Diky dan Dimas masih mengarahkan senjatanya ke arah para vampir, meskipun mereka tampak tidak memberi perlawanan. Merasa keadaan sudah aman, Cassandra berlari menghampiri dua manusia tersebut. "Hei, apa kalian tidak apa-apa?"
Dimas dan Diky memberitahu bahwa mereka tidak apa-apa, meski tidak mengalihkan perhatian dari para vampir. Cassandra yang penasaran bertanya, "Kenapa kalian masih menodongkan senjata? Bukannya mereka sudah menyerah?"
"Satu dari mereka hampir saja mencelakaiku. Bukan tidak mungkin jika mereka akan melakukannya lagi," jawab Diky ketus.
"Benar juga. Kalau begitu, aku akan memberitahu orang-orang dulu."
Cassandra masuk ke dalam desa dan memberitahu keadaan sekarang sudah aman. Seketika para manusia kucing yang awalnya bersembunyi di dalam rumah-rumah kayu keluar dan bersorak kegirangan. Mereka merasa lega bahwa vampir-vampir yang menyebabkan teror akhirnya dapat dikalahkan.
Cassandra beserta seorang manusia kucing paruh baya, dengan jenggot panjang beruban dan menggunakan tongkat untuk membantunya berjalan, diiringi beberapa manusia kucing lain menghampiri Diky dan Dimas di pintu masuk desa. Manusia kucing itu berkata, "Terima kasih banyak. Jika tidak ada kalian, mungkin saja para vampir itu akan menebar teror yang lebih besar."
"Tidak usah sungkan. Kami hanya ingin menolong saja," ucap Dimas seraya menurunkan senapan.
Cassandra dengan wajah khawatir bertanya pada Diky, "Umm, apa Tuan tidak apa-apa?"
Tanpa mengalihkan pandangan dari bidikannya Diky menjawab, "Aku tidak apa-apa. Peluru itu hanya melewatiku saja."
Sontak semua orang hanya tercengang karena tidak percaya dengan apa yang didengarnya barusan. Mana mungkin proyektil peluru seketika dapat berubah arah begitu saja. Padahal sebelumnya jelas-jelas kepala Diky hampir saja terkena tembakan, yang dapat membuatnya tewas seketika.
"Apa mungkin..., kalian bukan orang biasa?" gumam salah satu vampir yang masih tercengang.
"Apa itu masalah buatmu? Kalian tidak usah banyak tanya," ujar Diky dengan nada ketus.
Kemudian Diky memerintahkan Cassandra dan manusia kucing lain untuk menangkap para vampir. Tak berselang lama, mereka akhirnya dibawa ke sudut lain desa untuk diamankan. Namun, Cassandra justru kembali dan bertanya karena merasa penasaran. "Umm, maaf, Tuan. Apa yang Tuan lakukan pada vampir bajingan itu?"
Diky memasangkan tali selempang senapan ke bahunya lalu bersedekap untuk berpikir sejenak. Beberapa saat kemudian ia menjawab, "Hmm, sepertinya aku akan menginterogasi mereka nanti. Siapa tahu kita bisa dapat informasi lebih banyak."
"Bagaimana jika kalian beristirahat dulu saja? Pasti kalian lelah setelah bertarung tadi," usul manusia setengah kucing paruh baya tersebut.
Diky tersenyum kecil dan berkata, "Baiklah. Terima kasih banyak atas tawarannya."
Diky dan Dimas diajak oleh manusia kucing paruh baya itu beserta Cassandra ke rumahnya, yang berada tepat di pusat desa. Setibanya di sana, dua lelaki tersebut duduk santai di kursi teras secara terpisah untuk melepas lelah. Namun, Cassandra malah ikut duduk bersama Diky. Gadis itu rupanya merasa sedikit penasaran dengan apa yang dilihatnya beberapa saat lalu, terlebih di saat lelaki tersebut masih selamat meski kepalanya ditembak.
"Umm, Tuan.... Apa Tuan tidak terluka sama sekali?" tanya Cassandra penasaran sekaligus malu.
"Tenang saja. Aku sama sekali tidak terluka."
"Benarkah?" tanya Cassandra bersikeras.
Diky menepuk bahu Cassandra dan menjawab, "Aku tidak apa-apa. Jadi, tenang saja."

KAMU SEDANG MEMBACA
(Moved to Karyakarsa) Navanea, 300 Years After
Fantasy(From author of Another World Chronicles & Utusan Kristal Suci). Tiga ratus tahun berlalu setelah pertempuran di seluruh Navanea terjadi. Umat manusia yang kalah hanya menjadi budak dan diperlakukan semena-mena oleh bangsa elf, iblis, malaikat, dan...