Mis?

3 3 0
                                    


Pagi itu, di awal bulan, saya pergi ke sekolah. Sebagai pengajar, ini adalah rutinitas yang biasa saya lakukan sebagai seorang guru honorer di sebuah Madrasah Aliyah. Rasa bahagia di hari itu adalah karena saya akan menerima gaji di sekolah berhubung saat itu adalah awal bulan dan saatnya kami gajian.

Jam 11 siang saya menemui staf keuangan sekolah untuk mengambil gaji saya. Menandatangani sebuah daftar absensi, lalu si staf tersebut menyerahkan amplop putih kepada saya. Dengan perasaan bahagia saya menerima amplop itu, lalu bergegas pulang ke rumah untuk menyerahkannya kepada istri agar bisa berbelanja.

Setibanya di rumah, kami membuka amplopnya. Ada sebuah nota berisi jumlah total uang yang saya terima. Tertera angka Rp. 520.000 disana. Kami menyesuaikan angka tersebut dengan uang yang diterima, jumlahnya pas. Segera saya mengajak istri untuk berbelanja kebutuhan rumah tangga karena stok sudah habis.

Kami pergi ke sebuah tempat perbelanjaan, dan … ya, total belanja sekitar Rp. 300.000 hanya untuk kebutuhan sehari hari. Sepulang dari sana, kebahagiaan saya langsung sirna. Hidup seperti ini adalah kehidupan yang horor. Uang yang tadi diterima, lewat begitu saja. Itulah sebabnya saya selalu menyebut diri sebagai guru Honorer, buka. Guru honorer.

Kejadian horor ini saya kira juga terjadi di kehidupan para guru hororer lainnya. Kebahagiaan yang hanya berlangsung beberapa jam saja, digantikan kengerian yang akan terjadi sebulan kedepan. Walaupun hari ini sudah ada program P3K, sepertinya menjadi guru bukanlah jalan merintis karir yang baik bagi saya. Apalagi guru seni.

•••

Jangan lupa tinggalkan jejak

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Urban LegendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang