetap melanjutkan jalannya.

Bruk

"Ehh sorry gak sengaja." Jeno membantu berdiri orang yang ditabraknya

"Makanya kalau punya mata tu di pakai di kepala bukan di kaki." Bentak cewek yang ditabrak Jeno.

"Yaelah Jen, cewek gue lo tubruk, penyet nanti." Guanlin datang sambil menepuk-nepuk baju kekasihnya.

"Ck tahulah minggir." Raesya gadis itu, mendorong kekasihnya ke samping.

"Mark."
Brak!!

Raesya menggebrak meja.

"Anjing lo." Kaget Hyunjin.
"Eh bukan gitu, maksudnya– AKHHH"
Hyunjin berteriak karena gadis itu menarik rambutnya kencang.

"Sayang lepasin ya. Nanti dia mati." Guanlin memisahkan mereka

"Bilang sama temen lo ini, kalau punya mulut tu sering dibersihin, kotor banget mulutnya." Raesya melepaskan Hyunjin.

"Anjir bener itu cewek." Lirih Hyunjin sambil mengusak rambutnya yang beberapa helai rontok.

"Mark lo kemarin yang anter pulang Haera kan?"

"Selamat sampai rumah kok. Bahkan gue lihat dia masuk rumah."

"Gara-gara lo tuh bocah sakit."

"Lah kok gue sih?"

"Ya iya lah. Lo antar pulang pas hujan malih." Jawab Guanlin yang dianggukin Raesya.

Jeno yang merasa itu nggak penting ia memilih pergi.

"Napa tuh temen lo." Tanya Raesya.

"Tahu tu, katanya putus sama Karina." Jawab Hyunjin yang menyomot kentang Jeno yang belum disentuh dari tadi.

"Haa? Yang bener?" Semuanya hanya mengangkat bahunya.

🐰🐰🐰🐰

"Karina."

"Ehh Jeno, gak biasanya kamu main ke sini."

"Jadi nggak boleh nih aku main ke sini?"

"Boleh dong."

"Ehemm ehh rin kita duluan ya."

"Ehh mau kemana?" Teman-teman Karina berlari menjauhi Karina dan Jeno.

"Hehehe aku nggak ganggu kan?"

"Udah tahu malah tanya kamu tu." Karina mencubit perut Jeno.

"Udah selesai kelas?"

"Udah kok."

"Yuk."

"Mau kemana?"

"Pulang lah."

"Nggak jalan-jalan dulu?"

"Emmm lain kali ya, aku ada masalah keluarga soalnya."

"Ohh yaudah yuk." Karina menarik tangan Jeno.

Jeno menatap Karina dengan tatapan sendu.
'maaf rin, bukan maksud aku mempermainkan kamu. Maaf maaf maaf.'

"Yuk." Karina menoleh kebelakang, dia melihat Jeno melamun melihatnya.

"Jenooo." Karina menggoyangkan badan Jeno.

"Maaf."

"Masalahmu berat banget ya?"
Jeno diam.

"Yaudah keburu hujan." Karina diam menatap Jeno yang memasangkan helm ke kepalanya.
Kemudian Karina naik dengan pelan

"Jeno kamu nggak sendirian, kamu punya aku." Karina memeluk Jeno.

Jeno menarik nafas pelan.
"Aku nggak papa. Ngelihat senyum kamu tuh bagaikan pelangi di tengah gerimis."

"Bisa aja gombalannya. Udah ayo jalan."

🐰🐰🐰🐰

Jeno melihat 2 benda yang berada ditangannya.

Kemudian ia mengambil satu batang. Ia menempelkan ke bibirnya. Dan menyalakan api.

Tapi semua itu gagal karena wanita paruh baya yang sering Jeno panggil mama itu merebut barang itu.

"Jeno."

"Kasih ke Jeno ma."

"Jeno mama sama abang kasih uang Jeno bukan untuk membeli ini."

"Tapi Jeno laki-laki ma, Jeno mau nyoba. Berikan ke Jeno."

Plakk

"Sadar kamu." Mama menampar Jeno. Sedangkan Jeno hanya diam.

"Mama tahu ini berat buat Jeno tapi jangan kaya gini."

"Ini semua karena mama sama papa."

Plakk

"Sadar kamu Jeno, kamu berbicara sama orang tua. Jeno gak gini caranya. Kamu membuat mama semakin bersalah."

"Ohh mama merasa bersalah? Bagus dong."

"Jeno sadar kamu. Ini mama yang membesarkan kamu nak. Kenapa kamu menatap mama seakan-akan musuh?"

"Karena mama adalah musuh Jeno yang paling berbahaya." Jeno keluar dari kamarnya meninggalkan mamanya sendiri.

"Hikss maaf maaf nak, mama memang orang jahat." Tangan beliau bergetar setelah menampar 2x putra bungsunya.

Tangan kiri yang memegang kotak rokok dan korek itu meremat benda itu.

"Maaf in mama sayang. Maaf hiks."

lotsbestemming | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang