BAB | 33

822 30 0
                                        

"Percayalah atas ketetapan Allah, bahwa tidak ada yang tidak mungkin jika Allah berkehendak. Humaira Allah tidak mungkin membiarkan hamba-Nya terus menerus terpuruk dalam kesedihan, Allah memberikan seseorang ujian justru untuk membuat hamba-Nya kuat."

--Harist Nizar Albasyir--

Kini Humaira tengah disibukkan dengan peralatan dapurnya, ia tengah sibuk memasak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kini Humaira tengah disibukkan dengan peralatan dapurnya, ia tengah sibuk memasak. Setelah satu tahun menjadi seorang istri Humaira tentu terus mempelajari bagaimana menjadi seorang istri yang baik tentunya dengan bimbingan suaminya.

Dahulu Humaira pernah bertanya pada suaminya.

"Mas apakah seorang istri itu wajib mengurus semua pekerjaan rumah?"

Dengan senyuman dan tatapan lembut Harist menjawab.

"Sayang seorang istri itu tidak wajib mengurus pekerjaan rumah, makanya dulu Mas tidak memaksamu untuk mengurus pekerjaan rumah sendiri. Mengurus pekerjaan rumah itu adalah bakti istri pada suami, jika istri senantiasa mengurus pekerjaan rumah maka pahala yang akan ia dapatkan dan tentunya berhadiah surga." Harist menjeda ucapannya, ia mengelus lembut surai rambut panjang istrinya. "Sebagai seorang suami Mas tidak mau kamu lelah dengan mengurus pekerjaan rumah, Mas tidak mau kamu terluka dan Mas tidak mau kamu terbebani atas pernikahan ini. Itu sebabnya Mas selalu melarang kamu mengurus pekerjaan rumah, karena pekerjaan rumah sebenarnya tugas seorang suami bukan seorang istri. Mas adalah suamimu dimana tugas kamu hanyalah berbakti pada suamimu dan tugas Mas selalu membahagiakan kamu."

Begitulah jawaban yang terlontar dari suaminya, membuat hatinya begitu tenang ketika mendengarnya, sungguh begitu nikmat dan bahagia memiliki seorang suami yang paham akan agama.

***

Ketika Humaira tengah disibukkan dengan memasak, seperti biasa Harist mengagetkan Humaira dengan memeuknya dari belakang.

"Morning my little wife, Humairanya Mas, cantiknya Mas, bidadarinya Mas yang Mas cintai dengan ugal-ugalan." ucap Harist yang membuat Humaira terkekeh mendengarnya, ada-ada saja tingkah suaminya ini.

"Morning juga Mas Ustadznya Humaira yang Humaira cintai karena Allah." Balas Humaira, membuat Harist tersenyum.

"MasyaAllah, sesungguhnya dari manisnya sebuah kurma. Ada yang lebih manis lagi, yaitu ucapan istriku yang membuat hati ini berdebar ketika mendengarnya."

Mendengar itu Humaira hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan senyuman di bibirnya juga wajah yang bersemu merah.

"Wahai suamiku bisakah kamu menunggu saja di meja makan?"

Kepincut Ustadz Tampan (END✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang