Jaemin tersenyum tipis, kala matanya menangkap siluet Jeno yang sedang menatapnya sedih. Perasaannya begitu berat, karena langkah yang ia ambil akan membuatnya mengorbankan banyak hal. Jaemin, ia harus mengabaikan rasa sakit hatinya jika suatu waktu Jaehyun berhasil menceraikan Renjun. Dimana setelah itu Jeno dan Jaehyun akan tinggal berdua. Jaemin tidak tahu apakah Jeno akan mempertahankan rahim yang ada di tubuhnya saat ini atau tidak. Jika Jeno memilih mempertahankannya, bukankah ada kemungkinan laki-laki manis itu akan mengandung anak Jaehyun ketika mereka tinggal bersama. Ia juga harus mempersiapkan hatinya untuk itu.
"Jaemin, tolong jangan tiada. Aku akan sangat merasa bersalah jika kau ikut tiada dengannya hanya karena diriku."
Jaemin tersenyum tipis, mendengar Jeno mengkhawatirkannya membuat hatinya jadi hangat. Sosok yang sangat ia cintai lebih dari ia mencintai diri sendiri.
"Aku belum merasakan menjadi suamimu. Jadi, aku tidak akan mati secepat itu. Kau tenang saja, oke." Jaemin tersenyum cerah, seolah tidak mengkhawatirkan masa depannya sama sekali.
"Hati-hati ...." ucap Jeno tulus.
"Jeno, hiduplah dengan bebas. Aku ingin mendengar bahwa kamu bahagia." lirih Jaemin diiringi senyuman.
Jeno tersenyum tipis, "Aku akan bahagia untukmu, Jaemin."
"Jaehyun, cepatlah selesaikan masalahmu agar bisa menjaga Jenoku." Jaemin meninju dada Jaehyun pelan.
Laki-laki lesung pipi itu tersenyum tipis, "Tentu saja, aku juga sudah tidak sabar tinggal berdua dengan Jenoku." Jaehyun membalas ucapan Jaemin sambil menekan kalimat terakhirnya.
Jaemin mendelik, "Cih, awas aja kalau aku dengar terjadi hal buruk pada Jeno. Aku habisi kau dengan tanganku sendiri." terangnya.
Jaehyun terkekeh kecil, "Tenang saja, Jaemin. Aku tidak akan membiarkan hal itu sampai terjadi. Itu sebabnya, kamu harus kembali untuk melihat bahwa aku benar-benar menjaga Jeno dengan baik."
"Aku bingung, kenapa kalian akur sekali padahal kalian sama-sama menginginkanku. Bukankah seharusnya kalian saling berebut?" tanya Jeno polos.
"Simple saja, Jeno. Cinta mereka padamu itu sebenarnya sesimple melihat kamu bahagia. Jika kamu bahagia, mereka akan merasa cukup. Terlepas dengan siapa kamu akan berakhir, Jaehyun atau Jaemin." Bukan Jaehyun ataupun Jaemin, tetapi Doyoung yang menjelaskan.
"Seperti aku dan hyung. Mereka juga hanya ingin melihat kamu bahagia. Itu saja." tambah Jungwoo.
"Hyung, selama ini kamu selalu membantuku bangkit. Mengajarkanku untuk kuat bertahan di dunia entertaiment. Berkatmu, aku sudah bahagia dengan duniaku. Tapi, aku malah abai dengan hidupmu dan berpikir lancang kalau kamu sudah bahagia. Nyatanya, belum. Jadi, kedepannya kita harus bahagia bareng ya, hyung." pinta Jisung lirih.
"Jeno hyung, aku tau kita baru bertemu. Tapi, Jisung menceritakan banyak hal tentangmu. Mendengar itu semua, aku pikir hidupmu hanya penuh kebahagiaan saja. Ternyata selama ini aku salah ya, yang terlihat bahagia belum tentu benar-benar bahagia. Tolong untuk bahagia mulai hari ini dan seterusnya ya. Aku ingin apa yang aku lihat selama ini, benar-benar menjadi kenyataan." ucap Chenle penuh harap, yang membuat Jeno semakin tersentuh.
Tatapan kosong itu, diiringi senyuman tipis, "Bukankah kalian terlalu berlebihan?" tanya Jeno. "Sesuatu yang terlalu berlebihan bisa tidak baik untukku." lanjutnya.
"Jeno, ini bukan berlebihan namanya. Kita tulus sayang sama kamu." seru Jaemin cepat.
Senyuman miris itu terukir di bibir tipis Jeno, "Jangan. Jangan mencintaiku secara berlebihan begini, aku mohon." pintanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Marriage
Fiksi Penggemar"I want fly free, hyung." "Don't expect!" ● "Want to go with me? I promise you freedom." "Really? I'm coming with you." ● "Sorry, I disappointed you again. Just hate me." "Don't worry, babe. I still love you. I can't hate you." ● M-Preg, BxB, Jeno b...