012: Penyelamatan

4 1 0
                                    

Gadis kucing itu mengangguk lemah. Ia hanya menelan ludah dengan raut wajah yang tampak tegang, seakan menunjukkan ekspresi ketakutan dalam hatinya. Kali ini Diky sangat yakin, jika manusia setengah kucing itu sama sekali tidak berbohong.

"Sudahlah, jangan tegang begitu. Aku hanya ingin mengujimu saja," ujar lelaki itu seraya tersenyum kecil.

"Be-benarkah?" tanya gadis kucing yang masih ketakutan. Ia berusaha untuk berdiri, meski tidak mampu mengontrol emosinya saat ini.

Diky hanya mengangguk pelan dan bertanya, "Ngomong-ngomong, siapa namamu?" Kemudian gadis itu memberitahu namanya adalah Cassandra Thorns, anak angkat tetua di desanya. Diky langsung mengenalkan dirinya dan juga Dimas, yang nampak masih menjaga jarak dengan mereka.

"Kenapa diam saja? Apa kau masih kesal dengan kejadian waktu itu?" tanya Diky seraya melirik kepada sahabatnya tersebut.

Dimas hanya bersedekap lalu menjawab, "Entahlah. Satu sisi aku masih kesal, tapi sisi lain aku jadi kasihan dengannya."

"Ja-jadi..., apa kalian mau membantuku menyelamatkan desa sekarang juga?" tanya Cassandra meyakinkan. Dia tak dapat menyembunyikan rasa cemas yang tersirat dalam raut wajahnya.

Diky hanya berdehem lalu menjawab, "Lebih baik jangan dulu. Kita sama sekali tidak tahu kondisi di sana saat ini."

Cassandra hanya menghela napas panjang lalu menunduk. Raut wajahnya seolah menampakkan ekspresi kekecewaan yang merundung hati gadis itu. Diky hanya bisa menepuk bahu untuk menenangkannya dan berkata, "Jangan khawatir. Lebih baik sekarang kau tenangkan dirimu saja."

Cassandra hanya mengangguk lemah dan tersenyum kecut. "Baiklah. Aku masih ingin beristirahat dulu."

Diky hanya mengangguk lalu mempersilakan Cassandra agar beristirahat dalam tenda. "Hei, apa kita akan membangun satu tenda lagi untuk Cassandra?" tanya Dimas yang masih bersedekap.

Diky ikut bersedekap lalu menjawab, "Ya. Kita tidak bisa membiarkan seorang wanita tidur di luar seorang diri."

Tanpa menunggu lama, Diky dan Dimas bergegas membangun sebuah tenda, untuk Cassandra tidur malam nanti. Meski agak sedikit kebingungan, mereka mampu menyelesaikannya meski dengan bantuan gadis setengah kucing itu.

"Terima kasih sudah membantu. Kami sama sekali tidak tahu cara membangun tenda," ucap Dimas seraya tersenyum, seolah kini hatinya sudah membaik.

Cassandra hanya menggeleng dan berkata, "Tidak masalah. Aku justru tertolong oleh kalian berdua, makanya anggap ini sebagai balas budiku."

"Kalau mau, aku akan membakar ikan untukmu," tawar Diky.

Lagi-lagi Cassandra hanya menggeleng lalu tersenyum. "Tidak usah repot-repot. Lagi pula, aku lebih menyukai buah-buahan daripada ikan."

Seketika Dimas mengangkat sebelah alisnya dan berkata, "Eh? Bukannya kucing lebih suka ikan, ya?"

Tiba-tiba Cassandra tertegun. Dari ekspresi wajah gadis itu, tampak jelas ia sedang menyembunyikan sesuatu dalam benaknya. "A-aku..., hanya lebih menyukai buah dan sayur saja," jawabnya mengalihkan perhatian.

Dimas mengalihkan pandangan ke atas dan menempelkan tangan ke dagu untuk berpikir. Setahunya, sejak kapan kucing adalah hewan herbivora? Biasanya kucing lebih menyukai ikan dan daging ketimbang buah atau sayur-sayuran.

"Hmm. Aku rasa kau ini kucing yang unik," kata Diky seraya melirik ke arah Cassandra.

Cassandra hanya menggaruk kepala dan tersenyum canggung. Ia mengaku sering mengalami kesulitan dengan keunikannya ini. Diky dan Dimas hanya bisa mengiyakan, tanpa menanyakan sesuatu yang disembunyikan oleh gadis itu.

(Moved to Karyakarsa) Navanea, 300 Years AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang