"Maaf, Pak Hanan. Janin dalam kandungan istri bapak tidak tertolong. Kami harus bertindak sesegera mungkin untuk membersihkan rahim bu Yumna," Jelas dokter di depan Hanan, Aini, Kinan dan Syarif.
Seketika Hanan ambruk di lantai rumah sakit. Sambil memegang kepala, ia refleks tersedu dengan tubuh terjongkok dan menyandar pada tembok. Sedangkan Kinan, sang mama terjatuh dalam dekapan Syarif, suaminya. Sementara Teh Ai kakak sulung Hanan dan Rafka masih terdiam tidak percaya.
"Memang bayinya sudah tidak bernafas lagi atau gimana dok?" Kakak tunggal Hanan menanyakan dengan suara parau.
"Cairan ketubannya terlanjur merembes dan detak jantung janin juga tidak lagi terdeteksi. Sudah tidak ada gerakan janin sama sekali, bu Aini,"
"Tolong, dokter selamatkan istri saya," sela Hanan yang tiba-tiba bangkit memohon dengan berderai air mata.
Para perawat langsung memindahkan Yumna ke ruang operasi. Kinan terlihat sibuk membesarkan hati putra sulungnya.
"Gimana keadaan Yumna, Kak Hanan?" tanya Rafka yang baru saja tiba dengan wajah teramat cemas.
Hanan menatap Rafka sangar. Kedua tangannya mengepal dan rahangnya mengeras. Sedetik kemudian ia meninju keras perut dan wajah adik kandungnya itu hingga Rafka terhuyung tak berdaya.
"Sudah Hanan! cukup nak," isak sang Mama serak, tapi tetap berusaha tegas.
Syarif dan putrinya juga turut melerai sebelum terjadi perkelahian lebih hebat lagi antara kedua kakak beradik itu.
"Ini rumah sakit, dek. Kalian jaga sikap, ya... jangan buat malu keluarga!" seru Aini gusar.
"Gara-gara Rafka, Ma... Semua ini gara-gara dia. Anak Hanan mati gara-gara dia." Teriak Hanan sekeras-kerasnya sambil menunjuk wajah Rafka dengan tatapan murka.
"Yumna keguguran, Ma?" Kinan mengangguk menjawab pertanyaan putra bungsunya.
"Ini semua gara-gara lo, Raf." Hanan masih tidak bisa mengendalikan emosinya. Meski dia menyadari tidak ada gunanya mengambing hitamkan siapa pun.
Nafas suami Yumna itu tak beraturan. Kalau saja Kinan dan Syarif tidak datang lebih awal dan menemani di sisinya, mungkin Rafka sudah babak belur.
"Sebenarnya ada apa dengan kalian ini?" Syarif mencengkram lengan kedua putranya.
Rafka membalas tatapan tajam Hanan seolah tidak mengerti. "Rafka juga gak tau, Pa. Terakhir Yumna nelepon Rafka, dia bilang lagi ketakutan karena kak Hanan marah-marah. Setelah itu sambungan telponq terputus,"
"Lalu gimana ceritanya, Yumna bisa jatuh dari tangga setinggi itu?" tanya Syarif menatap wajah putranya bergantian.
Kini Hanan tertunduk dengan wajah pias merasa bersalah. Pipinya masih basah oleh air mata. Ada keresahan yang dalam di lubuk hatinya. Sang Mama dan Kakak perempuannya masih menunggu jawaban yang keluar dari mulut Hanan juga Rafka.
"Rafka sama Yumna, di belakang Hanan masih punya hubungan khusus, Ma." Desis lelaki gondrong berwajah kearaban itu.
"Fitnah itu, Ma. Kak Hanan yang cemburu buta. Atau jangan-jangan dia yang menjatuhkan Yumna dari tangga!" gantian, Rafka yang mengamuk tersulut emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasangan Toxic
ChickLitYumna dan Hanan sebetulnya sudah dinikahkan sejak sama-sama belum selesai kuliah. pernikahan tanpa mempelai wanita yang masih menempuh study di Australi saat itu terpaksa dilangsungkan demi lancarnya kerja sama sebuah proyek antara kedua pihak kelua...