Pengakuan itu menyakitkan.
Apa yang ada dihadapan Johnny benar-benar tidak dapat ia percaya. Berawal dari bungsunya yang menginginkan pembicaraan serius. Johnny yang sebenarnya sudah menaruh curiga atas segala kelakuan aneh itu. Haechan yang menjadi tertutup, lebih sering merenung, pun dengan suara isak tangis yang samar-samar terdengar ketika dia lewat di depan kamarnya. Lantas didapatinya sebuah pengakuan langsung bahwa anaknya telah menikah sah dimata agama tanpa izinnya. Katakan ayah mana yang tak merasa terkejut.
Untuk itu tanpa menunggu lama lagi, Johnny lantas mengajak anaknya ke rumah sakit menemui Mark. Johnny bukan tidak tahu atas tragedi yang menimpah keluarga Jung dari mulut para petinggi perusahaannya. Johnny hanya tidak menyangkah bahwa anak kandungnya berkontribusi langsung dalam penyebab tragedi itu.
Dan tahukah apa yang lebih menyebalkan dari itu semua adalah saat anaknya pun ditinggalkan tanpa kabar apapun setelah dinikahi. Tentu Johnny menjadi khawatir dan menuntut pertanggung jawaban. Karena dengar-dengar Mark pun mengabaikan Haechan karena terlalu sibuk memikirkan keadaan Ayahnya. Kemarahan yang awalnya di ubun-ubun lantas menghilang begitu saja, mendapati keadaan Mark yang tidak bisa dikatakan layak. Wajah berantahkan, jejak tangis atau kantong mata yang menghitam. Anak yang dulu menjadi favoritnya kini menjadi menyedihkan karena musibah yang menimpah keluarganya.
Johnny tidak bisa menambahi rasa sedihnya. Sehingga niat yang awalnya menggebu-gebu kini berganti dengan memberikan ruang bicara pada Mark dan Haechan.
Di sinilah mereka berdua. Berdiri berhadapan dalam koridor sepi rumah sakit. Sebuah cincin melekat di jari manis mereka, melambangkan sebuah ikatan baru yang tidak dapat dienyahkan begitu saja. Haechan masih menunggu sementara Mark yang bingung ingin mengatakan apa.
"Maafkan aku Haechan." Pada akhirnya itu kata utama yang mengawali seminggu perpisahan sementara mereka.
Mark begitu ingat, setelah menikah ia berjanji menjemput Haechan sesudah ia berbicara dengan Ayahnya. Namun naasnya, musibah itu datang tiba-tiba. Membuat Haechan merasa terombang-ambing dalam ketidak pastian.
"Aku mengacaukan segalanya."
Selama seminggu Haechan menunggu kabar ketika semua askes komunikasi menjadi tidak aktif. Bahkan Haechan pun baru tahu keadaan mengenaskan Jaehyun dari Ayahnya. Jika tahu akan seperti ini keadaan suaminya, Haechan pun tidak akan menuntut macam-macam.
Maka yang bisa dilakukannya sekarang adalah memeluk Mark seerat mungkin. Kakinya menjinjit untuk merahi lehernya, namun tubuh Mark yang langsung terjatuh di lantai memudahkan Haechan untuk meraihnya. Mark terisak dalam peluknya. Antara rasa sesal, sayang, rindu berpusat menjadi satu.
Disini Haechan memutuskan bungkam. Apalagi yang bisa dilakukan istri selain dari ungkapan 'aku yang berada di sisimu apapun yang terjadi.' Haechan telah membuktikan dengan melakukan tindakan yang tepat.
"Kau mau menunggu sebentar?" Tanya Mark.
Dan Haechan hanya perlu mengangguk sembari memberikan ketenangan untuk Mark lewat pelukan hangatnya.
-------------------------------
Haechan masih di rumah sakit. Memantau keadaan ruang hingga semua orang yang ada di dalam keluar, barulah dia menekatkan diri untuk masuk. Lagi pula sudah memasuki jam makan siang, mustahil Jeno membiarkan Ibu dan istrinya nya kelaparan di dalam sana.
Begitu dirinya melangkahkan kaki, yang terlihat adalah ketidak berdayaan seorang Jung Jaehyun dengan beberapa alat medis di tubuhnya. Mata terbuka namun tidak bisa bergerak atau memberi reaksi nyata untuk menyambut kedatangannya. Sedikit Haechan mendengar, betapa parahnya rasa shock itu sehingga membuat Seorang Jung Jaehyun yang gagah berani kini terbaring di ranjang seperti ini.