"Jaemin, are you crazy?"
Jaemin memutar bola matanya malas, "Hyunjin, gak usah berlebihan. Saya sama Haechan gak ngapa-ngapain. Gak usah bertingkah seperti seorang laki-laki yang labrak kekasihnya gara-gara ketahuan selingkuh." cibir Jaemin.
Hyunjin mendelik, "Jaga sikap, Jaemin. Bagaimana jika Taeyong tau? Rencana kita bisa gagal nanti."
"Saya dan Haechan hanya minum bersama. Lalu, saya langsung pulang, udah gitu doang."
"Kau biarkan Haechan sendirian? Kenapa tidak kau antar pulang?" tanya Hyunjin.
Jaemin mengendikkan bahunya, "Dia yang tidak mau saya antar, manajernya yang jemput dia." jawabnya acuh.
"Ah, bagaimana dengan Jeno, Hyunjin? Maksudku, apa Taeyong mengizinkan Jeno ikut project ini?" tanya Jaemin mengalihkan topik pembicaraan.
Hyung tersenyum smirk, "Harus. Dia harus mengizinkan Jeno. Jika tidak, kita bisa pakai rencana kedua, Jaemin. Jika kau lupa."
× × ×
"Baru pulang, Renjun?"
Jaehyun menatap dingin sosok yang masuk ke rumah sambil berjalan perlahan pada dini hari ini. Melihat kehadiran Jaehyun di rumah, mata Renjun terbelalak.
"Kau di rumah, Jaehyun?" tanya Renjun.
Jaehyun tersenyum smirk, "Ini rumah saya, jika kau lupa. Apa saya tidak boleh mengunjungi rumah sendiri?"
Renjun terpaku untuk sesaat, matanya memicing, "Ini memang rumahmu. Tapi, kau tidak pernah pulang, Jaehyun!" sentaknya emosi.
"Pulang? Apa punya rumah itu bisa disebut sebagai tempat berpulang? Rumah ini bukan tempat saya pulang. Hanya tempat untuk singgah sementara." telak Jaehyun.
"Ngomong-ngomong Renjun, kenapa kau percaya diri sekali menempati rumah saya?" sarkas Jaehyun.
Renjun mendelik kesal, "Aku pasanganmu! Aku submissive kamu, Jaehyun! Tentu saja aku bisa tinggal di rumah ini." katanya.
Jaehyun lagi-lagi tersenyum smirk, "Biar saya ingatkan padamu, Renjun. Kau menjadi submissive saya, karena pakai cara licik." Ia mulai menyudutkan Renjun
"Renjun, saya tahu kamu menggunakan cara licik untuk mendapatkan saya. Kamu mengatakan pada Daddy, kalau saya belum bisa melupakan kamu. Bukankah itu lucu, Renjun? Saya bahkan sangat membencimu. Jadi, bagaimana ceritanya saya tidak bisa melupakanmu? Coba katakan." lanjut Jaehyun semakin menekan Renjun.
"Benci dan cinta beda tipis, Jaehyun. Kamu masih mencintaiku." ucap Renjun dengan percaya diri.
Jaehyun tertawa remeh mendengar sugesti dari Renjun, "Sekali lagi, kau menunjukkan tingkat percaya dirimu yang terlalu tinggi. Benci dan cinta memang beda tipis, kau benar Renjun. Benci bisa menjadi cinta, jika posisinya bukan kebalikannya. Kau sendiri yang membuat cinta itu menjadi benci. Tentu saja, rasa benci itu tidak akan pernah bisa kembali lagi menjadi cinta." jelasnya.
Renjun terdiam di tempat, mulutnya bungkam. Ia seketika kehabisan kata-kata. "Berikan aku kesempatan kedua, Jaehyun. Aku mohon." lirihnya diakhir.
"Kau tidak akan pernah mendapatkan kesempatan kedua itu dariku, Renjun."
× × ×
"Menjadi idol selama 1 tahun?"
Jeno duduk dengan risau. Sekarang, dirinya, Jaehyun, dan Dita sedang menemui Taeyong untuk membicarakan jadwal kerjanya selama 1 tahun kedepan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Marriage
Fanfiction"I want fly free, hyung." "Don't expect!" ● "Want to go with me? I promise you freedom." "Really? I'm coming with you." ● "Sorry, I disappointed you again. Just hate me." "Don't worry, babe. I still love you. I can't hate you." ● M-Preg, BxB, Jeno b...