8. Bukan salah cinta

6 2 0
                                    

Sudah empat bulan Yumna mendapat izin dari Hanan untuk bekerja dalam bidang fashion. Kehamilannya, sama sekali tidak menjadi penghalang semangat dalam berkarya.

"Yumna," seperti biasa, Hananlah yang menyambut Yumna lebih dulu di ruang tamu.

"Ya, kak. Kak Hanan belum makan malam? biar aku siapin, ya." Tawarnya lembut sembari mencium punggung tangan laki-laki yang menatapnya dingin.

Yumna sudah terbiasa dengan expresi dingin suaminya. Namun, ada yang berbeda di malam ini. Mata elang yang belakangan mulai ramah, sepertinya kembali menyorot amarah.

Tatapan mata Hanan mencegah Yumna untuk melangkah ke dapur. Sebelum kata-kata atau tangan Hanan yang ikut campur, istrinya itu berpikir keras mengoreksi kesalahan apa yang telah ia perbuat hari ini. Tidak juga ia dapati pelanggaran dalam dirinya sedikit pun.

"Kak Hanan kenapa?" Yumna bertanya dengan sangat hati-hati.

Sejurus kemudian Hanan mencengkram keras lengan istrinya dan membuat perempuan itu meringis pelan, jadi tak berani lagi menatap amarah di wajah suaminya.

"Saya mengizinkan kamu bekerja di luar sana bukan semata-mata karna saya suka dengan passionmu,"

"Aw... sakit, Kak." Ringis Yumna semakin keras.

"Kamu kira saya gak tau, ke mana saja kalian berdua sampai selarut ini,"

"Maksud kak Hanan, kalian siapa?" Yumna mencoba memberanikan diri menatap wajah suaminya.

"Siapa lagi kalau bukan kamu sama Rafka," rahang Hanan mengeras dan wajahnya mulai memerah.

"Kak, Please... kamu sendiri tau 'kan aku pergi gak cuma sama Rafka. Ada teman-teman kita yang lain di sana. Itu juga karena ada WO yang ngontrak kita, ngajak kerjasama."

"Kalian memang gak sendiri. Justru itu kedekatan antara kamu dengan Rafka semakin menonjol dibandingkan kedekatan kalian dan teman yang lain." Tangan Hanan mulai mengendurkan cengkramannya masih menatap Yumna tajam.

"Kak Hanan ini kenapa, sih? Selalu membesar-besarkan hal yang gak penting," Yumna menatap suaminya dengan tatapan menantang.

"Gak penting kamu bilang? Iya, mungkin gak penting buat kamu. Karena kamu gak pernah mikirin perasaan saya sebagai suami."

"Kak... jangan lebay deh. Kalau bukan karena mikirin kak Hanan. Buat apa aku pulang malam ini, saat semua orang menginap di lokasi acara. Aku bela-belain pulang untuk kamu, tapi malah diperlakukan kayak apa aku ini!" Berontak perempuan berbadan dua itu kesal.

Yumna melepas paksa lengannya dari genggaman Hanan. Raut kecewa tercetak jelas di wajahnya sambil berlalu dari hadapan Hanan yang masih terpaku dengan wajah merah padam.

Yumna menyadari perasaannya belum memudar untuk Rafka. Apalagi di saat seperti ini, hanya Rafka yang bersedia jadi sahabat dan mengalah demi menghapus egonya. Suara yang begitu lembut tiap kali menyapa juga hanya suara laki-laki itu.

"Perlu aku antar?" tawar Rafka saat Yumna tadi hendak pulang.

"Aku bawa mobil, Raf. Kamu selesaikan aja tugas kita yang tertunda. Nanti editor yang ngirim file lengkapnya ke email kamu,"

Pasangan ToxicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang