2. Februari

920 54 1
                                    

"Berhenti di lampu merah!"

Perintah yang lebih muda kepada yang lebih tua. Jeno sedang memakai seragam lengkap, sementara Sang Kakak, Mark memakai pakaian kasual, bersikeras mengantar adiknya ke sekolah padahal jelas-jelas Jeno menolak.

"Kenapa? Kau ingin sekalian mengemis?" Sindirnya menahan senyum. Mark tahu Jeno adalah seorang berandalan yang ditakuti di sekolahnya, tentu akan merusak pamornya jika ketahuan ke sekolah diantar kakaknya yang tak kalah tampan. Salahkan sendiri yang kemarin membolos, berujung Ayahnya memaksa Mark untuk mengawasi tingkah laku adiknya.

"Kak Mark, sebegitu inginnya yah kau tebar pesona di sekolahku? Sudah kubilang tidak ada yang menarik di sini?"

"Masih ada Jaemin."

Jeno mendengus kesal. "Ya sudah, ambil saja dan biarkan aku berangkat ke sekolah sendiri!"

Mark menggeleng. "Kau tidak dengar apa kata ayah, tiga kali kau membolos, ku pastikan aku akan mundur dari kantor dan jadi bodyguard mu!"

"Oh benarkah, kenapa tidak sekalian menjadi malaikat pencabut nyawaku?"

Tidak mengubris perkataan Jeno, Mark justru asyik memasang kaca mata gelapnya dan melesatkan mobil ke halaman sekolah. Atap mobil sengaja dibuka, memperlihatkan siapapun menatap mereka dengan rasa kagum. Bukankah sesekali tebar pesona tidak apa-apa? Lagi pula gen Jung Jaehyun dan Lee Taeyong tidak patut di sia-siakan.

Sayangnya hal yang menurut Mark mengasyikkan ini, justru malah tampak memalukan bagi Jeno. Dia bukan orang yang haus perhatian, cenderung menutup diri dari sekitar. Orang-orang mengenalnya hanya karena dia anak dari konglomerat Jung Jaehyun, selanjutnya tak ada yang lebih mengenalnya sebaik Jaemin.

"Hai tunggu!" Mark menahannya begitu Jeno cepat-cepat keluar. Tangannya ia arahkan pada dasi di lehernya. "Dasimu tidak rapi." Ucapnya disambung tangan yang merapikan surai Jeno.

Tentu gerakan tersebut langsung ditepisnya keras dan membuat Mark kontan terbahak-bahak.

Adiknya sudah besar rupanya. Tidak ingin melakukan skinskip berlebih walau itu kakak kandungnya. Padahal ia rasa baru kemarin Jeno meminta perlindungan darinya gara-gara mainannya direbut temannya.

Sekolah Jeno adalah sekolah yang ia tempati dulu. Sudah jelas jika dia masih mengenal guru-gurunya. Berbeda dengan Jeno, dia termasuk jajaran murid yang dapat diandalkan. Ketua OSIS, kapten basket juga peringkatnya masuk tiga besar. Bukan bermaksud membanding-bandingkan, dia yakin Jeno punya keistimewaan sendiri. Walaupun adiknya itu belum menemukannya.

Mark baru saja ingin masuk ke mobil sebelum matanya menangkap pemandangan yang ia kenal. Sosok kemarin yang dia temui dijalanan. Berjalan dengan tampang lesu seolah tak ada semangat sama sekali. Oh Mark lupa, ini hari senin.

"Hai." Mark berdiri dihadapannya, seolah menghadang. "Masih mengenalku?"

Seperti dugaan, yang disapa melotot kaget bercampur rasa kagum atas penampilan pria yang ada di hadapannya ini. Wajah tampan dengan balutan kaos putih dan celana jeans adalah tipe Donghyuck sekali. Tapi buru-buru diusirnya perasaan itu mengingat kejadian kemarin.

"Sepertinya tidak, awas!" Dia langsung menyingkir dari Mark secara halus. Tapi tangannya ditarik Mark lembut.

"Kau yang kemarin membantuku memperbaiki ban mobilku, ingat?"

"Ehm... Kurasa kau baru saja bertemu saudara kembarku tuan, aku tidak bekerja pada pekerjaan murahan semacam itu."

Mark ingin tertawa. Donghyuck yang berkata sambil menutupi name tag seragamnya. Sudah jelas sekali dia ingin menghindar. "Oh jadi apa pekerjaan paruh waktumu? Menjadi sugar baby om om tua?"

FAMILY STORY (JUNGFAMS) REPUBLISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang