4. Bercak darah

5 2 0
                                    

"Oke... aku izinin. Tapi begitu selesai urusannya langsung pulang, ya," Ucap Hanan mulai melemah.

Tanpa mengucap terimakasih, Yumna melongos ke dapur. Senyumnya merekah sembari menyiapkan menu makan malam untuk berdua.

Sementara di meja makan, ponsel Yumna tergeletak begitu saja. Menyadari itu, Hanan yang baru duduk, langsung menyambung koneksi maps Yumna ke ponselnya secara diam-diam.

"Handphone kamu gak di lock?" ujar Hanan agak sedikit heran. Jarang sekali ada perempuan modern tidak menggunakan sandi pada android atau iphone nya.

"Nanti kalau di lock, kak Hanan malah jadi curiga sama aku," jawab Yumna tanpa menoleh. Ia masih sibuk menata menu di atas meja.

Hanan menggeleng sambil mengedikkan bahu. Diam-diam ia sudah berhasil memantau akses keberadaan Yumna melalui gps yang terkoneksi langsung di ponselnya.


***

Usai berdiskusi dengan Team, Rafka membawa Yumna ke pasar malam. Yang mana tempat tersebut mirip dengan lokasi kenangan mereka.

"Kenapa ke sini, Raf?" Jelas saja Yumna bingung. Bukan karakter Rafka mengusili istri orang.

"Kamu ingat gak, pertemuan pertama kita di Australi?" Tanya Hanan tanpa menatap wajah Yumna.

"Di Tamworth Regional Playground. Mirip pasar malam ini," desis Yumna lesu.

"Terus apa yang kamu omongin?" tanya Rafka lagi.

Yumna berpikir keras sambil melempar pandangannya ke beberapa wahana.

"Apa, ya?" Yumna malas mengingat.

"Kamu bilang waktu itu sama aku... wajah kamu mengingatkanku dengan seseorang. Orang itu kakak kelas ku di sma dulu. Lebih ganteng dari kamu, sih, tapi galak. Bikin setiap orang ilfeel." Rafka menirukan gaya bicara Yumna kala itu. Ucapannya mengundang tatapan Kaka ipar yang sejak tadi pasrah membuntuti.

"Iya. Waktu itu kita sama-sama belum tau 'kan, kalau kakak kelas yang aku maksud ternyata kakak kamu.. yang dari dulu sudah jadi suamiku," timpal Yumna memasang mimik kecewa.

"Lalu setelah tau," Rafka mengingatkan Yumna kembali.

"Kita mulai jaga jarak... dan tetap berteman baik seperti sekarang." Timpal Yumna dengan mata berkaca-kaca.

"Kamu baik-baik saja 'kan Yum?" Rafka mulai panik karena suara parau perempuan yang sangat dicintainya.

"Aku lagi gak baik-baik aja Raf," ingin rasanya Yumna melepas kepenatan sejak tinggal seatap bersama Hanan.

"Maksud kamu?" Rafka menarik tangan Yumna pelan agar duduk di sebuah bangku yang menghadap ke arah bianglala.

Dari tempat itu mereka bisa melihat beberapa orang yang seru-seruan menikmati wahana bianglala. Tidak seperti orang kebanyakan, Yumna dan Hanan datang untuk meratapi nasib mereka.

"Aku gak tahan sama kakak kamu," Yumna melanjutkan curhat yang terjeda, lalu menjatuhkan kepalanya di bahu Rafka.

Sejak tadi Hanan diam-diam membuntuti mereka. Laki-laki dingin itu hendak meninju punggung Rafka, tetapi urung. Demi menjaga perasaan kedua orang tua mereka, ia tidak boleh bertindak gegabah.

Pasangan ToxicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang