"Yum... kamu sudah tidur?"
Aku mendengar derit handle pintu kamar kami dibuka. Bersamaan dengan suara lembut yang mulai sering menyapaku akhir-akhir ini. Malas menyambutnya, kututup wajah dengan selimut sambil memeluk guling. Kemudian kurasakan telapak tangan Kak Hanan menyentuh pelan kepalaku. Lalu bibirnya yang hangat mendarat lembut di pipi, dekat sekali dengan telingaku.
Tidak berapa lama kudengar suara shower di kamar mandi menyala. Mungkin dia langsung membersihkan diri karena mengira aku sudah terlelap.
Sejak melihatnya bersama seorang perempuan siang tadi, aku merasa ada yang aneh dalam diri ini. Tidak mungkin aku cemburu. Bisa saja perasaan ini hanya karena marah telah dikhianati. Memikirkannya, aku sampai insomnia. Belum lagi dering panggilan di ponsel kak Hanan menjerit-jerit sangat mengganggu.
"Halo, mau apa lagi?" akhirnya dia keluar juga dari kamar mandi. Jadi aku tidak perlu repot melayani panggilan di ponselnya.
"Tolong jangan ganggu. Aku lagi sama Yumna," suaranya begitu lirih. Mengalahkan bisikan-bisikan sarkasnya setiap malam.Aku jadi curiga terhadap si penelepon di tengah malam seperti ini. Sedikit menyesal karena tidak mengecek nama di layar ponselnya saat tadi pertama kali berdering.
Aku jadi merasa, pengkhianatan harus dibalas dengan berkhianat pula. Masih saja dengan posisi pura-pura tidur, aku memaksakan diri agar bisa lolos ke alam mimpi. Daripada harus mendengar obrolan antara suami dan yang kuduga perempuan selingkuhannya tadi siang.
Esoknya, sengaja tak ku sediakan sarapan. Kak Hanan berubah lembut pasti hanya untuk menutupi kedoknya. Apalah dayaku yang hanya dijodohkan demi siasat ibu dan papi.
"Roti bakarnya cuma seporsi, Bik?" tanya Kak Hanan pada Bi Niyem. Aku tahu dia sedang melirikku yang tengah menyantap sarapan, tetapi aku pura-pura tak melihat.
"Roti tawarnya habis Tuan. Tadi mau bikin nasi goreng, tapi bumbu juga belum dibeli."
"Oh, iya gak apa Bik. Makasih, ya," ucap Kak Hanan.
Saat aku menoleh, netra kami bertemu. Kasihan juga suamiku mau berangkat kerja kalau sampai tidak sarapan. Raut wajahnya yang tak sedingin biasa membuatku jadi tidak tega.
"Aku bikinin salad mau kak?" basa-basiku disambut anggukan cepat oleh Kak Hanan yang baru saja duduk di sebelahku.
Gegas bangkit kubuatkan salad untuknya. Tangan kak Hanan mulai menjamah sarapanku, menyomoti roti bakar yg sudah tersisa di atas piring. Kuperhatikan hari ini penampilannya sangat rapi. Celana juga tidak bolong-bolong seperti biasanya. Rambut yang masih sedikit gondrong tersimpul di bagian atasnya.
"Gimana, kakak jadi lanjut koas?"
"Jadi... kemarin, sampai sore aku ngantri mengajukan permohonan ke kampus." Sahutnya santai.
Sampai sore? Lalu kejadian siang bertemu perempuan itu tidak dia ceritakan padaku. Lihat saja nanti pembalasanku.
"Hari ini aku sama teman-teman ada event. Kak Hanan lembur lagi?" ku letak seporsi salad di meja hadapannya.
"Ngga. Aku pulang sore. Event nya di mana? biar aku jemput," sahut Kak Hanan mulai melahap sarapannya.
Perbincangan kami terjeda saat bik Niyem memberitahukan ada seseorang yang datang. Aku beranjak menuju ruang tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasangan Toxic
ChickLitYumna dan Hanan sebetulnya sudah dinikahkan sejak sama-sama belum selesai kuliah. pernikahan tanpa mempelai wanita yang masih menempuh study di Australi saat itu terpaksa dilangsungkan demi lancarnya kerja sama sebuah proyek antara kedua pihak kelua...