3. Aib rumah tangga

5 2 0
                                    

"Aku gak suka cara kak Hanan, Ma!" Rafka meradang.

"Tapi itu hak kaka kamu, Raf. Biarkan dia mengurus rumah tangganya sendiri,"

"Mama pikir, ini hanya soal project perdana kami yang dibatalkan kak Hanan? bukan, Ma!"

"Lalu soal apa lagi Raf? apa pun itu, Mama rasa tetap bukan urusan kita."

Ibu dan anak bungsunya sibuk berdebat sejak kepulangan Rafka dari rumah Hanan.

"Ada apa ini ribut-ribut?" Papa dari tiga anak di rumah keluarga Syarif kini menghampiri dan langsung duduk diantara putra juga istrinya.

"Rafka melihat sendiri dengan mata kepala Rafka, kalau kak Hanan suka kasar dan memaksa Yumna berhubungan intim, Ma!"

Sontak, Syarif dan istrinya terkesiap. Hampir saja tangan kanan pria berdarah Arab, Sunda itu melayang ke pipi putranya, kalau bukan karena ditahan oleh Kinan, sang istri.

"Astaghfirullahal'adzim... sudah lancang kamu sekarang, Raf!" seru Papa.

"Apanya yang lancang, Pa?" Rafka yang biasanya penurut mulai meninggikan suara.

"Papa tidak pernah mengajarkanmu mengintip urusan rumah tangga orang... apalagi ini Hanan kakak kamu sendiri. Kamu keterlaluan sampai mengusik urusan kamarnya." Rahang Syarif mengeras menahan emosi.

"Maaf, Pa. Rafka gak sengaja. Waktu lewat dapur tiba-tiba Yumna nangis ditarik ke kamar sama kak Hanan. Terpaksa Rafka ikuti sampai di depan pintu kamar mereka, dan aku dengar semuanya." Pemuda itu mengacak-ngacak rambutnya gusar.
"Rafka fikir... Yumna sudah bahagia bersama kakak. Tapi Rafka sadar, kak Hanan hanya menjadikan Yumna sebagai budak nafsunya, Pa. Dia cuma pura-pura bahagia di depan keluarga kita."

"Rafka!" satu tamparan keras dan teriakan dari Syarif akhirnya melayang juga untuk Rafka.

"Pa, yang sabar Pa..." Kinan, ibu dari tiga anak itu terisak melerai suami dan putranya. Bukan hanya syok, justru sebenarnya ia mendadak khawatir dengan menantu kesayangannya kalau saja benar apa yg diceritakan Rafka.

"Anak ini, sejak pulang dari Australi sudah melupakan adat dari leluhurnya, Ma." Mata Syarif melotot menunjuk-nunjuk hidung bangir bungsunya.

"Tapi ada baiknya Rafka cerita ke kita 'kan, Pa... Gimana kalau ternyata Yumna terzolimi karena perjodohan ini?" Kinan berusaha menenangkan suaminya.

Suasana hening semakin mencekam. Malam yang kian larut, menyisakan lampu redup di ruang tamu istana keluarga Syarif. Ketiganya terhanyut dalam pikiran masing-masing. Sesekali terdengar suara detak jam Belanda di sudut ruang tamu.

"Besok coba Mama tanya ke Yumna pelan-pelan soal ini! Mungkin dia akan terbuka. Sebelum semuanya terlambat, ya, Ma," perintah Syarif kembali memecah keheningan.

Kinan mengangguk dengan kepala tegak dan mata yang basah. Perempuan tengah baya itu kini sibuk memikirkan nasib rumah tangga putranya.

"Papa tau sendiri 'kan, kak Hanan itu tempramen. Gimana bisa papa sembarangan menikahkan dia dengan perempuan baik-baik seperti Yumna," Rafka kembali membuat gusar.

"Diam kamu Rafka! Papa tetap tidak menghalalkan kamu mencari tahu urusan Hanan dengan istrinya. Biar semuanya jadi urusan Mama sama Papa. Kamu urus saja pekerjaanmu sendiri," tegas Syarif lagi.

Pasangan ToxicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang