BAB | 14

2.5K 80 1
                                        

Malam nya sehabis isya Harist dan Humaira merencanakan untuk diner date, Harist yang tengah bersiap-siap memakai kemejanya dan Humaira yang berada di dalam kamar mandi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam nya sehabis isya Harist dan Humaira merencanakan untuk diner date, Harist yang tengah bersiap-siap memakai kemejanya dan Humaira yang berada di dalam kamar mandi.

“Mas, sepertinya malam ini diner date nya nggak jadi, Humaira baru aja datang bulan.” Kata Humaira, ia baru saja keluar dari toilet yang berada tepat di dalam kamarnya, keduanya tangannya memegang perutnya yang terasa kram dan sakit.

Harist yang tengah mengancingkan kemeja pun menoleh menatap istrinya, lalu menghampiri istrinya. “Astaghfirullah, yaudah nggak apa-apa sayang. Kita tunda dulu diner date nya lagi pula kan bisa kapan-kapan.” Harist menatap dalam wajah istrinya, ia mengelus lembut pipi Humaira. “Pasti sakit banget ya? Mau di pijit-pijit badannya atau di elus-elus perutnya?” ucap Harist dengan ucapan yang terdengar begitu lembut.

“Mau di peluk sambil di elus-elus perutnya...” rengek Humaira, manja semanja manjanya, bahkan kedua tangannya ia kalungkan di ceruk leher suaminya. Biasanya dulu Humaira jika kedatangan bulan tidak semanja ini, namun mengapa ketika memiliki suami ia jadi seperti anak kecil? Manja sekali.

“Kasian banget Humaira nya Mas.” Harist mengacak gemas rambut istrinya, lalu dengan tiba-tiba menggendong istrinya ala brydal style dan merebahkan istrinya di atas kasur. Tak lupa dengan Harist yang ikut merebahkan tepat di samping istrinya, satu tangannya menjadi bantalan untuk istrinya tertidur dan satu tangannya lagi mengelus lembut perut ramping istrinya. “Sayang kamu mau jajan-jajanan nggak? Kalau mau Mas mau beliin sekarang.” 

“Nggak mau Mas, Humaira pengin gini aja.”

“Yaudah kalau gitu, kalau kamu pengin sesuatu bilang sama Mas ya.”

Humaira menganggukkan kepalanya. “Iya Mas, maaf ya Mas dinner date nya jadi batal, padahal Mas udah siap-siap.”

“Nggak apa-apa sayang, dinner date itu bisa kapan-kapan, yang terpenting sekarang keadaan kamu dulu.”

“Mas, kalau di dalem sini ada dede bayinya gimana?”

Mendengar pertanyaan itu Harist terkekeh. “Ya Alhamdulillah dong sayang.” Harist menjeda ucapannya. “Emang kamu mau cepet-cepet punya dede bayi?”

Humaira menganggukkan kepalanya. “Pengin punya dua belas.”

Harist tertegun mendengar ucapan istrinya. “Dua belas?”

“Iya dua belas Mas, biar rame rumah kita, tambah sama Aisha jadi tiga belas.”

Harist terkekeh mendengarnya, ada-ada saja istri kecilnya ini. “Makanya kalau mau dua belas harus rajin-rajin buatnya.”

Humaira melingkarkan tangannya di pinggang suaminya, menenggelamkan wajahnya di dada bidang suaminya. “Iya nanti buat Mas, setiap hari.” ucapnya, membuat Harist menyunggingkan senyumannya dan membalas pelukan istrinya mengecup puncak kepala istrinya dengan lembut.

Kepincut Ustadz Tampan (END✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang