"Alquran nya yang di baca Humaira, bukan wajah saya yang di baca."
"Salah sendiri punya wajah kok tampan-tampan amat, gimana Humaira nggak kepincut coba?"
Humaira Naira Putri sangat menyukai guru ngajinya yaitu Ustadz Harist Nizar Albasyir, Humaira...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Humaira kini tengah mengajarkan Aisha belajar di rumah, minggu depan Aisha sudah menghadapi ujian kenaikan kelas, jadi Aisha harus banyak-banyak belajar.
“Rukun Islam itu ada berapa sayang?” tanya Humaira, tangannya memegang LKS Agama Islam milik Aisha.
Aisha sedikit berfikir, lalu ia menjawab. “Ada lima Kak!” seru Aisha.
“Sebutin apa aja?” tanya Humaira lagi.
Dengan penuh semangat Aisha menjawab. “Yang pertama syahadat, kedua sholat, ketiga zakat, ke empat puasa dan yang ke lima naik haji!”
“MasyaAllah pintar sekali kamu Aisha, gemes deh.” Humaira mencubit gemas pipi Aisha yang chubby. “Sekarang coba sebutin Rukun Iman.” ucap Humaira.
“Gampang Kak! yang pertama iman kepada Allah, yang kedua iman kepada Malaikat, yang ketiga iman kepada kitab-kitab Allah, yang keempat iman kepada Rasul, yang kelima iman kepada hari kiamat dan yang terakhir iman kepada qadha dan qodhar!” jawab Aisha dengan suara lantang.
Mendengar itu Humaira jadi makin gemas, sudah setengah jam Humaira mengajarkan Aisha. Namun tak ada kata bosan, apalagi Aisha ini tipe-tipe anak yang sangat menyukai pelajaran lebih tepatnya ambis, Aisha ini memiliki kecerdasan yang luar biasa—itu sebabnya mengapa Humaira tidak lelah mengajari Aisha, karena cukup sekali saja Humaira menjelaskan Aisha sudah paham.
“Belajar Agamanya udah ya, sekarang kita tinggal belaja—” ucapan Humaira terpotong, ketika Aisha menarik-narik gamis Humaira.
“Menggambar aja kak menggambar.” rengek Aisha, selain menyukai pelajaran Aisha juga sangat menyukai menggambar.
“Tapi kamu belum belajar matematika lho.” ucap Humaira, mengingatkan.
“Aisha itu udah pinter Kak, nggak perlu belajar lagi.” kata Aisha, dengan percaya dirinya.
“Aisha nggak boleh sombong seperti itu, meskipun yang kamu ucapkan itu memang benar, tapi kita sebagai manusia harus rendah hati tidak boleh sombong sayang. Ingat Allah tidak menyukai hambanya yang sombong.” nasihat Humaira, mengusap lembut pipi putih Aisha yang memerah.
Aisha menghela nafasnya, raut wajahnya berubah menjadi sedih. “Hm, maaf kak Humaira. Aisha nggak bermaksud sombong, ya Allah maafin Aisha...” lirih Aisha yang merasa bersalah dengan ucapannya.
“Nggak apa-apa sayang, sekarang kamu belajar matematika dulu ya. Habis itu menggambar.”
Senyuman Aisha terbit ketika mendengar ucapan Humaira. “Oke, janji ya habis belajar matematika menggambar!”
Humaira menganggukkan kepalanya. “Janji sayang.” ucapnya dengan senyuman manis di bibirnya.
“Oke, sekarang kita mulai belajarnya, kakak udah siapin 10 soal matematika untuk kamu. Kamu kerjakan soalnya dengan benar dan jika soalnya betul semua kakak kasih hadiah.” kata Humaira.