001: Bangkitnya Jiwa Yang Tersesat

19 4 7
                                    

"Diky, sadarlah...."

"Wahai Jawara Dunia Lain, bukalah matamu."

Seketika Diky membuka kedua matanya. Langit mendung membumbung tinggi seakan memperlihatkan cuaca yang tidak bersahabat. Tidak hanya itu, punggungnya merasa sakit setelah tertidur di bebatuan untuk waktu yang lama.

Diky langsung beranjak bangkit dan melihat keadaan sekitar. Ia mendapati dirinya hanya mengenakan celana pendek dan kaos oblong saja. Desir ombak yang menerjang tebing diikuti dengan tiupan angin laut yang cukup kencang tiba-tiba menerpa dirinya. Dia merapikan rambutnya panjang yang menutupi pandangan.

Hamparan samudera luas disertai langit abu-abu membentang di hadapan Diky. Laki-laki itu mendapati sebuah hutan dengan banyak pepohonan yang berjejer di belakangnya. Ia menarik kesimpulan bahwa dirinya sedang berada di sebuah pulau terpencil.

Sekejap Diky teringat masa lalunya. Ia ingat bahwa dirinya pernah terbawa ke Eoggavar, dunia yang berada jauh dari Bumi. Sebuah pertanyaan pun melintas dalam benaknya: Apakah sekarang dia dihidupkan kembali? Untuk memastikannya pemuda itu menarik pipinya lalu meringis kesakitan.

Diky seketika terperangah. Apa yang dia alami bukanlah mimpi, terlebih sekarang dia memiliki tubuh yang asli. Batinnya seketika berkecamuk karena satu pertanyaan lain: Apa mungkin dia terbawa masuk ke dunia lain untuk kedua kalinya/ Merasa kesal karena ada seseorang yang sedang mempermainkan jiwanya, pria itu pun meninju tangan sediri.

Tak berselang lama cahaya kilat disertai gemuruh terdengar cukup kencang. Keadaan diperparah dengan suhu yang dirasa semakin dingin ditambah ombak semakin keras menghantam tebing. Diky tahu pasti bahwa hujan akan segera turun, sehingga bergegas memasuki hutan lebat untuk mencari tempat berteduh.

Diky langsung berlari memasuki hutan belantara karena suara gemuruh yang keras kembali terdengar. Deretan pohon tinggi dan berbatang besar pun ia lalui secepat mungkin. Dalam pikiran lelaki itu hanya satu, menemukan tempat untuk berlindung dari hujan yang akan turun.

Beberapa saat kemudian Diky melihat sebuah gua. Tanpa pikir panjang dia berlari secepatnya dan masuk ke dalam. Lelaki tersebut langsung duduk di atas tanah dan menghela napas yang terengah-engah. Ia bersyukur karena menemukan tempat berteduh sebelum turun hujan.

Tak jauh dari tempat ia duduk, terdapat tumpukan ranting pohon yang tertata rapi. Tidak hanya itu saja, aneka buah-buahan berjejer di atas daun pisang, ditambah dengan beberapa potong daging dan juga roti baguette. Segera pikiran Diky menarik kesimpulan, bahwa ada orang yang menempati gua tersebut.

Rintik air hujan perlahan mulai turun dan semakin deras seiring waktu. Kemudian Diky mengambil beberapa ranting pepohonan lalu menatanya, seolah persiapan untuk membuat api unggun. Setelah menarik napas panjang dia mengerahkan tenaga sihir di tangan kiri, lalu mengeluarkan api yang membakar ranting tersebut.

Diky langsung duduk di dekat api unggun, membelakangi pintu masuk gua. Ia merasakan hantaran panas ke sekujur tubuh, membuatnya semakin hangat. Pria itu melihat ke seluruh gua yang nampak gelap. Ada satu pertanyaan dalam pikirannya, apakah orang yang tinggal di dalam tempat ini mempersilakan dirinya untuk tinggal?

Di luar, seorang lelaki bersurai hitam berlari di tengah hujan deras. Ia mengatur napasnya yang terengah karena kelelahan. Sembari mengatur napasnya yang terengah dia memeriksa seseorang tengah duduk santai di dekat api unggun, yang dikenalinya sebagai Diky.

"Apa kamu Diky?"

Pertanyaan barusan membuat Diky sedikit terkejut. Ia menoleh ke arah sumber suara dan menatap seseorang yang bertanya padanya. "Hah, Dimas? Kau terdampar di pulau ini juga?"

Dimas hanya mengangguk pelan lalu duduk di seberang sahabat masa kecilnya itu. Ia bersyukur karena tidak hanya dirinya sendiri yang tiba-tiba datang ke pulau antah berantah ini. "Oh iya, apa kamu sudah lama ada di dunia asing ini?"

(Moved to Karyakarsa) Navanea, 300 Years AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang