Diky dan Dimas melewati satu hari penuh dengan membantu Tetua Desa di ladang. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat hingga malam yang direncakan pun akhirnya tiba. Setelah persiapan dirasa sudah matang, dua lelaki itu langsung bergerak memulai operasi penyusupan ke kota Amberhorn. Namun, mereka tidak membawa senjata apapun, demi menghindari kontak tembak yang justru membuat kekacauan.
Untuk menghemat waktu, Diky membuat portal sihir yang membawa dirinya dan Dimas ke sekitar pelabuhan Amberhorn. Beruntung, tak ada tanda-tanda kemunculan dari vampir yang sedang berpatroli. Agar operasinya dapat berjalan mulus, dua manusia itu langsung mengaktifkan sihir penghilang, meski masih dapat melihat satu sama lain karena memiliki sihir penglihatan yang kuat. Tak hanya sampai di situ saja, mereka juga mampu melihat dengan baik dalam kegelapan malam tanpa bantuan senter maupun kacamata infra merah.
Tak ingin menyia-nyiakan waktu, Diky dan Dimas mulai menyusuri seisi kota. Jalan-jalan tampak lengang dan sebagian lampu penerang tidak dinyalakan, membuat Amberhorn tak ubahnya bagai kota mati. Mereka terus berjalan menuju ke sekitar pusat kota, dengan jalan yang lengang dan minim pencahayaan. Setibanya di sana, mereka melihat mansion milik Wali Kota masih dijaga oleh dua vampir bersenjata lengkap di gerbang utama.
Tiba-tiba, terdengar suara teriakan seorang gadis dari dalam bangunan itu. Tak berselang lama, dia menangis dengan histeris untuk meminta pertolongan. Namun sayang, Diky dan Dimas tak mampu berbuat banyak karena ketatnya penjagaan. Untuk menghindari konflik, Diky memutuskan untuk memeriksa sudut lain Amberhorn.
"Hei, kenapa kau tidak menolong gadis itu? Aku yakin dia dalam bahaya," tanya Dimas setengah berbisik.
"Apa kau gila?! Jika kita menyerang tanpa senjata, itu sama saja dengan bunuh diri!" jawab Diky kesal, namun dengan intonasi yang tidak terlalu keras.
Dimas seketika bungkam. Ia sama sekali tidak bisa menyangkal akan perkataan sahabatnya itu. Namun, sebuah ide sekilas terbesit dalam benaknya. "Hei, apa kamu tahu tempat persembunyian para Cathuman berada?" tanyanya setengah berbisik.
"Sial, aku lupa lagi. Seingatku, letaknya tak begitu jauh dari pelabuhan," jawab Diky sedikit kesal.
Dimas hanya menepuk keningnya, seakan menujukkan rasa kecewa. Untuk menebus kesalahannya, Diky mengajaknya mencari persembunyian para Cathuman berada. Mereka terpaksa harus kembali menuju pelabuhan yang berada di utara kota. Selama perjalanannya, dua lelaki itu sama sekali tidak menemukan tanda-tanda kehadiran vampir yang berpatroli.
"Sepertinya vampir sialan itu hanya beraktifitas pada siang hari, ya," gumam Diky.
"Hah, apa maksudmu?" tanya Dimas kebingungan.
Diky menjelaskan bahwa kemarin siang dirinya berpapasan dengan beberapa vampir yang berjaga. Dengan santainya Dimas mengatakan jika situasi saat ini adalah sebuah keuntungan. Menurutnya, mereka bisa memeriksa seisi Amberhorn dengan aman. Namun, Diky mengingatkan untuk tidak lengah, karena bisa saja ada vampir yang sedang berpatroli.
Tiba-tiba di sebuah pertigaan jalan muncul sebuah sinar dari beberapa lampu sorot perlahan mendekat. Diky seketika meminta Dimas untuk menepi, karena mungkin saja itu adalah vampir yang melakukan patroli malam. Benar saja, datanglah lima tentara vampir bersenjatakan senapan serbu karabin jenis CAR-15, dengan lampu senter yang direkatkan oleh selotip di bagian bawah larasnya, lalu berbelok menghampiri dua manusia itu. Mereka terpaksa harus menahan diri agar tidak bersuara, dan hanya bisa menunggu para vampir itu pergi secepatnya.
Tidak menunggu lama, lima pasukan vampir tersebut berjalan melewati Diky dan Dimas tanpa kecurigaan sedikitpun. Setelah menenangkan jantungnya yang berdegup kencang Diky berujar, "Benar yang aku bilang, bukan? Hampir saja kita disergap vampir sialan itu."

KAMU SEDANG MEMBACA
(Moved to Karyakarsa) Navanea, 300 Years After
Fantasía(From author of Another World Chronicles & Utusan Kristal Suci). Tiga ratus tahun berlalu setelah pertempuran di seluruh Navanea terjadi. Umat manusia yang kalah hanya menjadi budak dan diperlakukan semena-mena oleh bangsa elf, iblis, malaikat, dan...