004: Pertarungan Awal

12 2 0
                                    

Merasa terusik, belasan anak laba-laba itu pun perlahan merayap mendekati Diky dan Dimas. Diky dengan sigap mengambil tali senapan yang melingkar di pundaknya dan bersiap untuk menembak. “Dimas, berpencar dan bersiaplah! Kita harus menjaga jarak dari makhluk itu!”

Dimas hanya mengangguk dan langsung berlari menjauh lalu menyiapkan senapan yang ia bawa, sementara Diky membidik salah satu laba-laba dengan teropong. Namun, pandangannya sedikit terganggu oleh triangulasi lensa paralaks yang terbentuk dari teropongnya, dikarenakan posisi senapan yang lebih condong ke bawah. Dia hanya melihat bayangan lensa depan berada di bagian bawah dari lensa belakang, dan cekungan seperti bulan sabit berwarna hitam di bagian atasnya.

Sebagian anak laba-laba perlahan mulai menyebar mendekati mereka berdua. Tanpa pikir panjang Diky menarik tuas pelatuknya. Sayangnya, peluru yang ditembakkan hanya mendarat tepat di depan salah satu anak laba-laba.

Dengan begitu geram dan wajah penuh amarah, Diky menurunkan senapan Mosin-Nagant dan menarik tuas kokangnya. “Sial! Gunakan bidikan besi saja, Dimas!”

“Hah, kenapa memangnya?”

Sambil berjalan mundur untuk menjaga jarak, Diky menjelaskan bahwa teleskop optik dapat menimbulkan efek paralaks. Pantulan bayangan lensa depan dan belakang menjadi tidak sejajar, sehingga sulit untuk dapat membidik sasaran dengan tepat.

Dimas langsung membidik salah satu anak laba-laba yang mendekati dirinya. Karena posisi pisir (bidikan belakang) dan pejera (bidikan depan) lebih condong ke bawah, lelaki itu pun tidak mampu mengenai sasaran dengan tepat. Peluru yang ditembakkan hanya menembus pasir pantai sehingga tidak mengenai anak laba-laba yang semakin mendekat.

“Bodoh! Sejajarkan dulu bidikanmu, baru mulai menembak!”

Mendengar teriakan sahabatnya itu, emosi Dimas sempat terpancing untuk sesaat. Namun, dia berusaha memakluminya dan membidik salah satu dari tiga anak laba-laba yang mendekatinya. Ia juga menutup mata sebelah kiri agar  pandangannya lebih fokus. Setelah pisir dan pejera dirasa sudah sejajar, lelaki itu pun menembak binatang yang akan mencelakai dirinya.

Kali ini, peluru yang diluncurkan oleh Dimas berhasil bersarang tepat di tubuh satu dari anak laba-laba tersebut. Ia dengan tenang berjalan mundur untuk menjaga jarak, menurunkan senapan dan mengokang senjatanya.

Diky tersenyum kecil karena merasa lega. Kali ini Dimas berhasil membereskan salah satu laba-laba yang mendekati mereka. Kini kedua lelaki itu terus bergerak ke segala arah agar anak laba-laba tidak mampu mendekati mereka berdua.

Seiring berjalannya waktu, pertempuran pun semakin memanas. Baik Diky maupun Dimas terus bergerak sembari menembak belasan anak laba-laba yang tersisa. Namun, dua pria itu mengeluhkan senjata yang mereka bawa.

Pertama, senapan yang digunakan berjenis bolt-action. Jadi untuk bersiap menembak kembali, mereka diharuskan untuk selalu mengokang senjata terlebih dahulu. Akibatnya, jangka waktu menembak dirasa sangat lambat.

Kedua, sistem magasin berupa magasin tetap. Tidak seperti senjata modern yang bisa dilepas untuk mengisi ulang peluru, magasin seakan menyatu pada badan senapan. Mereka harus mengisi secara manual, yakni dengan cara memasukkan peluru langsung ke dalam ruang amunisi.

Ketiga, pada umumnya senapan dengan magasin tetap dapat menggunakan klip berisi lima peluru yang berjajar untuk pengisian ulang. Namun, karena bertipe senapan runduk, baik Diky maupun Dimas tidak bisa memakainya karena terhalang oleh teropong. Mau tidak mau mereka harus memasukkan peluru satu demi satu. Bahkan dalam satu kesempatan peluru malah tidak terisi penuh karena musuh yang terlebih dulu mendekat.

Kesulitan Diky semakin diperparah dengan senjata Mosin-Nagant yang digunakannya. Selain hanya memuat maksimal lima peluru, mekanisme pengokangannya dirasa sangat keras dan tuasnya pun berada tepat di bawah teropong. Mau tidak mau ia harus menurunkan senapannya saat akan mengokang, membuat dirinya menjadi lebih lambat saat menembak.

(Moved to Karyakarsa) Navanea, 300 Years AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang