"Kak Hanan, aku capek. Mau istirahat."
Mata sayu Yumna membuat Hanan urung memaksa istrinya untuk yang ke sekian kali. Tatapan elangnya menelisik gerak-gerik gadis malang itu seolah ragu 'benarkah Yumna kelelahan atau hanya ingin menghindar setelah berkali-kali ia memaksa?'
Yumna baru menyelesaikan shalat isya, langsung melepas mukena dan menyeka pelan tangan maskulin Hanan yang baru saja hendak merengkuh istrinya. Sepertinya gadis itu betul-betul tengah kelelahan.
Dengkur halus mulai terdengar beberapa menit setelah Yumna menjatuhkan kepala di bantal, merebahkan tubuh asal-asalan. Dengan lemah lembut Hanan menyentuh pipi perempuan berkulit hitam manis yang sebulan terakhir menjadi teman tidurnya, sembari memperbaiki posisi yang tadinya tengkurap menjadi berbaring miring tepat saling berhadapan dengannya.
"Panggil Hanan dengan sebutan Mas, Yum. Mulai sekarang Papi ga mau lagi dengar kamu manggil nama sama suami sendiri,"
"Di sekolah dulu biasa manggil dia kakak, Pi."
"Sekarang beda. Hanan kan sudah lama resmi jadi suami kamu."
Hanan masih mengingat perdebatan antara ayah dan putrinya saat Yumna dan Rafka baru tiba di bandara sekitar sebulan lalu. Bukan tatapan penolakan Yumna terhadapnya yang mencipta gundah gulana di hati Hanan, tetapi saat mata istri dan adik semata wayangnya, Rafka saling beradu. Jelas sekali ada kejanggalan yang menyiksa perasaannya.
Malam setelah resepsi, ia terpaksa menarik gadis modern itu ke peraduan tanpa cinta. Yang Hanan tahu Yumna sudah sah menjadi hak milik dirinya. Bukan baru sekarang, tetapi sejak lima tahun silam. Saat akad itu digelar meski tanpa kehadiran Yumna.
"Kak... Yumna takut," isak Yumna saat Hanan baru saja memulai aksinya.
"Kamu ini istriku. Lalu apa yang harus kamu takuti," bisik Hanan dingin. Expresinya sama sekali tidak romantis, malah menambah ketakutan di dada Yumna.
Kala itu terdengar jelas di telinga Hanan ritme degup jantung gadis yang isunya sempat dipacari Rafka. saat Hanan baru meletakkan kepala di dada Yumna dan merengkuhnya erat terdengar tangis miris seperti tertahan.
Malam penderitaan gadis modern yang merasa dirinya berpendidikan tinggi, korban perjodohan bernama Yumna dimulai sebulan lalu. Berbagai penolakan tak lantas menghentikan Hanan dari merenggut kebanggaan dan kesadarannya sebagai seorang istri, bermula setelah turun dari pelaminan. Andai gadis cerdas itu tahu sedikit saja tentang besarnya perasaan sang suami yang lama terpendam saat masih duduk di bangku sekolah menengah umum dulu... Sayang, Hanan merasa takut cintanya dirampas sampai harus terburu-buru memaksakan kehendak.
"Kamu kenapa nangis?" Hanan mengejutkan Yumna paginya saat gadis itu tersedu di balkon apartemen."Kamu gak bisa, Kak, kalau ngomong jangan kencang-kencang gitu... bikin aku kaget," gugup Yumna berusaha terdengar manja sambil cepat menyeka air mata yang menggenang di pipi.
"Biasanya para istri kalau di dekat suami mereka, bawaannya selalu bahagia. Kamu masih pagi buta gini malah nangis gak jelas," ketus Hanan yang kemudian melengos begitu saja.
'Bahagia gimana? punya suami, emang cakep sih...tapi gak ada manis-manisnya' gumam Yumna dalam hati seakan ingin menendang keras benda yang ada di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasangan Toxic
Chick-LitYumna dan Hanan sebetulnya sudah dinikahkan sejak sama-sama belum selesai kuliah. pernikahan tanpa mempelai wanita yang masih menempuh study di Australi saat itu terpaksa dilangsungkan demi lancarnya kerja sama sebuah proyek antara kedua pihak kelua...