Sambutan?

9 6 0
                                    

Di suatu malam yang diterpa hujan badai, Alfred berkunjung ke rumah sahabat karibnya, Johnson. Rumah Johnson cukup besar, secara keluarganya adalah keluarga konglomerat yang terkenal di Negara Bagian Virgina. Tak sungkan Johnson untuk menemani Alfred yang mempunyai kehidupan sederhana.

Sudah lama Alfred tak bertemu Johnson sejak ia keluar dari akademi militer di North Carolina. Selama setahun lebih, Alfred tidak berjumpa dengan sahabat kecilnya itu. Alfred pun telah berjanji kepada Johnson melalui surat untuk bertamu ke rumahnya selepas Alfred keluar dan lulus dari akademi militer.

“Selamat datang Alfred saudaraku! Senang bisa bertemu denganmu, mari aku antar kau berkeliling rumahku yang sederhana ini,” sambut Johnson hangat namun tetap rendah hati.

Lalu Alfred dan Johnson bersama-sama berkeliling sebuah rumah yang mirip dengan istana. Rumah itu terkesan suram ketika tidak ada tanda-tanda kehidupan padahal setahu Alfred Johnson memiliki ayah, ibu, dua adik perempuan, dan banyak pelayan yang tidak dapat dihitung dengan kedua jari tangan. Anehnya, tak satu pun ada orang yang Alfred temui di sana selain Johnson.

“Kau ingin makan atau meminum sesuatu, kawan?” Johnson menawarkan untuk menyuguhkan sesuatu kepada kawan lamanya.

“Aku ingin sesuatu yang terbaik dari dirimu, saudaraku,” ungkap Alfred seraya duduk di sofa depan rumah Johnson.

“Dengan senang hati,” tanggap Johnson

Alfred kemudian menyempatkan diri untuk melihat foto-foto yang terpajang di sekitar ruang tamu Johnson. Ia melihat berbagai tulisan dan gambar yang tak lazim alias di luar nalar. Foto-foto keluarga Johnson terlihat usang, dan di sekitarnya banyak ditulisi bahasa latin yang seperti bahasa dalam Alkitab.

Dan ketika melihat foto keluarga Johnson, seluruh wajah keluarga Johnson terlihat murung dan sedih. Alfred bertanya-tanya dalam hati tentang sebenarnya apa yang terjadi. Ditambah lagi, terakhir kali ketika ia mengunjungi rumah sahabat kecilnya itu, pose mereka terlihat bahagia dengan guratan senyum yang merona dari wajah Johnson beserta keluarganya.

Alfred pun berbalik dan tiba-tiba ….

“Sedang melihat foto-foto ini

Tiba-tiba Johnson sudah berdiri tepat dibelakang Alfred. Seketika Alfred kaget dan jantungnya hampir meletus dari tubuhnya.

“Uhm… iyaa. Aku hanya sedikit berkeliling saja,” tandas Alfred sedikit gugup.

Anehnya, Johnson menatap Alfred dengan pandangan dan ekspresi muka yang datar. Pun dengan bibirnya yang cenderung pucat menambah kecurigaan Alfred terhadap sahabat kecilnya itu.

“Johnson, kau terlihat pucat, kawan. Apakah kau merasa sakit sekarang?” tanya Alfred cemas.

Johnson dengan tatapan dan ekspresi yang sama sebelumnya hanya menggelengkan kepala. Lantas, ia mengajak Alfred untuk meneguk secangkir teh hangat di ruang tamunya.

Ada hal ganjil ketika Alfred meneguk teh yang disajikan oleh Johnson. Pahit sekali, jenis rasa yang di kecap oleh Alfred ketika meneguk teh yang disajikan sahabatnya tersebut. “Hey kawan, apakah kau lupa memasukkan gula?”

“Tidak ada gula disini,” Johnson hanya menjawab dengan nada yang datar. Alfred yang merasa sungkan meneguk pelan-pelan teh yang Johnson buat, sepertinya teh itu racikan dari Asia. Anehnya pula, Johnson juga tak banyak bicara ketika bersama Alfred –bahkan nyaris tidak pernah.

Hujan mulai reda, Alfred berpamitan kepada Johnson untuk kembali pulang. Namun, sebelum pulang ia mengajak Johnson untuk pergi ke kedai milik Nilles, tetapi Johnson urung untuk memenuhi ajakan Alfred tersebut.

“Selamat malam, Johnson! Semoga malammu menyenangkan kawan!”

Alfred masih terbayang-bayang keanehan yang melanda dirinya ketika berkunjung ke rumah Johnson. Tidak lumrah ketika sahabat kecilnya itu bertingkah laku seperti tadi. Alfred juga menceritakan kejadian itu kepada Nilles, kawannya di SMA bersama Johnson.

“Apa? Kau malam-malam berbadai ke rumah Johnson?!” Tanya Nilles dengan nada yang keras di meja bar miliknya.

“Iya, Nilles, aku juga dijamu dan disambut olehnya,” tandas Alfred sembari meneguk secangkir minuman.

“Astaga!” Kemudian Nilles menyodorkan suatu surat kabar yang ia simpan. Dan dalam headline beritanya berisi tentang kecelakaan yang dialami oleh keluarga Johnson sebulan yang lalu. Dan ironisnya, seluruh anggota keluarga tewas, termasuk Johnson.

“Oh… sial.”

Alfred dan Nilles sama-sama merinding. Lalu siapa yang bersama Alfred tadi?

•••
Jangan lupa tinggalkan jejak

Urban LegendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang