BAB | 1

5.4K 194 41
                                    

Ya Allah bolehkah hamba yang akhlak nya astagfirullah ini berharap menjadi jodoh Ustadz Harist yang akhlaknya masyaAllah?

--Humaira Naira Putri--

“Humaira, magrib sholat main hp mulu kerjaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Humaira, magrib sholat main hp mulu kerjaannya. Ayo jangan rebahan terus!” omel Hanum, selaku Umi Humaira.

Humaira yang tengah seru bermain game, mendengus kasar. “Ih Umi bentar dulu baru juga adzan!” Kesal Humaira.

Mendengar itu Hanum langsung merampas kasar ponsel Humaira dari tangannya. “Adzan itu pertanda Allah memanggil kamu untuk beribadah, jadi ada baiknya kamu siap-siap terlebih dahulu sana.”

“Ih Umi lagi seru-serunya juga!” Humaira beranjak dari kasurnya, memasuki toilet di dalam kamarnya untuk mandi.

Astaghfirullah anak gadis magrib-magrib baru mandi.” Hanum geleng-geleng kepala dengan kelakuan putrinya ini.

***

“Umi hp Humaira mana, Humaira udah selesai!” Humaira sedikit berteriak menuju ke kamar Uminya.

Hanum yang tengah berdzikir menoleh ke arah Humaira. “Cepat sekali kamu sholat Humaira?”

“Yang penting sholat Umi.”

“Kalau mau hp kamu kembali ngaji dulu di masjid, Umi sudah menitipkan kamu ke Ustadz Harist.”

Humaira mendengus. “Dih nggak mau ah Umi, Humaira udah gede masa iya ngaji!”

Astaghfirullah, Humaira mau sampai kapan kamu itu tidak bisa mengaji.”

“Humaira udah bisa ngaji Umi!”

“Tapi bacaan kamu itu kurang lancar Humaira, sudah jangan membantah turuti ucapan Umi, kalau tidak uang saku sekolah kamu Umi kasih jadi lima ribu dan hp kamu Umi sita!”

Mendengar itu Humaira tersentak. “UMI MASA GITU SIH, DARI GOCAP KE GOCENG ITU JAUH BANGET UMI. HUMAIRA JUGA BUTUH HP!!!” teriak Humaira.

“Turuti saja apa kata Umi, kalau tidak, mau tidak mau kamu harus menerima akibatnya.”

Humaira mendengus. “Yaudah iya Humaira mau, dimana masjidnya?!”

“Masa kamu lupa masjid di  komplek ini sih Nak?”

“Oh Masjid Al-Harist, oke Humaira  pergi ngaji dulu bye Umi!” Setelah itu Humaira mencium tangan Uminya.

Kepincut Ustadz TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang