6. Istana derita

3 2 0
                                    

"Mpok Mina... Bik Niyem... istri saya jangan kasih pekerjaan yang berat dulu, ya,"

"Baik, Pak. Kami berdua mau ngucapin selamat atas kehamilan Non Yumna." kedua art di rumah Hanan semringah, antusias menyambut kepulangan majikannya.

"Terima kasih Mpok, Bik." Angguk Yumna bersamaan dengan senyumnya yang ramah.

Lalu perempuan yang baru pulang dari rumah sakit itu langsung menatap kosong ke arah tangga. Sementara itu Hanan membantunya berjalan menuju kamar. Membaringkannya di atas kasur, lalu menyelimuti tubuh Yumna hingga ke dada. Seolah bukan mereka yang kemarin siang bertengkar kecil di rumah sakit.

"Kalau kamu butuh sesuatu... bilang sama aku, ya," pesan Hanan lirih dengan tatapan peduli.

"Kenapa kamu gak ngabari papi, ibu sama mama, papa, kak?" Suara Yumna parau, menatap wajah Hanan sendu penuh harap.

"Kalau kamu sudah pulih, aku pasti kabari berita baik ini ke semuanya,"

"Tapi aku maunya sekarang," protes Yumna manja.

"Untuk apa, Yum? hanya bikin mereka cemas melihat kondisi kamu yang sekarang," suara Hanan kembali meninggi.

"Bukan karena ka Hanan takut ketahuan, aku drop akibat kelakuan kamu," mendengar ucapan Yumna, Hanan terdiam menghela napas berat.

"Oke, Fine. Maafin aku! Sekarang kita fokus untuk pemulihan kamu dulu, ya. Berita bahagia ini pasti aku kabari ke semuanya kalau kamu sudah sembuh." untuk kedua kalinya Hanan berbicara dengan tatapan lembut pada perempuan yang telah mengandung buah cintanya. Kali pertama saat Yumna demam tinggi waktu itu.

Mendapati ketulusan suaminya, kali ini perempuan berbadan dua itu menurut pasrah. Daripada harus ribut dan bersitegang lagi, ia lebih memilih menikmati belaian hangat dan lembut di kepalanya. Tidak peduli Hanan perhatian karena calon bayi mereka atau sebab yang lain.

"Kamu langsung tidur, ya. Aku ada tugas sedikit lagi. Nanti aku nyusul," lirih Hanan di sisi Yumna yang mulai terpejam.

***

[Raf... teman2 kenapa gak ada yang datang jenguk aku?]

[Ada kok Yum. Kemarin malam mereka datang. Tuan rumahnya galak. Gak diizinkan masuk kata mereka.]

Yumna terkesiap membaca balasan chat Rafka. Merasa bosan seharian berbaring di atas kasur, ia gegas bangkit beranjak dari posisi tidurnya.

Kekesalannya bertumpu penuh pada Hanan. Terenggut sudah kebebasan dan hak nya sebagai seorang istri. Sampai-sampai Hanan mengusir para sahabat yang berniat menjenguknya. Wajah cantik itu mulai diselimuti rasa gusar.

"Awas aja kamu, Kak. Kalau pulang akan ku balas," ujarnya kekanakan.

Tidak berapa lama terdengar suara Hanan dari arah ruang tamu. Dengan terburu-buru Yumna mendatangi sumber suara menyadari suaminya yang pulang.

"Kenapa lari-lari, sih... kamu lupa, ya, sedang hamil?"

Yumna menatap suaminya murka. Mencetak kebingungan di wajah Hanan yang hendak melepas jas dan kaos kakinya. Saat baru akan meletak jam tangan ke atas nakas lorong pemisah ruang tengah dan ruang tamu, Yumna berdiri tegak di hadapan lelaki yang masih terlihat kelelahan itu.

Pasangan ToxicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang