Apa yang diharapkan dari kehidupan Jeno sekarang?
Putus sekolah, meninggalkan rumah dan mendapati sahabatnya yang sedang hamil karenanya. Sedikit lebih baik ketika dirinya menemukan tempat untuk terus melanjutkan hidup walaupun dengan seadanya, dan tentu saja dia juga harus melepaskan semua fasilitas mewah yang telah didapatkannya dulu.
Jeno mungkin menjadi orang yang paling paham sekaligus yang paling bersalah ketika perbuatannya menghancurkan keluarganya sendiri. Ketika meninggalkan rumah bukanlah keputusan terbaik melainkan jalan satu-satunya yang harus dilakukan. Jeno pun juga rela memutus kontak komunikasi dengan kakaknya dengan alasan agar perasaan bersalah itu tidak menyerangnya. Karena jujur saja, setiap tengah malam ia selalu terbangun karena rasa traumatik itu. Mom nya yang pingsan, Ayahnya yang murka juga kakak yang kecewa.
Pada rumah kecil sebuah desa, disanalah Jeno memilih tinggal. Sebut saja Taehyun, salah satu teman dalam lingkaran squad nya, mengaku iba dan menawarkan rumah bekas keluarganya dulu. Sebuah nasib yang merubah keluarga Taehyun menjadi terpandang setelah pindah ke kota besar dan memiliki property dimana-mana. Mungkin bangunan kecil itu seperti dilupakan, namun tidak dengan Taehyun yang masih menyimpan banyak kenangan masa kecilnya.
Rumah itu berukuran sekitar 5x 5meter. Terdapat dua kamar tidur, satu kamar mandi dan ruang tamu yang terhubung dengan ruang keluarga. Awal semenjak Jeno tiba, tempat itu masih kosong tanpa perabot apapun kecuali kecoak dan sarang laba-laba. Tahu bahwa Jaemin sangat geli dengan binatang seperti itu, Jeno pun menyuruh Jaemin menunggu dan duduk manis di depan, sementara dia yang membersihkan seluruh rumahnya. Dengan sisa uangnya, Jeno juga membeli perabotan dasar. Tempat tidur, kompor untuk memasak, juga pemanas ruangan. Ponsel keduanya terpaksa ia gadaikan untuk membeli kebutuhan pokok lain. Alasan lainnya mereka tidak mau banyak orang menghubungi karena hanya akan mengingatkan perasaan bersalah dan masa lalu mereka.
Untuk memenuhi kebutuhan seterusnya, Jeno memilih berkecimpung dengan bisnis online. Selain tidak membutuhkan banyak modal -hanya laptop yang ia bawa dari rumah, bisnis onlinne juga sesuai dengan passion nya yang ia pelajari di bangku sekolah dulu.
Bisa dibilang saat Jeno dan Jaemin memutuskan pergi, mereka memang berpikir matang untuk kehidupan baru mereka.
Seperti pagi ini, Jeno yang sudah terbiasa bangun pagi, lalu berolahraga sejenak di halaman rumah. Ia cukup terkejut saat mendengar suara kegaduan dari dalam rumah. Rupa-rupanya Jaeminnya telah menjerit atas gagalnya dalam eksperimen dapurnya.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya Jeno lembut. Memeriksa keadaan Jaemin dan calon anaknya. Syukurlah itu hanyalah kecerobohan Jaemin yang lupa mematikan kompor.
Selalu seperti itu. Jaemin yang tak pandai memasak, mengharuskan Jeno yang selalu memasak untuk mereka. Tentu saja itu membuatnya tidak enak. Jeno sudah bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan mereka, harusnya dia bisa menjadikan penyeimbang.
"Kau tidak keberatan kan sarapan roti lagi?" Cicit Jaemin dengan perasaan bersalah itu membuat Jeno gemas lalu mengusak kepalanya.
"Apa kau menginginkan sesuatu?"
"Hanya menginginkan sup daging, tapi aku gagal memasaknya."
"Kalau begitu duduklah, biar aku yang membuatkan untukmu."
Jeno cukup peka untuk mengerti bahwa itu termasuk keinginan anaknya pula. Menyuruh Jaemin duduk, ia lantas memakai celemek dan membuang makanan sebelumnya yang tidak layak. Ingatan dulu, Jeno sering menemani Mommy nya memasak, bersama kakaknya yang sering berebut saat Mom nya menyuruh mengambilkannya sesuatu. Jadi sedikitnya Jeno mengerti bahan-bahan dapur dan fungsinya. Tidak seperti Jaemin yang saat Ibunya memasak, dia justru kabur ke kamar dan akan keluar saat makanan sudah siap.