5. Salah paham

5 1 0
                                    

"Sampai kapan kita harus seperti ini, kak?" Yumna memberanikan diri bertanya sambil terisak.

"Seperti ini gimana maksudnya?" Hanan terperangah menanyakan balik dengan nada lirih dan sorot mata yang bingung.

"Menjalankan pernikahan tanpa cinta," Yumna membalas sorot bingung sang suami dengan tatapan nanar.

"Kita ini sudah mau punya anak. Jangan suka lebay!" Sarkas Hanan. Pria dingin itu malah membuang muka dan buru-buru bangkit.

Bukan ini kisah yang Yumna impikan. Bukan Hanan suami yang dia inginkan. Dia hanya butuh sosok selembut Rafka. Yang tidak pernah menatap sinis apalagi menyakiti tubuh dan perasaannya dengan sengaja.

Dari sisi ranjang, Yumna memperhatikan Hanan yang sibuk mengupas buah. Rambutnya yang sedikit panjang menutupi dahi kiri.

"Ngapain liat-liat?" Hanan salah tingkah, tapi nada tanya nya sinis. Kemudian merapikan rambutnya yang mengganggu.

"Kamu cakep tau, Kak. Apalagi kalau sikap dan bicaramu dilembutin dikit. Aku yakin, pasti kamu lebih keren dari aktor blasteran tanah air!" Puji Yumna meluncur begitu saja setelah menyeka air mata. Tidak ada respons apapun dari lawan bicaranya selain tertunduk fokus pada pisau buah di tangan.

Lalu Hanan menyerahkan potongan buah apel yang sudah ia letakkan di atas wadah. Sang istri meraihnya perlahan tanpa berani menatap mata Hanan lagi.

"Kalau badan kamu enakan, besok kita langsung pulang, ya," ucapnya seperti biasa, selalu datar tanpa ekspresi.

Siapa yang tidak jengah melihat sikap dinginnya? Apalagi kalau harus berhadapan dua puluh empat jam seperti Yumna. Berbanding terbalik dari Rafka yang manis lagi romantis. Meskipun Yumna dan adik Hanan itu tak pernah jadian, tetapi Rafka selalu memperlakukannya layaknya Ratu.

"Selamat makan, Tuan putri," senyum Rafka pagi itu saat menyodorkan sepiring sarapan pagi.

Avo smash bersama keju feta ditaburi biji wijen dan garam laut murni. Di atas roti panggangnya ada sedikit percikan zaitun yang aromanya membangkitkan semangat pagi. Itu biasanya sarapan Yumna saat masih bersama Rafka dan teman-teman yang tinggal di sebuah flat daerah kampus.

"Cieee masih pagi udah romantis aja," sapa Gika sahabat sekamar Yumna yang paling perhatian.

Senyum Rafka terlihat manis sekali. Yumna menyambut hangat sambil tersipu. Walaupun mereka tidak saling mengungkap rasa, tapi tampaknya sudah nyaman satu sama lain. Di era milenial ini tidak butuh jadian untuk sebuah hubungan, begitu kata salah seorang teman mereka.

"Romantis apaan. Aku ini udah bersuami, kali," Yumna menyela, mengundang tanya di wajah Gika dan teman mereka yang lain.

"Minta cerai aja. Belum pernah jumpa juga 'kan setelah akad?" cetus Gino asal.

"Gak segampang itu," ucap gadis yang masih melirik Rafka lekat.

Saat itu mereka sama-sama belum mengetahui kenyataan bahwa gadis yang dekat dengan Rafka adalah saudara iparnya sendiri. Bisa-bisanya Rafka tidak mencari tahu siapa Kakak ipar yang dinikahi oleh kakaknya secara dadakan. Mungkin kalau ia lebih awal menyadari, semua tidak akan kacau begini.

"Mikirin apa lagi?" Nada ketus itu menggema di telinga Yumna yang tengah mengunyah buah sambil melamun.

Seketika matanya menoleh pada wajah kesal Hanan yang jutek setengah mati. Mungkin tadi dia bicara sesuatu, tapi Yumna terhanyut dengan masa lalu sehingga tak mendengarkannya.

Pasangan ToxicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang