Kepala?

3 3 0
                                    


Alkisah ketika saya berumur 6 tahun, saya melihat kepala buntung di pohon besar depan rumah saya.

Jadi kejadiannya saat itu sedang maghrib, saya dan adik saya baru pulang main sama teman. Hari itu gak biasanya kami pulang sampai maghrib, karena biasanya ibu dan tetangga lainnya sudah bawelin nyuruh kami pulang; takut diculik wewe gombel katanya. Nah, hari itu saya lupa abis main apa sampai kami pulangnya sangat sore. Saat itu juga saya males sekali masuk rumah, akhirnya saya duduk di teras rumah sendirian. Duduknya mengarah ke pohon besar tempat saya suka main manjat-manjatan. Tiba-tiba saya melihat sebuah kepala, betul betul kepala, masih terlihat menetes darahnya dan matanya melihat ke arah saya. Saya berkedip beberapa kali untuk memastikan kalau itu nyata atau khayalan saya, setelah yakin itu nyata, saya berteriak dan lari masuk ke dalam rumah. Orang tua saya panik, lalu saya menceritakan soal kepala buntung itu. Ayah saya mengecek keluar, lalu masuk lagi dan tidak bicara apapun. Besoknya pohon besar itu ditebang ayah, tapi beliau sampai hari ini tetap tidak mau bicara apapun terkait kepala buntung itu hahaha

Terjadi beberapa minggu yang lalu, saya diganggu oleh bangsa jin atau setan (saya gak gitu bisa bedain) di rumah peninggalan alm. Mbah yang sudah kosong selama 2 tahun.

Rumah alm. Mbah sedang dijual oleh anak-anaknya, dan kebetulan ibu saya yang bertanggung jawab sebagai nomor keluarga yang bisa dihubungi (karena rumah kami salah satu rumah yang dekat dengan rumah alm. Mbah). Kejadiannya sekitar jam 1 siang, tiba-tiba ada orang yang menelpon ibu saya ingin dikirimkan foto-foto kondisi rumah yang sedang dijual. Saat itu ibu saya baru pulang dari sekolah dan saya juga baru pulang ngajar privat, kami sama-sama lelah tapi si calon pembeli maksa harus sekarang juga, bahkan dia sampai bilang "niat gak sih jual rumah". Ibu saya sakit hati dibilang begitu, karena posisinya sedang sensitif dan lelah. Akhirnya ibu inisiatif untuk menelpon kakaknya yang rumahnya lebih dekat dengan rumah alm. Mbah. Namun kakaknya menolak dengan alasan "gak ada yang jaga rumah, suruh si kakak (saya) aja"

Ibu kesal, saya juga kesal. Akhirnya saya mengalah, pergi ke rumah mbah dengan kondisi sangat marah. Saya masuk ke rumah mbah sendirian, saya pikir masih siang dan saya terlalu marah untuk mengajak kakaknya ibu (budeh) untuk ikut ke rumah mbah; saya takut keceplosan memarahi beliau. Hal pertama yang terjadi adalah ketika saya selesai salam, saya disambut oleh langkah kaki yang sangat ramai dari arah tangga. Tangga itu sudah lama terkenal angker (ibu saya pernah diganggu oleh makhluk penghuni tangga), tapi saat saya diganggu oleh makhluk di tangga itu, saya abaikan. Saya terlalu marah untuk takut. Bunyi langkah di tangga itu semakin cepat, seperti orang naik turun, tapi saya abai. Saya tetap mendokumentasikan isi rumah seolah saya benar-benar sendiri. Lalu saya berjalan lagi masuk, tepat di depan tangga yang tadi sangat berisik (saat saya di titik itu, tiba-tiba sangat hening).

saya menelpon ibu saya, mau tanya bagian mana lagi yang perlu saya foto. saya ingat betul saat itu panggilan wa masih calling, belum tersambung ke ibu, lalu tiba-tiba dengan sangat jelas, saya mendengar suara wanita berbisik dan mengatakan "di sana". posisi saya saat itu benar-benar mengarah ke tangga yang berisik tadi, jadi suara ini seolah memberi tahu saya bahwa saya harus memotret tangga. tapi, sekali lagi, karena saya sedang sangat marah, saya abaikan suara itu. sekitar 5 detik telpon diangkat ibu dan benar, ibu saya meminta saya memotret tangga itu; persis yang ditunjuk oleh si suara tadi.

lalu saya naik ke atas, memotret kamar di atas yang sudah bertahun-tahun kosong. saat di kamar itu saya baru merasakan ketakutan. tapi saya tidak segera pergi, masih lebih besar rasa marah saya ketimbang takut. sehingga saya memutuskan untuk mempercepat foto-fotonya saja. selesai semua, saya segera turun lagi dan mengunci pintu rumah. setelah saya benar-benar di luar, saya baru sadar kalau saya benar-benar satu-satunya manusia di sini. tetangga tidak ada yang sedang di luar, tidak ada tetangga yang sedang membangun rumah (sehingga suara tangga tadi benar-benar nyata saya dengar). saya pulang dengan segera, akhirnya merasa ketakutan karena telat sadar bahwa saya diganggu.

sampai rumah saya ceritakan ke keluarga saya, lalu keluarga saya marah dan bilang "ibu aja gak pernah berani tinggal di rumah itu sendirian meskipun pas mbah masih hidup. rumah itu banyak yang ganggu, kok kamu berani beraninya sendirian. jangan lagi-lagi" sampai malamnya, saya masih ingat betul bagaimana suara yang berbisik itu berbisik.


•••
Jangan lupa tinggalkan jejak

Urban LegendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang